BERITAKALTIM.CO- Anggota Komisi I DPRD Provinsi Kalimantan Timur (Kaltim) Martinus melihat adanya persoalan dalam hal penyelenggaraan kesenian dan kebudayaan di Kaltim. Menurutnya bidang ini kurang mendapatkan perhatian dari seluruh pihak.
Persoalan tersebut dia sampaikan setelah melihat dari dekat bagaimana daerah-daerah lain di Indonesia mengelola soal berkesenian dan kebudayaan di daerah masing-masing. Studi banding yang dilakukannya ada tiga kota, yakni Jakarta, Bandung, hingga Yogyakarta.
Ada beberapa kelebihan yang dia temukan di tiga daerah itu. Misalnya di kota pelajar Yogyakarta, ternyata sudah memiliki dua Peraturan Gubernur (Pergub) menyangkut tentang kesenian dan kebudayaan.
“Di yogya itu sudah ada dua peraturan gubernur tentang kesenian dan kebudayaan. Hal ini sesuai dengan apa yang diharapkan masyarakat, apapun kebutuhan masyarakat terbentuk menjadi pergub,” kata politisi PDI Perjuangan tersebut.
Lebih lanjut politisi ini menegaskan, pihaknya akan lebih maksimal dalam memperjuangan hal serupa di Kaltim.
“Kami betul-betul mau maksimal selama masa pandemi ini, karena setelah bebas nantinya seni budaya pasti akan hadir lagi,” bebernya.
Marthinus juga menyinggung soal kehadiran Ibu Kota Nusantara di Kaltim. Ditandai dengan masuknya jumlah penduduk dengan membawa budayanya masing-masing dari daerah asal. Untuk itu, menurutnya, Kaltim harus memastikan kekuatan budaya lokal.
“Dalam konteks budaya ini pertama, Kaltim sebagai Ibu Kota Negara, saya berharap masyarakat kaltim dapat menyadari bahwa kaltim dengan hadirnya IKN harus berbondong-bondong menjadi pelaku. Jangan jadi penonton,“ tegasnya.
Beberapa tahun kedepan, sambung dia, masyarakat Kaltim bukan lagi bersaing antar manusia, melainkan antar aplikasi dan intelegensi (kecerdasan).
“10 tahun kedepan itu masyarakat Kaltim bukan lagi bersaing antar manusia, tapi antar aplikasi dan intelegensia. Saya berharap generasi muda dari sekarang menyiapkan diri menjadi tuan rumah dan siap bersaing,” tutup Martinus. #ADV
Comments are closed.