BERITAKALTIM.CO- Ada perbedaan yang sangat jelas dalam kepemimpinan Gubernur Kaltim, antara Awang Faroek Ishak (2008-2018) dengan Isran Noor (2018-2023). Jika Awang Faroek Ishak banyak membangun infrastruktur yang spektakuler, namun berbeda pula dengan Isran Noor yang dalam lima tahun terakhir berpasangan dengan wakil gubernur Hadi Mulyadi.
“Tiap-tiap kepemimpinan gubernur ada plus minusnya,” kata Sigit Wibowo, Wakil Ketua DPRD Kaltim, dalam wawancara dengan Wartawan Beritakaltim, Kamis (13/7/2023).
Era Gubernur Kaltim Awang Faroek Ishak, APBD Kaltim dikerahkan untuk proyek-proyek besar seperti jalan tol, jembatan Mahakam, Bandara SAMS Sepinggan, pelabuhan dan kawasan industri Maloy di Kutai Timur. Juga proyek stadion olahraga untuk kepentingan PON yang sekarang terkesan terlantar.
“Pak Awang Faroek punya strategi untuk memancing dana pusat pemerintah turun ke Kaltim. Ya, melalui proyek-proyek spektakuler itu. Setelah dibangun pakai APBD Kaltim belum selesai, akhirnya pusat pemerintah turun tangan menuntaskannya,” ucap Sigit.
Sementara Era Gubernur Kaltim Isran Noor (2018-2023) berbeda lagi. Proyek-proyek spekatakuler yang menjadi tanggung jawab APBN, diserahkan kepada pemerintah pusat. Sementara APBD Kaltim benar-benar untuk kebutuhan fasilitas masyarkat Kaltim.
“Kita harus ingat juga. Tahun 2020 sampai tahun 2022 kita mengalami situasi yang parah. Yaitu covid-10 membuat anggaran pemerintah mengalami refocusing. Rencana yang sudah dibuat sebaik mungkin era Pak Isran, jadi terhambat,” ucap Sigit.
Pada era Isran Noor – Hadi Mulyadi, proyek-proyek spektakuler tidak ada lagi. Dalam bidang infrastruktur pelayanan publik seperti perkantoran, perbaikan, perbaikan. Juga dianggarkan perbaikan fasilitas rumah sakit, termasuk juga membenahi banjir Kota Samarinda.
“Sekarang kan banjir kota samarinda sudah agak baikan lah. Nah itu juga berkat peran APBD Kaltim dalam melakukan normalisasi sungai karang mumus. Di situ ada peran Gubernur Kaltim, Wali Kota Samarinda dan juga pemerintahan pusat melallui Kementerian pekerjaan umum,” kata Sigit, menjelaskan.
Selain ‘kepo dengan kepemimpinan Isran Noor – Hadi Mulyadi selama lima tahun yang akan berakhir pada 30 September 2023, dalam wawancara itu Sigit yang memulai debutnya sebagai aktivis kampus 1998 dan LSM bidang lingkungan, mengungkap bagaimana problem Kalimantan Timur menjadi lumbung pangan.
Padahal ibu kota negara sudah ada dan dibangun di Kaltim, di mana akan dibutuhkan beras dan sumber pangan lainnya, tapi sampai sekarang belum ada investor lokal maupun nasional yang berminat terjun ke bisnis food estate atau tanaman pangan.
“Kalau dorongan pemerintah sudah sangat luar biasa. Petani, nelayan dibantu berbagai macam sarana. Bahkan anggota dewan dalam reses-reses memberikan bantuannya,” ujar Sigit.
Ketua DPW Partai Amanat Nasional (PAN) Kaltim mengatakan, solusi dari sektor pertanian khususnya terkait lumbung pangan adalah mengubah minset pertanian tradisional menjadi pertanian modern.
“Saya kira sekarang kita bicaranya rencana membangun pertanian modern saja. Sebab, mengandalkan pertanian tradisional, tidak membuat produksi kita membaik,” katanya. #
Reporter: Awang Fathur | Editor : Charles
>>>> BERITA VIDEO <<<<
Bandingkan Isran Noor dengan Awang Faroek, Sigit: Ada Plus Minusnya