Masa Pemerintahan
SEBELUM melangkah lebih jauh, mari kita melihat masa kelam Balikpapan tempoe doeloe di tahun 1844. Dahulu berada dalam wilayah perkembangan pemerintahaan Kesultanan Kutai Kartanegara Ingmartadipura.
Secara resmi menjadi wilayah “protektorat” Hindia Belanda. Sehingga secara otomatis Balikpapan, berada dalam kekuasaan Hindia Belanda, sebagai sebuah “ Onderafdeeling” atau wilayah (administratif) kolonial Hindia.
Maksudnya berada dalam wilayah “Kutai Selatan”, meliputi dua distrik. Termasuk Distrik Samboja, yang sebelumnya di pimpin oleh Kontrolir (Controleur/Belanda). Ketika itu Onderafdeeling Balikpapan dipegang oleh seorang” Gezaghebber” (penguasa pemerintahan lokal) atau setingkat distrik, dikenal dengan “Komender Laut”.
Tugasnya berfungsinya sebagai penggerak tingkat desa, menjalankan roda pemerintahan.
Kemudian kedudukan Gezaghebber dihapus, seiring dengan penetapan seorang Controleur, sebagai kepala pemerintahan setempat. Selama kekuasaan Onderafdeeling di Balikpapan.
Maka dengan terbentuknya Onderafdeeling, tercatat sebanyak enam orang bertugas di Controleur, mereka adalah Brouwer (1927-1929), Van Dries (1929-1934), Van de
Brink (1934-1936), Mr. H.J. G, d’Ancona (1936-1938).
Serta masa pimpinan Mr P. Van Hoeve (1938-1940), dan masa N. Bleckmen (1940- 1942).
Kedudukan mereka sebagai distrik. Selain itu terdapat lima orang kepala distrik yang memimpin, seperti Kiyai Mas Tumenggung, Kiyai Mas Djaja (Jaya) Purwanta, Kiyai Mas Djaja, Kiyai Mas Tijib (Tiyib), dan Kiyai R Makhmud (Machmud). Bahkan di Tahun 1920 juga terbentuk lima distrik Kampoeng, dipimpin oleh seorang petinggi, (Pembakal).
Kelima Kampoeng itu adalah ;
1. Kampung Baroe yang meliputi wilayah Balikpapan Seberang (antara lain dari Sepaku, Semoi, Sepaku, Jenebora, Penajam hingga sampai Tunan dan sekitarnya)
2. Kampoeng Karang Anyar – Strat Baru yang juga meliputi Gunung Sari Ulu.
3. Kelandasan Ilir meliputi wilayah Manggar
4. Klandasan Ulu wilayahnya sampai ke Pulau Tokong
5. Prapatan dengan wilayah kekuasaan sampai Gunung Sari Ilir.
Selain lima Kampung, masih terdapat beberapa kampoeng yang berada di bawah otoritas BPM. Petinggi kampoeng langsung dipegang oleh orang-orang BPM dan secara
khusus mengamankan seluruh kepentingan BPM (De Battafsche Petroleum Maatschapij).
Di sini ada tiga petinggi, masing-masing berkedudukan di Pandan Sari, Gunung Balikpapan, dan Pasar Batu. Ketiga Kampung tersebut berada dalam otoritas BPM.
Sejak pemerintahan Hindia Belada, kampoeng-kampoeng tersebut tidak mengalami perubahan wilayah administratif. Bahkan pengganti petinggi hanya bisa dilakukan, terkecuali
para petinggi tersebut meninggal dunia.
Tidak ada batasan waktu, dalam menjabat bagi para petinggi. Terkecuali para petinggi kampoeng mengalami gangguan kejiwaan tetap, barulah mereka dapat digantikan dengan yang lain.
Untuk kampoeng yang memiliki wilayah cukup luas, tugas mereka di bantu oleh satu atau dua wakil petinggi. Wakil petinggi biasanya, tidak berkedudukan sama dalam satu wilayah yang sama.
