BeritaKaltim.Co

Anggota DPRD Kaltim Usulkan Penjual Buah Karang Joang Pindah ke Rest Area Tol Balsam

BERITAKALTIM.CO- Dibukanya Tol Balikpapan-Samarinda (Balsam) di Jalan Soekarno Hatta Km 13, Karang Joang, Balikpapan Utara, ditengarai berdampak pada berkurangnya pendapatan penjual buah di Kilometer (Km) 21 Jalan Soekarno-Hatta. Penurunan omzet diakui oleh para pedagang terjadi setelah ada pintu tol.

Padahal, buah yang dijual di Km 21 merupakan buah segar yang langsung diambil dari petani di sekitar daerah tersebut. Buah-buah lokal yang dijual adalah buah Naga, Cempedak, Elai, Salak, Sawo, Tomat, Rambutan, Pisang dan sayur mayur. Harganya pun tentu berbeda dengan harga di pasar, karena langsung dari petani.

Anggota DPRD Provimsi Kalimantan Timur Ir. Muhammad Adam menanggapi permasalahan dan keluhan pedagang lapak buah-buahan Km 21 Balikpapan.

Menurut Adam, hal ini dikarenakan banyak pengendara dari arah kota Balikpapan maupun dari kota Samarinda, memilih melalui jalan tol. Pasalnya sebelum Tol Km 13 diresmikan banyak pengendara mampir untuk membeli buah di lapak para petani.

“Selama berfungsinya tol, para pedagang merasakan omset penjualan turun drastis di bawah 50 persen,” ucap politisi Partai Hanura kepada awak media, Senin (17/10/2022).

Sebagai upaya memperhatikan keluhan pedagang ini, Adam katakan, ada dua rest area di tol Balsam yang masih minim penjual, jika dimungkinkan pedagang bisa diberikan fasilitas lapak oleh pemerintah untuk beralih berjualan di rest area tol Balsam. “Tolong perhatikan mereka, ini harus pemerintah yang menyiapkan,” ucapnya.

Adam berharap dengan adanya persetujuan pemerintah untuk pemindahan lapak pedagang ke rest area dapat meningkatkan penghasilan dan perekonomian warga Km 21.

” Tidak hanya itu, seluruh pengguna jalan tol bisa dengan mudah mendapatkan oleh-oleh khas Balikpapan,” tutupnya.

Salah satu pedagang buah km 21 bernama Samriah mengatakan, pendapatan atau omzet tidak seperti biasanya, karena banyak pengendara dari arah kota Balikpapan maupun dari kota Samarinda, memilih melalui jalan tol.

“Bukan saya saja yang mengeluh karena sepi pembeli, tapi teman-teman penjual buah di sini juga banyak yang mengeluh,” katanya.

Ia menjelaskan, sebelum Tol Km 13 dibuka pendapatan hasil dari jualan buah sebesar Rp 300 ribu perhari, tapi kalau sekarang paling besar sebesar Rp 70 ribu perhari. Belum lagi modalnya setiap hari. Kalau buah tidak laku kita buang, jadi kita menjadi rugi.

“Saya berharap pemerintah bisa memberikan solusi untuk mengatasi keluhan kami sebagai pedagang di Km 21,” ucapnya. #ADV

Comments are closed.