
BERITAKALTIM.CO- Seorang warga berusaha mengontak nomor telepon 112. Ini adalah nomor yang disebarkan sebagai tempat pengaduan bagi warga yang merasa terpapar virus Korona. Berkali-kali, dari pagi sampai sore, tidak sekali pun ada yang mengangkat.
Peristiwa di hari Rabu 21 Juli 2021 itu begitu membekas. Penelpon yang tinggal di RT 48 Jalan Turi Putih 3 tersebut berinisiatif mengontak bantuan 112, lantaran ada tetangganya yang sekarat.
Pihak keluarga panik karena hanya bisa pasrah melihat orang tersayangnya, orang tua mereka, kesakitan dengan ciri-ciri terpapar virus Korona. Usianya sudah di atas 60 tahun dan diduga memiliki kormorbit. Sampai akhirnya terdengar kabar, orangtua itu meninggal dunia.
Kepanikan keluarga ini terjadi juga dibeberapa keluarga lainnya di komplek itu. Sebelumnya, dua orang meninggal dunia dan diduga juga lantaran terpapar virus yang bersumber dari kota Wuhan Tiongkok tersebut. Sementara, menurut catatan Ketua RT 48, Rusniansyah, berdasarkan warganya yang melapor, ada sekitar 20 orang terpapar dan ada yang dirawat di rumah sakit, namun sebagian besar menjalani Isoman di rumah masing-masing.
Kondisi memprihatinkan itu kemudian mengundang inisiasi warga. Mereka merasa tidak ada perhatian pemerintah, sehingga membentuk Tim Satgas Covid-19 RT 48. Ini tim Satgas mandiri, tugasnya membantu warga terpapar virus Korona yang sedang menjalani isolasi mandiri.
“Kita harus ambil langkah sendiri untuk menahan laju penyebaran virus korona, agar tidak jatuh korban meninggal lagi di komplek kita ini,” kata Rusniansyah, Ketua RT 48, Turi Putih Bengkuring, Sempaja Timur, Samarinda Utara.
Kompleks ini sekarang sedang memberlakukan lockdown mandiri dan melakukan pengetatan pemberlakukan masker. Warganya juga dilarang keluar rumah dan seluruh anak-anak harus menggunakan masker jika keluar rumah.
Maklum, di daerah ini tergolong parah. Sebab sudah jatuh korban meninggal sebanyak 3 orang tanpa penanganan Satgas, dan per hari Sabtu (24/7/2021) terdapat 20 lebih warga lainnya sedang menjalani isoman (isolasi mandiri) karena terpapar virus Korona.
“Menunggu bantuan kita keburu parah, lebih baik kita inisiatif sendiri bersatu melakukan tindakan preventif,” ujar Rusniansyah.
Tercatat, dalam waktu 3 hari berturut turut, tiga warga dengan ciri-ciri terpapar covid meninggal dunia pada saat menjalankan isolasi mandiri di rumah mereka. Pihak keluarga dan ketua RT bukan tidak berbuat, namun upaya keluarga korban membawa ke rumah sakit juga tak lolos alias ditolak pihak medis di rumah sakit dengan alasan penuh.
Tidak hanya di Bengkuring, yang terekam terjadi kepanikan akibat serangan virus korona. Sehari sebelumnya, seorang ibu nekad menerobos penjagaan kantor Gubernur Kalimantan Timur. Tujuannya ingin bertemu dengan Gubernur Isran Noor.
Ibu ini frustasi karena sudah 5 rumah sakit didatanginya tapi menolak merawat keluarganya yang sudah sekarat di dalam ambulans. Ibu itu datang ke kantor gubernur bersama ambulans yang membawa keluarganya yang terpapar virus korona.
Sampai akhirnya petugas Satpol PP yang berjaga di Pos Kantor Gubernur Jalan Gajah Mada berinisiatif mencarikan rumah sakit yang menampung. Beruntung juga salah satu rumah sakit yang dikontak, yaitu RS Atma Husada masih punya tempat tidur untuk pasien.
Petugas Satpol PP itu juga yang membawa sang ibu dan keluarganya yang sekarat ke rumah sakit tersebut. Petugas Satpol PP ini trenyuh dengan kondisinya, hingga dia bersedia mengantar walau tidak dilengkapi dengan perlengkapan sesuai protokol kesehatan seperti APD (Alat Pelindung Diri).
“Saya kasihan, ini soal kemanusiaan,” kata petugas Satpol PP itu.
Dua gambaran peristiwa itu merupakan sebuah potret, jika Kaltim, terkhusus Samarinda, saat ini kewalahan dan tidak siap dalam melayani masyarakat yang terpapar covid-19.
Data dari Tim Satgas Penanganan Covid-19 Kaltim per hari Sabtu (24/7/2021) menyebutkan, total pasien positif aktif di Kota Samarinda yang sedang menjalani perawatan isolasi di rumah sakit maupun isolasi mandiri, ada 1.999 pasien. Sementara pada hari itu, penambahan jumlah kasus aktif ada 166 pasien dan jumlah yang sembuh 66 orang. Sementara jumlah meninggal dunia ada 9 orang.
Bagaimana tanggapan anggota DPRD Kaltim tentang situasi dan data-data penanganan covid-19 ini?
Rusman Ya’kub yang duduk sebagai Ketua Komisi IV DPRD Kaltim terang-terangan mencurigai, Satgas Covid-19 di Kaltim, telah menyajikan data-data orang terpapar virus yang tidak akurat alias “bodong”.
Wakil rakyat dari PPP ini curiga pemerintah sedang menutup-nutupi data real, yang kenyataannya berbeda jauh di lapangan.
“Kemungkinan para kepala daerah se kaltim ini menyembunyikan data korban yang terpapar korona. Seolah beranggapan, jika data korban positif korona yang sebenarnya dibuka, maka dianggap mereka tidak berprestasi. Padahal anggapan itu salah, sebab dengan membuka data sebenarnya maka tindakan testing, tracing dan treatmen akan mudah dilakukan, sehingga daerah itu bisa ditentukan statusnya PPKM mikro atau PPKM darurat,” demikian uraian Rusman Ya’kub saat menjadi narasumber dalam acara talkshow bersama Forum Pemred Kaltim, pekan tadi.
Dia mengamati, penanganan penyebaran covid-19 di kabupaten dan kota ada yang serius dalam menjalankan testing, tracing dan treatmen. Tapi ada yang lemah, sehingga data-data warga terpapar virus tidak akurat.
Rusman mencontohkan Balikpapan, Bontang dan Berau. Tiga kepala daerah yang memimpin kabupaten dan kota itu kemungkinan transparan soal data penyebaran virus, sehingga ditetapkan statusnya oleh pemerintah pada level yang mana.
“Kita butuh penjelasan pemerintah sejauh mana sistim testing, tracing dan treatmen dilakukan di kabupaten dan kota,” ujarnya.
Rusman mengatakan, kecendrungan tindakan penanganan Korona oleh para kepala daerah, terfokus pada kejadian dipermukaan saja. Padahal, langkah yang seharusnya adalah melakukan analisa dan penanganan sistim penanganan dari hulu ke hilir dengan menggunakan prinsip 3T, yakni testing, tracing dan treatmen. #
Wartawan: M. Sakir | Charle
Comments are closed.