BeritaKaltim.Co

Terowongan Alternatif Perlintasan Satwa di IKN

Oleh: Sunarto Sastrowardojo, Direktur Rusa Foundation Indonesia

TIGA TAHUN LALU, ketika aroma pemindahan ibukota Republik Indonesia mulai tercium masyarakat yang paling menarik perhatian saya adalah viralnya persoalan lingkungan, persoalan keanekaragaman hayati, persoalan kelangkaan air calon IKN itu. Termasuk kelangsungan hidup, satwa penghuni asli hutan Tahura.

Wilayah IKN kaya akan keanekaragaman hayati ini pasti. Mahkluk hidup di tanah atau terrestrial yang telah teridentifikasi di antaranya, Beruang Madu, Macan Dahan, Rusa Sambar.

Lalu yang mirip mirip manusia, seperti Bekantan, Binturong, Orangutan, Lutung Merah. MusangTenggalung, Kijang Muncak, Kijang Kuning, Luwak Ekor Pendek, Kucing Hutan, Kucing Batu.

Mereka ini penghuni asli hutan yang menginginkan standar kehidupan yang juga mirip keinginan manusia, yakni aman dan nyaman hutannya dari layak huni hingga nyaman huni juga.

IKN ditargetkan menjadi Kota Berkelanjutan di dunia. Kota yang mengelola sumber daya secara efisien dan memberikan pelayanan secara efektif dalam pemanfaatan yang efisien atas sumber daya air dan energi, pengelolaan sampah, moda transportasi terintegrasi, lingkungan layak huni dan sehat, sinergi lingkungan alam dan lingkungan binaan.

Puzlle persepsi masyarakat, terutama pemerhati lingkungan, pasti merupakan cukilan cukilan informasi sporadis yang disampaikan oleh pemerintah pusat atau Badan Otorita IKN Nusantara.

Potongan potongan informasi yang tidak terstruktur dan terukur inilah menurut saya dapat menyebabkan skeptisme masyarakat jika ditangkap dan disampaikan oleh pemerhati lingkungan yang kurang memahami tahapan perencanaan, karena informasi perencanaan yang tidak disampaikan secara baik. Termasuk perencanaan perlintasan satwa di Ibukota Nusantara agar IKN benar benar berkelanjutan dan memperhatikan ingkungan dan konservasi keanekaragaman hayati.

Melindungi habitat satwa dan daerah jelajah satwa liar utama harus dijaga, dimana salah satunya adalah dengan ditetapkan sebagai ruang hijau primer. Pengelolaannya harus memperhatikan, di antaranya, menghindari pembangunan dan pergerakan intensitas tinggi di ruang jelajah satwa, membangun infrastruktur yang meminimalkan dampak dan risiko bagi satwa maupun keselamatan masyarakat.

Pengembangan Koridor Satwadi IKN harus meningkatkan kualitas lingkungan hidup, konektivitas kawasan rumah atau habitat satwa liar di seluruh wilayah IKN dan sekitarnya.

Terhindarnya konflik satwa liar dan penduduk karena area tersebut ditetapkan sebagai bagian dari wilayah No Go Area atau area yang tidak boleh dibangun) untuk menjadikan IKN sebagai salah satu kota dunia yang memiliki koridor satwa dan harmonis.

Data yang saya terima dari BKSDA di Kecamatan Samboja, Kabupaten Kutai Kartanegara, koridor satwa ini dibagi dua. Pertama koridor utara itu di kawasan yang menghubungkan Tahura Bukit Soeharto dan PT IHM seluas 230 hektar yang berada di zona inti IKN dan 657 hektare di zona penyangga. Kedua kawasan koridor selatan yang menghubungkan Bukit Soeharto dengan Bukit Bangkirai seluas 5.711,9 hektar.

Agar tidak bias saya coba menjelaskan apa itu koridor satwa. Koridor satwa atau koridor kehidupan liar adalah jalur dengan vegetasi lebat, yang akan menghubungkan dua atau lebih habitat atau kawasan konservasi atau ruang terbuka, yang memungkinkan terjadinya pergerakan atau pertukaran individu antar populasi satwa. Jelasnya, koridor Satwa ini tidak boleh terganggu. Perlintasan satwa ini dapat dibangun di bawah jalan layang atau alternatif yang lebih baik, meskipun tidak lebih murah, adalah dengan membangun terowongan.

Amerika juga punya yang seperti ini. Interstate 80, jalan bebas hambatan lintas benua di Amerika Serikat yang dilalui oleh hewan liar yang berhabitat di sekitar I-80 Wildlife overpass.

Seperti dilansir oleh Smitsonian Magazine, Kamis 12 Mei 2022. Jembatan ini dibangun oleh departemen Perhubungan Utah sepanjang 97meter dengan lebar 15 meter.

Jembatan ini di bagian bawahnya yang dilalui oleh hewan didesain secara khusus yang menyatu dengan lansekap sehingga hewan hewan itu tidak tertekan secara psikologis karena berubah jalur perlintasannya.

Jalur perlintasan satwa ini dibuat menyatu dengan lansekap kawasan, dibuat sealami mungkin agar satwa tidak merasa asing ketika melintas dan atau menyebrang di bawah jalan bebas hambatan.

Dalam naskah akademik Ibukota Nusantara yang berbasis hutan ini ditetapkan 50 persen kawasan hijau. Namun dalam dokumen perencanaan pemerintah tutupan hutan adalah 75 persen. Artinya peran persemaian di Kelurahan Mentawir yang infromasinya dapat memproduksi 2 juta bibit pertahun benar benar merupakan perencanaan yang runut karena kenaikan 25 persen kawasan hijau sudah dipersiapkan. #

Comments are closed.