BERITAKALTIM.CO- Kurang dari 10 hari menjelang hari raya Idhul Adha atau Qurban 1443 hijriah tiba, peminat pembeli atau konsumen hewan Qurban sapi masih sepi. Pedagang pun ketar ketir akan mendulang kerugian, padahal sapi yang masuk ke Kaltim yang didatangkan dari Sulawsi Selatan dan Sulawesi Barat, terkhusus di kota Samarinda cukup membludak jumlahnya.
Padahal tahun lalu, menurut pedagang sapi, pada sepuluh minus H hari raya, sapi-sapi dagangan mereka sudah banyak yang di-DP (Panjar) oleh pembeli. Peminat sapi Qurban tahun lalu pun datang berombongan dan memesan sapi qurban lebih dari satu, karena mengatasnamakan lembaga atau kelompok-kelompok masjid atau surau.
Menurut Haji Hasanuddin, pedagang sapi dari Sulbar yang mangkal di sepetak lahan kosong depan GOR Sempaja, dia membawa sapi dari Sulbar menggunakan kapal laut tahun ini sebanyak 173 ekor. Sapi-sapi tersebut dihargai modal sekitar Rp. 2 miliar lebih untuk bertaruh peruntungan dari penjualan.
Lelaki yang mengaku sudah 10 tahun berdagang membawa sapi dari Pulau Sulawesi ke Samarinda ini setiap musim qurban tiba, mengaku, kondisi seret pembeli hewan qurban yang mengkuatirkan baru tahun ini. Padahal menurutnya dia sudah kurang lebih 12 hari “berkemah” di lokasi penjualan bersama dengan karyawan mereka.
Dia berdoa semoga langganan hewan qurban segera datang membeli sapi-sapi mereka, sebab setiap hari lelaki yang mengaku pengusaha kebun kelapa sawit 80 hektar di Sulbar ini, harus membayar belasan karyawan yang merawat dan memberi makan hewan ternak mereka.
Menjurut H Hasanuddin, di daerah lain berdasarkan info dari sesama pedagang sapi, hewan dagangan mereka rata rata sudah terjual separuh dari pengadaan awal ternak. Bahkan sudah banyak yang menambah stok sapi mereka ke kandang penjualan.
Pedagang sapi ini juga mengatakan bahwa daya beli masyarakat Samarinda memang biasanya datang sekitar 5 hari jelang lebaran Idhul Adha tiba. Jadi dia masih memiliki harapan dagangan sapinya masih optimis terjual.
Dia kemudian membandingkan dengan kondisi daya beli di Balikpapan, menurutnya pelanggan sudah memesan duluan hewan-hewan qurban sebulan sebelum hari H Lebaran.
“Kalo saya perhatikan psikologis pembeli hewan qurban beda antara Samarinda dan Balikpapan. Kalau langganan di Samarinda, dia membeli sapi di hari-hari terakhir mau lebaran, sedangkan di Balikpapan dan daerah lain mereka sudah pesan sebulan sebelumnya,” ujar H Hasanuddin dengan nada optimis.
H Sainuddin mengaku memilik dua lokasi penjualan sapi. Satu di Sempaja dan satu lagi dia daerah Mahakam. Sapi sapi jualan mereka lumayan bervariatif jenis Sapi Bali dan Sapi Limosin yang berukuran besar dan sedang. Sapi limosin yang ukuran 200 kg di patok harga Rp.40 juta per ekor, dan masih bisa bernegoisasi. Sedangkan sapi sapi lainnya yang memilki berat antara 70 himngga 100 kg dipatok antara Rp.15 juta hingga Rp.19 juta per ekor.
Dari proses memobilisasi sapi dari Sulbar ke Samarinda melalui kapal laut merupakan bukan perkara mudah. Sebab menurut H Hasanuddin, butuh perjuangan, menjaga sapi tidak berontak dan bertahan tetap hidup sampai tujuan. Pada tahun ini dari 173 sapi yang digiring dari Sulbar ke Samarinda terdapat 2 ekor sapi yang mati lantaran stress dan berdesak desakan dalam kapal. Sebelum naik kapal, H Hasanuddin mengaku, harus ikhlas menunggu satu minggu lebih sebelum kapal yang membawa mereka tiba di pelabuhan Mamuju.
Lantas bagaimana keuntungan?
H Hasanuddin menjelaskan bahwa tergantung penjualan dan kondisi sapi. Kalau badan Sapi menyusut kurus, maka keuntungan yang diperoleh juga menipis, tetapi jika sapi-sapi mereka cepat terjual maka mereka masih bisa meraup keuntungan yang lumayan besar.
“Jadi berdagang barang hidup ya seperti itu, kalo salah-salah, bisa buntung kita. Tetapi jika penjualan tepat waktu yang untungnya bisa lumayan,” paparnya. #
Wartawan: M. Sakir
Comments are closed.