BeritaKaltim.Co

Wajah-wajah Ceria di Tepi Kawasan Tambang Migas

BERITAKALTIM.CO- Nama aslinya Sahabudin. Tapi nama keren yang terkenal di jagad maya, khususnya di Facebook; Sahabudin Udin. Dengan jumlah pertemanan 4.200 akun, sarana media sosial itu diakui telah mampu mendatangkan rejeki baginya.

“Banyak yang pesan dagangan saya lewat facebook dan WA, karena saya cantumkan nomor handphone,” kata Sahabudin saat bertemu dengan sejumlah wartawan yang sengaja datang ke lokasi kerjanya di Muara Badak, Kabupaten Kutai Kartanegara.

Dagangan Pak Udin, begitu dia akrab dipanggil, adalah tali tambang. Bukan sembarang tali tambang, tapi ini hasil produksi sendiri dari daur ulang tali-tali tambang kapal yang terbuang.

“Begini ceritanya,” tutur Pak Udin, bersemangat.

Dia menunjukkan tali-tali tambang di pelataran tanah miliknya di Jalan Petrolog Desa Gas Alam, Muara Badak. Di situ terlihat tumpukan tali tambang kapal yang besar-besar dan kotor.

“Ini tali tambang di kapal-kapal yang sudah tak terpakai dan dibuang. Kemudian ada yang memungutnya dan saya beli dari orang yang memungut itu. Kemudian saya kumpulkan di sini,” cerita Pak Udin.

Pak Udin alias Sahabudin dan tali tambang hasil olahannya. Foto: Charle

Tali tambang ukuran raksasa itu sekilas nampak tak berguna. Tapi di tangan Pak Udin, tali tambang itu sangat penting manfaatnya untuk didaur ulang menjadi tali tambang bernilai ekonomi kembali.

Demi bisnis tali tambang itu, Pak Udin rela berburu tali tambang limbah sampai ke Muara Berau, Samarinda bahkan Sangasanga. Sebab, bisnisnya bersandar dari bahan baku tali tambang limbah. Sementara berharap dari kapal-kapal yang singgah di Muara Badak dan Marangkayu saja, sangat terbatas.

“Kesulitannya ya mencari bahan baku itu. Kalau ada bahan bakunya, terus kita olah jadi tali tambang baru, permintaannya tinggi. Langsung habis dipesan pembeli,” ujar Pak Udin, bangga.

Usaha Pak Udin yang dirintis tahun 2020 silam, rupanya dilirik oleh manajemen PHSS (Pertamina Hulu Sangasanga). Khususnya dari divisi CSR (corporate social responsibility). Setelah dilakukan komunikasi mendalam, perusahaan migas yang beroperasi di Kecamatan Muara Badak itu memasukkan usaha Pak Udin menjadi salah satu unit binaannya.

“Kami melihat ada permasalahan dialami Pak Udin. Jadi kami bersedia bermitra mengatasi permasalahan itu,” kata Elis Fauziyah, head of communication relations CID (community invesment developmen) Zona 8 PHSS (Pertamina Hulu Sangasanga).

Setelah masuk menjadi usaha binaan PSHH, Pak Udin kemudian bisa mendirikan tempat pemintalan tali tambang di Jalan Gang Polmas, Badak Baru. Tanah milik keluarga Pak Udin seluas 17 X 42 meter disewa. Dan sepanjang 42 meter sudah dipasang atap, sehingga ketika bekerja memintal tali tambang tidak kepanasan saat terik matahari dan tidak kehujanan saat turun hujan.

“Ya, kita ucapkan terima kasih kepada perusahaan PHSS. Ini banyak membantu kami,” ujar Pak Udin, ceria.

Pak Udin kini memperkerjakan 10-12 orang. Sebagian dari keluarga sendiri yang masih punya waktu untuk bekerja tambahan, tapi ada juga warga setempat yang memang memilih bergabung dalam bisnis Pak Udin.

Proses kerja membuat tambang daur ulang, sederhana. Pertama, tali tambang limbah raksasa-raksasa itu diurai gulungannya hingga menjadi gulungan kecil-kecil. Bagian permukaan tali tambang limbah yang kotor, dibersihkan dan sebanyak 4 atau 5 gulungan kecil disatukan menggunakan dinamo menjadi tali tambang ukuran diameter 18 dan diameter 20.

Dalam sehari, jika bahan baku mencukupi, dia mampu memproduksi 11 rol ukuran panjang 40 meter. Harga jual ukuran diameter 18 sebesar Rp280.000 per rol dan untuk diameter 20 harganya Rp290.000 per rol.

“Banyak nelayan yang pesan, untuk ikat bagang ikan. Tapi ada juga dari pemerintahan. Itu dari Dinas kelautan ada pesan 500 rol,” kata Udin.

***

Pak Udin adalah salah satu cerita tentang kehadiran perusahaan migas PHSS di kawasan Muara Badak, Kabupaten Kutai Kartanegara. Anak perusahaan Pertamina Hulu Indonesia (PHI) itu datang menggantikan Vico Indonesia yang telah berakhir masa kontraknya tahun 2018 silam.

Bagi warga Muara Badak, kehadiran PHSS adalah berkah. Mereka tak mampu membayangkan, apa jadinya kampung mereka jika tidak beroperasi lagi perusahaan migas.

“Wah, pasti sedih Pak. Perekonomian di sini bisa bergerak, ya karena ada perusahaan minyak itu,” kata Saliansyah, Kepala Desa Saliki, Muara Badak.

