BeritaKaltim.Co

Warga Empat Kelurahan di Samboja Kekurangan Air Bersih

BERITAKALTIM.CO- Kemarau panjang melanda sebagian besar di wilayah Kutai Kartanegara. Utamanya di wilayah empat kelurahan di Kecamatan Samboja Barat, seperti kelurahan Salok Api Darat, Salok Api Laut, Amborawang Darat dan Amborawang Laut, merasakan dampak yang besar, karena pasokan air yang dibutuhkan warga tidak lagi mampu dipenuhi, sebab sumber bahan baku air bersih sudah tercampur air laut.

“Sejak Sabtu pekan lalu, pasokan untuk air bersih yang ada di Ranting PDAM Salok Api kita tutup,” kata Direktur Utama PDAM Tirta Mahakam Kukar, Suparno yang didampingi Kasi Humas PDAM Tirta Mahakam, Wahono di depan awak media, Kamis (7/9/2023).

Ditambahkan Suparno, sumber air dari sumur dalam dan anak sungai, yang selama ini memasok PDAM Salok Api, kondisi air tawar yang ada sisa sedikit dan sudah bercampur dengan air laut.

“Dan untuk menjaga upaya kelanjutan layanan air bersih terhadap pelanggan tersebut di empat kelurahan tersebut, PDAM Tirta Mahakam meminta bantuan PDAM Balikpapan dan PDAM Ranting Samboja yang air baku masih aman,” tambah Kasi Humas PDAM Tirta Mahakam Wahono.

Diakui Wahono, untuk pengambilan air bersih dari Samboja itu, menggunakan truk tanki dan harus menanggung biaya operasional distribusi air bersih tersebut.

“Kemarau yang ada ini, diprediksi akan berlangsung hingga November nanti, karena itu diharapkan para pelanggan untuk bisa menghemat penggunaan air bersih,” tegas Wahono.

Ditanya soal jumlah pelanggan yang ada di wilayah tersebut, Wahono memperkirakan lebih dari 1.000 pelanggan.

“Mudah-mudahan hujan bisa rutin turun, agar pasokan air bersih aman,” ungkap Wahono.

Sementara itu Lurah Amborawang Laut, Sella M mengakui masyarakat yang ada di Amborawang Laut, sudah dua minggu terkendala soal layanan air bersih, disebabkan kemarau panjang yang melanda Amborawang Laut.

“Ada memang sebagian masyarakat yang mempunyai sumur bor, namun yang tidak punya sumur bor, mau tidak mau harus membeli air dan nilainya mencapai Rp 120 ribu per tandon dengan kapasitas 1.200 liter,” tambah Sella M.

Di sisi lain BMKG menyebutkan dampak El Nino di Indonesia, pada umumnya terasa kuat pada musim kemarau yang terjadi pada bulan-bulan Juli, Agustus, September hingga Oktober.

Oleh karena itu, BMKG mengimbau agar masyarakat dapat meningkatkan kewaspadaan pada bulan-bulan tersebut.

Selain itu, sejumlah wilayah di Indonesia yang akan memasuki puncak musim kemarau pada bulan-bulan tersebut.

Berdasarkan prediksi BMKG terkait curah hujan bulanan, sejumlah wilayah di Indonesia akan mengalami curah hujan bulanan dengan kategori rendah (0-100 mm/bulan, yang diperkirakan terjadi pada Agustus, September dan Oktober.

Wilayah-wilayah yang akan mengalami kondisi cuaca tersebut antara lain Sumatera bagian tengah hingga selatan, Pulau Jawa, Bali hingga Nusa Tenggara, Kalimantan, sebagian besar Sulawesi, sebagian Maluku dan Papua bagian selatan.

Musim kemarau di Indonesia pada tahun 2023 disebut lebih kering dibandingkan 3 tahun sebelumnya. Hal ini tak terlepas dari dampak yang ditimbulkan oleh fenomena El Nino dan IOD (Indian Ocean Dipole) yang terjadi di samudra. #

Editor: Husin

Leave A Reply

Your email address will not be published.