BeritaKaltim.Co

Menyapu Kota Samarinda, Eliana Turun ke Jalan Pukul 4 Subuh

BERITAKALTIM.CO- Kita semua senang dan bangga jika kota yang kita tempati tinggal bersih dan rapih, udara juga terasa nyaman dan segar, jika sampah sampah di jalan dan sudut-sudat kota tidak berserakan serta terlihat kinclong. Namun jangan lupa jika di balik keadaan bersih nan indah rapih itu ada “pahlawan” berseragam kuning yang sejak pagi buta sudah menayapu dan berjibaku membersihkan lingkungan kita, termasuk jalan-jalan protokol utama perkotaan.

Penyapu jalan ini diantaranya adalah ibu ibu yang memilki bayi dan anak anak di rumah, yang harus diurus pula kebutuhannya, mulai dari sekolah, sarapan atau keperluan lain yang sejatinya tidak bisa ditinggalkan oleh sosok seorang ibu. Namun demi kebersihan lingkungan tempat tinggal dan kota kita, ibu-ibu ini meninggalkan tugas utamanya tersebut.

Apakah hasil dari bekerja sebagai petugas kebersihan penyapu jalan itu lantas sudah bisa memenuhi kebutuhan mereka menafkahi keluarganya?

Tentu saja relative dan belum tentu, sebab mereka ini umumnya hanya sebagai pekerja honorer atau tenaga kontrak yang gaji dan penghasilannya ditentukan oleh UMR pemerintah.

Eliana, penyapu jalanan kota Samarinda.

Nah, dari sinilah kemudian yang kerap menggambarkan kepada kita jika terkadang antaraperjuangan di lapangan belum tentu sepadan dengan penghasilan yang diraup setiap bulannya. Keadaanlah yang membuat seseorang bertahan di sebuah pekerjaan, lantaran tidak adanya lapangan kerja lain yang lebih layak.

Wartawan BERITAKALTIM.CO, M Sakir, berbincang dengan sosok ibu penyapu jalan protokol di sekitar Pasar Segiri, Samarinda. Ibu ini masih muda, masih 37 tahun dan membantu suami mencari nafkah untuk menghidupi ekonomi keluarganya.

Menurut Eliana, setiap pagi dia harus bangun dini hari sekitar jam 4 subuh untuk persiapan, sebab jam 5.00 pas sebelum azan subuh, dia sudah harus menyapu jalan sepanjang kurang lebih 2 kilometer di Jalan Pahlawan dengat Pasar Segiri.

Tak peduli jika hujan turun, dia harus melaksanakan kewajibannya sebab paling lambat pukul 8.30 wite sampah-sampah yang dibersihkan harus diangkut oleh bagian mobil sampah.

Kalau tidak dia pasti kena tegur. Mereka bekerja memang hingga pukul 11.00 siang dan setelah itu pulang ke rumah.

Memang pekerjaan mereka hanya separuh hari, namun tim penyapu kebersihan jalan ini tidak punya libur sama sekali sebab hari minggu atau libur nasional lainnya dia tetap haus bekerja.

“Jika pun kita ingin istrahat, maka kami suruh orang pengganti menyapu dan kami bayar Rp.50 ribu per sekali kerja,” ujarnya.

Petugas ini tidak bisa bermain akal-akalan, sebab dipantau ketat oleh petugas pengawas dari Dinas Kebersihan (DLH) Kota Samarinda setiap hari dan setiap saat. Sedangkan laporan secara langsung petugas kebersihan ini melakukan absensi sebulan sekali di kantor DLH.

Dari pekerjaannya itu dia digaji Pemerintah Kota Samarinda sebesar Rp.1,5 juta perbulan. Ditambah uang makan atau uang gizi sebesar Rp.150 ribu perbulan. Tidak ada dana lain untuk menambah penghasilan mereka yang Rp.1,5 juta itu, kecuali sekali setahun keluar atau cair dana gaji 13, mereka baru memilki tambahan penghasilan lain.

Apakah gaji Rp.1.5 juta perbulan itu cukup?

Sementara dia mengontrak rumah dan menyekolahkan 3 oarng anak dari 4 anak mereka di jenjang SLTP dan SMU. Disinilah muncul harapan ibu Eliana, semoga pemerintah menaikkan pendapatan atau gaji mereka.

“Kalau soal cukup untuk kebutuhan keluarga, dengan harga-harga dan kewajiban kewajiban yang harus saya bayar seperti saat ini, ya pasti tidak cukup pak, tetapi mau apa lagi. Tidak ada pekerjaan lain yang bisa saya kerjakan lagi,” kata Eliana yang duduk di trotoar jalan dengan wajah yang terlihat lelah.

Eliana mengaku, dia bekerja di DLH ini suami istri. Suaminya bertugas di truk yang mengumpulkan sampah sampah yang sudah dikumpulkan tukang sapu jalanan.

Wanita ini mengaku sudah bekerja di DLH sebagai tukang sapu jalan sudah 13 tahun lamanya, dan setiap hari rutin menggeluti pekerjannya. Sehingga bertugas sebagai tukang sapu jalan itu menurutnya sudah seolah mendarah daging. Sayangnya hingga saat ini kekurangan kebutuhan dia masih saja belum mencukupi. #

Wartawan: M. Sakir

Comments are closed.