Pansimas hasil binaan perusahaan MIgas Pertamina Hulu Sangasanga di Desa Saliki, Kecamatan Muara Badak, Kabupaten Ku

Dia dan warganya juga sudah merasakan bantuan dari PHSS. Dia menunjuk berdirinya Pansimas (Penyediaan Air Minum dan Sanitasi Berbasis Masyarakat) di desanya. Berkat bantuan dari PHSS, kini 370 rumah mencakup 4 RT (Rukun Tetangga) bisa menikmati air bersih olahan sendiri.

“Ini juga dibantu dana CSR perusahaan PHSS,” kata Saliansyah saat menerima kunjungan wartawan di Pansimas kebanggaan warga Desa Saliki itu.

Berkat adanya air bersih yang diproduksi Pansimas, sekarang pemerintahan desa juga terdorong untuk kreatif. Mereka menggandeng BUMDes (Badan Usaha Milik Desa) untuk mengelola Pansimas.

Pelanggan air Pansimas dikenakan tarif, untuk layanan 10 kubik pertama dikenakan biaya Rp25.000. Dan jika penggunaan air di atasnya, ada tarif untuk kelebihan, yaitu Rp3.500 per kubik.

“Ini yang mengelola BUMDes,” kata Saliansyah.

Tidak hanya itu. Para pengurus BUMDes dengan nama Mekar Sejati itu juga berusaha berdagang air bersih untuk minuman, yaitu galon isi ulang dengan harga Rp3.000 per galon. Menurut pengelola BUMDes, saat ini setiap bulan tidak kurang ada 2.000 galon terjual.

“Selain isi ulang galon itu, kami juga memproduksi air RO dengan harga Rp8 ribu per galon,” tutur Saliansyah.

RO adalah singkatan dari reverse osmosis. Untuk berbisnis air RO ini, pengelola BUMDes membeli mesin reverse osmosis untuk mengolah air bersih dari Pansimas.

Alhamdulilah. Sekarang BUMDes juga sudah punya pendapatan asli desa,” kata kepala desa.

***

Tampat beroperasinya Pertamina Hulu Sangasanga (PHSS), di wilayah administratif Kecamatan Muara Badak, Kabupaten Kutai Kartanegara. Di sana ada 13 desa dengan penduduk 46.656 jiwa (Data BPS tahun 2020).

Warga inilah yang sampai kini berinteraksi langsung dengan kehidupan perusahaan Migas. Cerita-cerita sedih dan klasik, seperti mengenai warga sekitar tambang terzolimi, terpinggirkan, nyaris tidak terdengar lagi.

Ada aksi unjukrasa mahasiswa bulan Mei 2022 lalu. Tapi itu terkait dengan Hari Buruh (1 Mei) dan Hari Pendidikan Nasional (2 Mei). Tuntutan mereka mengenai transparansi CSR perusahaan untuk pendidikan. Juga meminta agar pelajar yang sedang PKL (Praktek Kerja Lapangan) diakomodir oleh perusahaan-perusahaan di sana.

Sejak tahun 2019 lalu, sebanyak 5 ribu warga Muara Badak sudah menikmati jaringan gas langsung ke rumah mereka. Dengan distribusi itu, warga tak perlu lagi membeli tabung gas untuk memasak di dapur, tapi langsung teraliri dari pipa jaringan gas yang sudah dibangun.

Pertamina menugaskan PHM (Pertamina Hulu Mahakam) untuk memasok gas rumah tangga untuk warga Muara Badak dan sekitarnya. Walau tetap juga harus membayar tiap gas yang dipakai, tapi menurut pengakuan warga di sana, mereka sangat terbantu karena jatuhnya biaya rumah tangga menjadi lebih ringan.

Tidak hanya untuk warga Kecamatan Muara Badak, tapi juga ke kecamatan tetangga mereka, yakni Marangkayu. Total jaringan gas rumah tangga yang terpasang di kawasan pesisir itu ada 8.500 rumah.

“Sekarang pengeluaran saya untuk gas dapur sekitar Rp50 ribu sebulan,” cerita Ibu Titin, warga Marangkayu. Sebelumnya, dia memakai 3 sampai 4 tabung elpiji sebulan ukuran 3 kilogram (melon). Itu pun kadang sulit mendapatkannya.

Elis Fauziyah bersama-sama pekerja pemintal tali tambang hasil daur ulang limbah. Foto: Charle

***

Mengutip dari website resmi Pertamina; phi.pertamina.com, perusahaan migas PHSS adalah anak perusahaan dari PHI (Pertamina Hulu Indonesia. PHSS beroperasi untuk WK (Wilayah Kerja) Sangasanga yang dulu selama 50 tahun kontraknya dikuasai perusahaan asing Vico Indonesia.

Kini ada 7 lapangan migas on-shore yang dikerjakan PHSS, yaitu Semberah, Badak, Lampake, Nilam, Pamaguan, Mutiara, dan Beras. Dari ketujuh lapangan ini, menurut data tahun 2021, PHSS berkontribusi untuk Indonesia dengan memproduksi minyak sebesar 12,2 ribu barel minyak per hari (MBOPD). Sementara untuk produksi rata-rata gas sebesar 56,9 juta standar kaki kubik gas per hari (MMSCFD).

Pertanyaan warga kampung di sana; sampai kapan operasi perusahaan migas ini berlangsung, sehingga warga siap-siap menghadapinya? #

Wartawan: Charles Siahaan

Comments are closed.