Mereka harus berada di wilayah di kampung lain, untuk mengepalai mempermudah administrasi. Lima kampoeng yang memiliki distrik, dapat dibantu seorang wakil petinggi, bahkan lebih.
1. Seperti Kampung Baru Ulu, menempatkan tiga orang wakil petinggi di wilayah masing-masing, Mentawai, Teluk Tebang dan Teluk Waru.
2. Petinggi Karang Anyar meliputi Strat Baru di bantu oleh tiga orang wakil petinggi masing-masing berkedudukan di Rapak, Strat Baru, Cemara Ginting.
3. Klandasan Ilir memiliki dua orang wakil petinggi mereka masing-masing berkedudukan di Manggar dan Sepinggan.
4. Petinggi Klandasan Ulu dibantu oleh satu orang wakil berkedudukan di Cemara Ginting.
5. Petinggi Prapatan menempatkan satu orang wakil, dan berkedudukan di Gronteng .
Menjelang berakhirnya kekuasaan Hindia Belanda, Balikpapan Seberang, yang sebelumnya wilayah Kampoeng Baru, statusnya diubah menjadi sebuah “Kampoeng Mandiri”.
Dari pemekaran Kampung Baru (Balikpapan Seberang) meliputi Kampung Tunan, Kampung Tanjung Jumlay, Kampung Nenang, dan Kampung Penajam, dan kampung-kampung lainnya.
Sekarang dalam wilayah Administrasi Kabupaten Penajam Paser Utara (PPU).
Memang sebelumnya Penajam (Balikpapan Seberang) meliputi, Mentawir, Nenang, Sepaku, Semoi, Sotek, Tajung Jumly, Sesumpu, Pantai Lango, Jenebora, Petung dan sekitarnya berada dalam administrasi pemerintahan Kota Balikpapan, yaitu Kecamatan Balikpapan Seberang.
Kemudian diserahkan ke Pemerintah Kabupaten Pasir, Tanah Grogot. Sejak tahun 1987 itulah Penajam merupakan bagian dari Tanah Grogot.
Penajam sebelum melepaskan diri, dari wilayah Kabupetan Pasir, Grogot. Kemudian membentuk tim, untuk memisahkan diri, sesuai dengan Undang Undang pemerintahan. Serta berpegang dengan Undang Undang No 7 Tahun 2002.
Maka pada Tanggal 10 April 2002, secara resmi dilepas dari wilayah Administrasi, Pasir Grogot. Telah terbentuk pemerintahan definitif menjadi kabupaten baru, Kabupaten Panajam Paser Utara (PPU).
Sebelumnya beberapa orang yang pernah tercatat sebagai Camat Balikpapan Seberang, seperti Syahrum, M Pahtar, M Naif, Made Amin, Asra dan lainnya.
Daratan Balikpapan Seberang dipisahkan oleh Teluk Balikpapan, yang bermuara di Selat Makassar.
Karena pusat pemerintahan berada di Balikpapan, jika ingin berurusan ke pemerintahan induk harus menyeberang, dengan armada atau transportasi laut.
Hingga saat ini transportasi laut masih eksis, bahkan sudah dibangun sebuah jembatan penghubung, yang menghubungkan dua daratan tersebut (daerah), Kabupaten PPU dan Balikpapan.
Sebagai penghubung dua daerah dapat melintasi “Jembatan Pulau Balang”, atau bisa juga menempuh jalan lingkar Km 38, Sepaku-Semoi-Petung yang saat ini lokasi Ibu Kota Negara (IKN) pengganti Jakarta.
IKN sendiri berada di dua kabupaten, yaitu Kabupaten Panajam Paser Utara (PPU) dan Kabupaten Kutai Kartanegara, dimana Balikpapan sebagai kota jasa, juga penopang Ibu Kota Negara.
Hal itu disebabkan adanya lapangan terbang Internasional Haji Muhammad Sulaiman Sepinggan Balikpapan dan Pelabuhan Laut Semayang Balikpapan (Internasional), serta sarana dan prasarana penunjang lainnya.
Penulis: Muhammad Asran (Pemerhati Sejarah)|Editor:Hoesin KH
Comments are closed.