
BERITAKALTIM.CO- Dalam rangka silaturahmi bersama rekan-rekan media Balikpapan dan memberikan update informasi perkembangan hulu migas Kalimantan dan Sulawesi, Satuan Kerja Khusus Pelaksana Kegiatan Usaha Hulu Minyak dan Gas Bumi (SKK Migas) kembali menggelar kegiatan temu media daerah 2021 di Ballroom Hotel Novotel Balikpapan, Selasa (12/10/2021).
Dalam pertemuan itu, pihak SKK Migas memberikan penjelasan kepada awak media mengenai tata kelola industri Hulu Migas dan tantangan ke depan yang disampaikan oleh Senior Manager Humas SKK Migas Perwakilan Kalimantan dan Sulawesi Wisnu Wardhana dan Profesor DR. IR. Rudi Rubiandini RS sebagai narasumber.
Wisnu Wardhana pada acara sambutan menyampaikan bahwa kegiatan yang diselenggarakan oleh SKK Migas ini sebagai upaya meningkatkan pemahaman tentang industri hulu migas menuju satu juta barel, mengingat penyebaran informasi saat ini di era digital sangat masif.
“Melalui edukasi ini, diharapkan kesalahan penulisan berita dapat diminimalisir. Selain pemahaman dan pengetahuan yang baik, kegiatan ini adalah untuk membina hubungan yang baik dan memudahkan interaksi dalam pekerjaan,” ucapnya.
Dalam paparannya Wisnu juga menyampaikan, bahwa capaian investasi hulu pada sektor minyak dan gas (Migas) semester satu tahun 2021 ini ternyata sangat rendah.
“Investasi Hulu Migas ini masih cukup rendah. Ini menjadi PR kita bersama bagaimana caranya bisa memberikan penawaran baik. Tentu dibutuhkan dukungan dari para stakeholder, kemudahan perizinan dan lainnya. Semuanya itu pada akhirnya akan membuat para investor mau untuk melakukan investasi lanjutan,” kata Wisnu.
Rudi Rubiandini mengatakan, kedudukan SKK Migas dibagi menjadi dua yaitu Hulu Migas dan Hilir Migas.
Kegiatan Hulu Migas merupakan kegiatan mencari (exploration) dan mengangkat minyak dan gas dari dalam perut bumi dan menjualnya (explotation/production). Sementara Kegiatan Hilir Migas merupakan kegiatan pengelolaan minyak mentah dan gas bumi, menyimpan, mendistribusikan dan memperdagangkan.
Rudi juga menyampaikan, ada beberapa faktor yang menyebabkan lesunya investasi pada sektor hulu Migas tersebut. Pertama dari eksternal, yang mana saat ini dunia sedang bergegap gempita ke sektor energi baru dan terbarukan (EBT).
“Chevron yang dulunya Migas mau ke EBT, Qatar juga baru aja kemarin. Nah, ini yang menyebabkan investasi yang besarnya di Indonesia mulai lesu ke industri Migas,” urainya.
Kondisi tersebut diperparah lagi oleh orang Indonesia sendiri yang ikut-ikutan dengan menganggap bahwa EBT menjadi nomor satu dan harus didukung.
“Ini dari internal, di dalam negeri sendiri ikut-ikutan bahwa industri Migas dikesampingkan sehingga peraturan-peraturan juga tidak berpihak. Itu salah, EBT kita dukung tapi jangan tinggalkan Migas. Tapi jangan khawatir, sebentar lagi investasi Migas akan kembali dengan segar,” ungkap mantan Kepala SKK Migas itu.
Rudi optimis bersama pemerintah pusat dapat mencapai target dalam memproduksi migas pada 2030. Pada tahun ini, negara ini diharapkan dapat memproduksi satu juta barel minyak per hari (BOPD) dan gas 12 miliar standar kaki kubik gas per hari (BSCFD).
“Tetap optimis, harus terus bekerja, yang penting lakukan dan lakukan, pertanyaannya apkah ini menjadi tanggung jawab PHKT untuk produksi satu juta barel minyak perhari? bukan tapi seluruh Indonesia punya tanggung jawab, Kami optimis pada 2030 bakal tercapai,” ujarnya. #
Wartawan: Thina
Comments are closed.