SAMARINDA, beritakaltim.co- Persoalan yang tak kunjung bertemu ujung penyelesaian adalah banjir Samarinda. Pasangan calon nomor 4 Rusmadi-Safaruddin mengakui punya solusi. Hal itu tertuang dalam Dasacita ke-9, yakni “Kaltim Tanpa Banjir”.
Bagi Anjar Wantara, aktifis dan politisi, solusi yang ditawarkan pasangan Rusmadi-Safaruddin perlu dianalisis lebih dalam. Namun, ia menambahkan, hal penting dalam solusi banjir adalah social capital masyarakat Samarinda yang tidak dimanafaatkan dengan baik.
Modal sosial atau social capital Samarinda, menurut Anjar jika diuangkan bisa mencapai 4,6 triliun rupiah. “Social capital itu berupa partisipasi, keswadayaan dan kesiapan masyarakat dalam mengelola kota. Selama ini pemerintah mengambil paksa hak masyarakat untuk membangun kotanya,” kata Anjar.
Konsep membangun kota ini, katanya, ada tiga hal penting yakni, bersahabat dengan lingkungan, mengggunakan bahan atau material lokal dan menyertakan masyarakat dalam membangun.
“Nah ini pemerintah sok tau dengan pengetahuannya, dengan pendidikannya merasa tau keinginan masyarakatnya. Masyarakat tidak ditanya apa maunya,” tegas Anjar.
“Lalu pemerintah, katanya memiliki program normalisasi Sungai Karang Mumus, tapi yang dilakukan adalah membuat turap. Sungai kemudian jadi parit. Ekosistem sungai jadi rusak. Di negara lain membongkar turap, di Samarinda malah membuat turap,” katanya, seraya menambahkan menormalisasi sungai, bukan sekadar memanusiakan manusia dengan merelokasi, tapi perhatikan juga flora dan fauna sungai, sehingga ekologi sungai tetap harmonis.
Paslon Gubernur nomor 4, Rusmadi-Safaruddin, lanjut Anjar, memiliki program Kaltim Tanpa Banjir di aspek ke sembilan pada program Dasacita dengan normalisasi sungai, perbaikan drainase dan pembangunan bendungan di dua kota.
“Jangan sampai program yang bagus ini cacat hipotesa dengan tidak meminta dan melibatkan partisipasi publik dalam mengelola banjir di Samarinda,” katanya.
Dengan konsep manajemen banjir yang dicanangkan Rusmadi-Safaruddin, Anjar yakin, lewat dasacita di aspek ke sembilan yakni Kaltim Tanpa Banjir Samarinda dan Balikpapan akan mencapai 90 persen.
“Selama lima tahun saya yakin persoalan banjir di dua kota, Samarinda dan Balikpapan ini akan tercover 90 persen,” ucapnya optimis.
Membaca sepintas grand strategi penanganan banjir Samarinda, misalnya. Rusmadi yang dikenal sebagai akademisi bernalar NGO itu, menurut Anjar akan melihat persoalan banjir secara terintegrasi.
”Artinya penanganan banjir di ibukota provinsi ini, tak dapat ditangani sendiri oleh Samarinda. Harus melibatkan kabupaten lain yang berada di kawasan hulu dan gubernur punya kewenangan untuk mensinerjikan konsep penanganan banjir di Samarinda,” ujar Anjar.
Anjar juga menyebutkan dalam perubahan RPJMD Kota Samarinda masih memiliki program normalisasi Sungai Karang Mumus sepanjang 1.250 meter, 250 meter di antaranya sudah dilakukan dengan membangun turap.
Sisanya belum dilaksanakan karena pemerintah kota mengalami defisit anggaran.”Sekali lagi pola normalisasi sungai seperti itu harus ditinjau ulang,” katanya tegas.
Rusmadi yang mantan Kepala Bappeda Kaltim, kata Anjar sangat mumpuni dalam mengurai persoalan banjir terutama di Kota Samarinda yang merupakan teras terdepan Kalimantan Timur sebagai ibukota provinsi. #
Comments are closed.