SAMARINDA, beritakaltim.co- Kepala Dinas Kesehatan Kaltim Dr Rini Retno Sukesih. Mkes mengatakan, campak (measles) dan rubella merupakan penyakit akut dan ringan. Pada kondisi tertentu sangat berbahaya apabila terjadi komplikasi radang paru atau radang otak.
“Estimasinya 1 dari 20 penderita campak akan mengalami komplikasi radang paru dan 1 dari 1000 penderita radang otak. Pada kondisi seperti ini yang sangat membahayakan, dan tidak ada cara lain untuk menghindarinya hanya melalui vaksin guna memberikan kekebalan bagi anak,” jelas Rini.
Selain itu, komplikasi yang bisa terjadi adalah infeksi telinga yang berujung pada ketulian. Campak dan rubella sangat mudah dalam penularannya dan yang harus diwaspadai efek teratogenic. Apabila rubella menyerang wanita hamil, khusus pada trinester pertama kehamilan akan menyebabkan keguguran atau kecacatan permanen.
Indonesia sendiri dari data yang dipublikasikan Badan Kesehatan Dunia (WHO) berada pada 10 negara dengan jumlah kasus terbesar. Pada tahun 2014 terdapat kasus suspek 12.945 dengan 15 kasus kematian. Meskipun sempat mengalami peningkatan, namun dengan melakukan vaksinasi pemerintah bisa menekan angka penderita.
Pemerintah melalui kementerian kesehatan berkomitmen akan mencapai eliminasi penyakit campak dan pengendalian penyakit rubella CRS pada tahun 2020, sejalan dengan target regional Asia Tenggara.
Dibagian lain, Ketua Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI) Kaltim Dr Sukartini, satu-satunya cara pencegahan yang paling efektif selain memberikan ASI (Air Susu Ibu) eksklusif kepada bayi selama 6 bulan, pemberian nutrisi dan kebersihan badan, adalah dengan memberikan imunisasi MR (Measles Rubella).
“Vaksin MR adalah adalah pencegahan terbaik untuk mencegah kedua penyakit ini,” ujarnya.
Diakui, ada pendapat jika orangtua memberikan nutrisi yang baik akan memberikan daya tahan tubuh terhadap si anak, sehingga apabila tertular gejalanya lebih ringan. Namun, urainya, anak tersebut tetap anak menularkan penyakit tersebut ke anak lainnya. Akan membahayakan lagi apabila penyakitknya ditularkan kepada ibu hamil.
Dokter Sukartini juga menerangkan, meskipun vaksin sudah diberikan, tidak serta merta anak menjadi kebal terhadap penyakit ini. Di samping itu faktor kesehatan anak juga menentukan tubuh keberhasilan vaksin tersebut.
“Sebab itu orangtua juga harus memperhatikan kondisi anak saat akan diimunisasi. Pastikan anak dalam kondisi sehat. Apabila tidak, tunda dulu hingga anak benar-benar dalam kondisi sehat,” tugasnya. #RH
Comments are closed.