BERITAKALTIM.CO- Di tengah situasi pandemi covid-19 sebagai upaya untuk mewujudkan kemandirian pangan, masyarakat memanfaatkan lahan pekarangan untuk kebutuhan sendiri.
Seperti halnya yang dilakukan warga RT 07 Kelurahan Sumber Rejo Kecamatan Balikpapan Tengah dengan memanfaatkan sebagian lahan pekarangan rumahnya untuk bercocok tanam.
Susanto mengatakan, ini adalah sebatas hobi untuk dikomsumsi sendiri. Setelah menggeluti hobi ini dan tingginya permintaan dan pesanan warga sekitar, maka dilakukan penambahan hidroponik untuk dijual.
“Kita jual lewat online juga , ini sudah ada yang memesan jadi nantinya panen tinggal menggantarkan saja,” jelasnya ketika ditemui awak media, Rabu (23/9/2020).
Hobi ini sudah digeluti selama dua tahun, awalnya hanya memanfaatkan pekarangan depan dan akhirnya diperluas hingga kanan kiri pekarangan rumah.
“Mau bikin baru lagi di depan, memperbanyak lagi sehingga seminggu sekali bisa panen, kalau saat ini sekaligus langsung panen habis tidak ada cadangan. Nantinya seminggu bisa bibit dan panen,” ucapnya.
Untuk pemasaran bisa melewati online atau dipasarkan ke pasar dan kadang ada pesanan dari tetangga sekitar. Harga jual sawi dan selada per plastik bekisar 15 ribu dan jika permintaan banyak ada harga khusus yang diberikan.
Di tengah pandemi penjualan sempat mengalami penurunan, tetapi akhir ini sudah mulai mengalami kenaikan lagi.
Ditanya terkait benih, dia mengatakan untuk sawi samhong mulai langka karena banyak yang nanam. Namun kalau benih sawi pacoy banyak ditemui. Dan saat ini tanaman hidroponik yang ditanam hanya sawi sama selada.
“Pemasarannya tanaman ini lebih laku dijual, pernah juga kita dulu menanam seledri tapi agak sulit pemasarannya,” tutupnya.
Tak hanya di RT 7, pemanfaatan lahan pekarangan juga dilakukan di lingkungan RT 32 Kelurahan Sumber Rejo. Lahan pekarangannya yang dimanfaatkan sebagai ketahanan pangan atau yang biasa warga menyebut Kebun RT 32.
Di sini kita bisa melihat berbagai macam sayuran seperti tomat, terong,lombok, cabai, sawi, bayam, kacang panjang, kangkung, dan juga budidaya ikan lele.
Sundari selaku pengelola bersama kelompok tani mengatakan, sejauh ini perkembangan kebun ini semakin hari semakin meningkat hasilnya untuk memenuhi kebutuhan warga.
“Alhamdulillah hasil dari kebun ini mengalami peningkatan untuk memenuhi kebutuhan warga,” ujar Sundari ketika ditemui media di lahan pekarangannya.
Kendala pastinya ada terutama hama, ia berkata hama sangat menggangu pikiran kelompok tani, karena kebun RT 32 tidak menggunakan bahan kimia tetapi nemakai herbal.
“Bagaimana cara mengatasi hama karena kita gak mau pakai bahan kimia,” katanya.
Kebun RT 32 ini dikelola bersama kelompok tani yang peduli memelihara ketahanan pangan dan hasil digunakan untuk warga dan anggota. Harga jual tidak mematok harga, harga disesuaikan dengan harga pasar agar warga sejahtera.
“Semisal harga terong sepuluh ribu kita turunkan harga tujuh ribu lima ratus untuk warga sendiri,” pungkasnya.
Selaras dengan itu Lurah Sumber rejo Umar Adi sangat mendukung kegiatan warga dalam memanfaatkan perkarangan rumah. Apalagi di masa pandemi seperti ini. #
Wartawan : Thina
Comments are closed.