
BERITAKALTIM.CO – Wakil Gubernur Kaltim H Hadi Mulyadi mengaskan, Tim Satuan Tugas (Satgas) Stunting adalah pekerjaan yang mulia. Pekerjaan menyelamatkan generasi untuk yang akan datang. Oleh karena itu perlu sosialisasi secara menyeluruh, masif, serta berkolaborasi dengan seluruh pihak, agar masyarakat memiliki kesadaran yang penting tentang bahaya stunting.
Wagub khawatir masyarakat berpikir stunting hanya masalah ukuran tinggi badan. Padahal bukan sekadar ukuran tinggi badan, tetapi perkembangan seluruh organisme di dalam tubuh tidak memenuhi gizi yang cukup ketika ibunya sedang mengandung dan menyusui, atau ketika anak berusia 0 sampai 2 tahun.
“Oleh karena itu dalam berbagai kesempatan, dan juga menjadi imbauan dari pemerintah untuk menyasar sekaligus melakukan usaha preventif dari stunting, yaitu ada tiga kelompok. Yaitu kelompok anak-anak pra nikah, ibu hamil dan ibu menyusui.
Dimana anjuran kesehatan mereka yang lingkar lengannya kurang dari 22 cm itu tidak layak untuk hamil. Artinya boleh menikah tapi menunda untuk kehamilannya dulu, dan hal ini banyak yang belum diketahui masyarakat,” pesan Hadi Mulyadi saat membuka pertemuan Tim Satgas Stunting dengan pemangku kebijakan tingkat Provinsi Kaltim, yang dilaksanakan oleh Perwakilan BKKBN Provinsi Kaltim secara daring dan luring di Ballroom Hotel Mercure Samarinda, Selasa (18/10/2022).
Kelompok yang kedua, lanjut Hadi Mulyadi yang juga Ketua TPPS Kaltim adalah mereka yang sedang hamil, dimana ditemukan makanan-makanan yang harus dihindari dan yang menunjang gizi bagi bayi yang dikandung, dan ini juga banyak tidak diketahui dan disadari masyarakat khususnya para ibu yang sedang hamil.
“Maka dari itu pentingnya kartu menuju sehat agar kita mengetahui perkembangan dan pertumbuhan anak. Jadi sekali lagi masalah stunting bukan saja terkait tinggi badan, tetapi yang paling penting adalah perkembangan otak secara sempurna, termasuk organ-organ tubuh lainnya. Ini juga masih banyak yang belum diketahui dan disadari masyarakat,” tandasnya.
Menurut Hadi Mulyadi tiga generasi yang harus menjadi sasaran obyek penanggulangan stunting yaitu mereka yang pra nikah, ibu hamil dan ibu menyusui. Tiga hal ini menjadi perhatian TPPS baik provinsi maupun kabupaten kota, untuk melakukan penyuluhan bagaimana cara hidup yang sehat ketika hamil dan menyusui,
“Ini penting bagaimana ketika mereka mengatur asupan gizi yang sehat yaitu beragam, bergizi seimbang dan aman (B2SA) sehingga dengan penyuluhan dan sosialisasi bisa menyadarkan masyarakat akan pentingnya mengatur pola hidup sehat untuk menghindari stunting maupun penyakit lainnya, sehingga usia anak bisa mencapai golden age (usia emas),” papar Wagub.
Ketua panitia penyelenggara Hj Noryani Sorayalita yang juga Kepala DKP3A Kaltim, mengatakan saat ini prevalensi stunting di Kaltim pada tahun 2021 sebesar 22,8 persen.
Dia berharap dengan upaya-upaya yang dilakukan bersama, prevalensi stunting di Kaltim terus menurun dan tidak ada penambahan kasus.
“Untuk mencapai target penurunan stunting, diperlukan upaya yang serius dan kerja keras kita semua mulai tingkat provinsi sampai kelurahan dan desa. Salah satunya melalui kolaborasi lintas sektor, meliputi intervensi dari hulu sampai ke hilir, intervensi spesifik dan sensitif serta pendekatan pentahelix,” kata Noryani Sorayalita.
Pertemuan Tim Satgas Stunting dihadiri Wakil Ketua 1 TP PKK Provinsi Kaltim, Kepala perwakilan BKKBN Provinsi Kaltim, TPPS Provinsi Kaltim, Koordinator Bidang Data Monev dan Knowledge Management Iwan M Ramdan (Dekan Fakultas kesehatan Unmul) kepala dinas kabupaten kota secara daring serta undangan lainnya.#RH/Adv/Diskominfo Kaltim.
Comments are closed.