BERITAKALTIM.CO-Dua hari sejak Jum’at hingga Sabtu (2-3) Agustus 2024, sejumlah generasi milenial yang senang dengan teater, mengikuti kegiatan workshop penulisan naskah drama yang diselenggarakan Kementerian Pendidikan Kebudayaan Riset dan Teknologi melalui Badan Pelestarian Kebudayaan wilayah XIV Kaltim-Kaltara di Rumah Adat Banjar, Kutai dan Dayak, sangat antusias.
Workshop penulisan naskah drama itu di buka secara resmi Kepala Badan Pelestarian Kebudayaan Lestari dan mengingatkan kepada peserta, bahwa pelestarian kebudayaan mempunyai peran yang penting, karena sejarah dan perjalanan sebuah wilayah tidak bisa dilepaskan dari yang namanya kebudayaan.
“Workshop yang ada ini jelas sangat bermanfaat bagi perkembangan dunia teater di Kaltim, terlebih lagi dengan perkembangan tehnologi yang canggih saat ini, semua program kegiatan seni dan budaya tidak bisa dilepaskan dari yang namanya naskah,” kata Lestari.
Ditambahkan Lestari, apalagi seperti yang dikatakan tokoh teater Kaltim Hamdani, bahwa saat ini sulit sekali menemukan penulis naskah drama yang baik, sehingga Badan Pelestarian Kebudayaan menyambut baik kegiatan ini.
“Terlebih lagi tokoh-tokoh teater Kaltim seperti Pak Syafril Teha Noor, Irwan Darmansyah dan Sahabudin, menjadi narasumber yang ketokohannya tidak perlu diragukan lagi,” ungkap Lestari.
Hamdani sebagai salah satu tokoh teater yang sudah berkecimpung sejak tahun 1977, mengakui perjalanan hidup kehidupan teater di Kaltim sempat memasuki pasang surut, penulis naskah-naskah drama yang ada di Kaltim mungkin bisa dihitung.
“Karena itu workshop penulisan naskah drama ini dirasakan penting, sehingga kehidupan teater di Kaltim makin berkibar dan marak nantinya dengan munculnya penulis-penulis naskah drama yang bisa diandalkan,” papar Hamdani.
Syafril Teha Noor sebagai narasumber dengan materi “Naskah Drama pada Teater Modern”, mencoba mengajak peserta untuk mengenal seluk beluk membuat naskah yang baik dan harus sabar dalam berkarya.
Proses kreatif Syafril Teha Noor dalam menulis naskah drama di buka dengan lugas oleh Syafril, bahwa untuk menjadi seorang penulis naskah drama harus melalui proses yang panjang, tidak semudah membalik telapak tangan.
“Paling penting kita harus selalu mau belajar dan berdiskusi dengan penulis naskah yang sudah ada, datangi dan dengarkan apa yang diungkapkan para penulis naskah yang sudah punya nama. Karena dengan diskusi dan belajar itulah kita mendapatkan ilmu yang sangat bermanfaat bagi kita sebagai calon penulis naskah yang andal dan satu lagi jangan bosan kiat harus terus membaca berbagai ilmu pengetahuan, tidak hanya melulu soal teater, melainkan juga harus baca buku soal tari, sastra, musik, pahat dan lain sebagainya, karena buku merupakan ilmu yang tak ada habisnya,” kata Syafril.
Diingatkan Syafril sebagai calon penulis naskah drama, maka jadikan budaya membaca sebuah keharusan yang merasuk dalam jiwa. Karena dengan banyak membaca akan menumbuhkan pengertian dan pemahaman yang bisa dijadikan literatur dalam membuat sebuah naskah drama.
Sedangkan Sahabudin alias H Pance (Penerima Anugerah Kebudayaan 2024), yang sudah malang melintang di dunia teater sejak tahun 1985 memberikan materi “Tehnik Menyusun Naskah Drama” menguraikan secara gamblang apa yang dilakukannya di teater. Sebagai aktor dan juga sebagai sutradara yang berkali-kali memenangkan kejuaraan lomba teater, H Pance mengakui perjalanan hidup kehidupan dalam teater penuh liku dan beragam, namun perjalanan itu menjadi sebuah proses dalam meniti jalannya kehidupan.
“Tidak mudah memang dalam meniti karir di dunia teater, namun itu haruslah dijadikan pegangan dan lecutan semangat. Di dunia teater kita belajar tentang hidup kehidupan dan itu adalah modal utama,” tegas Sahabudin.
Diungkapkan Sahabudin, tehnik dalam menyusun naskah drama ada beberapa cara, tergantung dari selera dan kemampuan seseorang dalam menyusun naskah drama.
“Dari pengalaman hidup kehidupan itu, mencuat ide membuat sebuah naskah drama yang ada, tentunya juga diiringi dengan perenungan-perenungan yang mewarnai jiwa,” urai Sahabudin.
Sementara itu Irwan Darmansyah yang lebih dikenal sebagai Wawan Timor dalam “Bedah Naskah” mengajak peserta untuk mengetahui seluk beluk lahirnya sebuah naskah yang ada.
“Proses terjadinya sebuah naskah drama tidaklah mudah, penulis-penulis naskah yang ada di Indonesia dalam menulis naskah selalu mempunyai cacatan mendalam akan lahirnya sebuah naskah drama dan itu harus kita ketahui dengan baik dan mendalam. Untuk membedah sebuah naskah, kita harus juga meneliti apa maksud yang dikandung dalam dialog dari sebuah naskah, karena dialog dalam naskah mempunyai intreprestasi yang tersirat daripada yang tersurat,” kata Wawan Timor.
Ditekankan Wawan Timor, dalam sebuah pementasan teater, maka peran sutradara, pemain dan yang terlibat dalam sebuah pementasan haruslah menyatu, meskipun tetap harus berpatokan pada sutradara.
“Karena itu memahami dan menyelami maksud kalimat dalam sebuah naskah itu sangat penting. Tidaklah sembarangan dan untuk bisa memahami dan menyelami kalimat yang ditulis penulis naskah drama sangat perlu. Naskah Sopocles (penulis Yunani) tentu akan berbeda dengan naskah yang ditulis Putu Wijaya, atau naskah Rendra akan jauh berbeda dengan naskah yang ditulis Arifin C Noor atau mungkin juga naskah yang ditulis Hamdani akan berbeda dengan yang dibuat Frederico Garcia Lorca. Penulis-penulis drama dalam menuangkan kata dalam sebuah naskah tentunya punya maksud yang ada. Menyelami dan memahami sebuah naskah drama dengan lengkap dan menyeluruh sangatlah penting, ” tegas Wawan Timor.
Dua hari pelaksanaan workshop penulisan naskah drama ternyata mendapat dukungan dari peserta, semua peserta antusias dan meminta agar kegiatan ini ada kelanjutannya tidak mandek.
“Kegiatan ini sangat bermanfaat dan penting serta memberikan pencerahan bagi kami, terutama sekali teater-teater sekolah yang ada,” kata Nurhayati salah satu guru Bahasa Indonesia dari SMP dan SMK Muhammadiyah.
Hamdani yang mendengar keinginan tersebut langsung merespon dan memberikan solusi apa yang seharusnya dilakukan dalam masa-masa mendatang, sehingga gairah untuk menulis naskah-naskah drama muncul dalam jiwa peserta pelatihan.#
Reporter|Editor: Hoesin KH
Comments are closed.