
BERITAKALTIM.CO – Ledakan kasus COVID-19, tengah jadi sorotan dunia. Tak sedikit negara yang telah melakukan lockdown baik skala kota maupun negara. Kerumunan massa di tuding menjadi salah satu penyebab utama meledaknya jumlah kasus. Sebut saja di India, yang berawal dari ritual keagamaan di Sungai Gangga, ledakan kasus bahkan melahirkan varian baru; delta, yang lebih ganas karena bisa menular hanya hitungan detik. Tak ayal banyak warga India, langsung terpapar.
Terkini Organisasi Kesehatan Dunia WHO, punya tudingan baru untuk wilayah Eropa. Turnamen Euro 2020 menimbulkan Kerumunan fans di stadion maupun di bar saat menonton pertandingan dalam skala masif.
Tak ayal, beberapa negara di Eropa ikut mengalami ledakan kasus. Induk organisasi sepakbola pun jadi bulan-bulanan. Berawal dari kekecewaan Menteri dalam negeri Jerman yang menyebut UEFA tidak bertanggung jawab dengan mengizinkan kerumunan besar dalam turnamen tersebut. Kini sorotan juga datang dari WHO, yang menyebut Euro 2020 telah memicu peningkatan kasus baru hingga 10 persen.
Sebelumnya, Menteri dalam negeri Jerman Horst Seehofer menuding UEFA tidak bertanggung jawab. Ia juga mengkhawatirkan gelaran semifinal dan final yang akan digelar di London bakal menularkan COVID-19.
“Saya tidak bisa menjelaskan kenapa UEFA jadi tidak masuk akal. Saya mengira ini karena komersialisme,” tudingnya.
Penurunan kasus baru COVID-19 di Eropa selama 10 pekan belakangan ini disebut telah berakhir. Gelombang baru COVID-19 tidak terhindarkan gara-gara turnamen sepakbola.
Contohnya, pertandingan yang digelar di Budapest yang mengizinkan disaksikan hingga 60 ribu penonton! Ya, pembatasan penonton disetiap venue, berbeda. Ada yang membatasi hanya 25 hingga 45 persen kapasitas venue.
“Kita perlu melihat jauh di luar stadion,” kata staf kedaruratan senior WHO Catherine Smallwood, dikutip dari Reuters.
“Kita harus melihat bagaimana orang menuju ke sana, apakah bergerombol ramai-ramai naik bus? Dan saat mereka meninggalkan stadion, apakah mereka berkerumun di bar dan pub untuk nonton pertandingan?” lanjutnya.
Smallwood menilai, turnamen tersebut memicu penularan COVID-19. Terlebih, tiap negara punya aturan yang berbeda-beda dalam membatasi penonton.
Disisi lain, UEFA punya pandangan berbeda. Tak ingin disalahkan, UEFA menyebut otoritas jumlah penonton, bukan ditangannya.
“Keputusan final terkait jumlah suporter yang menonton pertandingan dan persyaratan masuk ke negara atau stadion manapun menjadi tanggung jawab otoritas lokal yang kompeten, dan UEFA mengikuti dengan ketat,” kata UEFA dalam sebuah pernyataan. (*)
Comments are closed.