BeritaKaltim.Co

Sumur Mathilda Tonggak Sejarah Balikpapan

SEJARAH Kelam merupakan perjalanan panjang, sebagai tonggak sejarah, yang diambil dari sebuah momentum, dalam pertumbuhan dan perkembangannya sebagai daerah yang berada di pesisir, dan bermuara di “Selat Makasar “.

Dari pelabuhan kecil menjadi industri besar, telah menjadi sebuah kota Balikpapan, saat ini menjadi penyangga Ibu Kota Negara (IKN), telah menjelma menjadi modern, di Provinsi Kalimantan Timur (Kaltim).

Sejak dahulu Balikpapan sudah menjadi daya tarik tersendiri bagi negara-negara kolonial maupun imperial untuk dikuasai dan dikelola semenjak ditemukannya tanda-tanda
kandungan minyak mentah. Bumi Kalimantan Timur memiliki sumber daya alam berlimpah.

Apa lagi Balikpapan, berada di pesisir dan bermuara ke Laut Makasar sangat potensial dimanfaatkan untuk kawasan industri.

Berawal dari penemuan ladang minyak di Teluk Balikpapan, oleh seorang Ir Kehutanan dan Pertambangan, Jacobus Hubertus Menten (JH Menten), warga negara Belanda, pada Tanggal 10 Februari 1897 silam.

Sebelum ditemukan Sumur Mathilda (Mathilde), merupakan sumur pengeboran minyak pertama di Balikpapan. Jacobus Hubertus Menten sejak (1833-1920) sudah mengetahui adanya endapam minyak, dan dia juga sebagai orang pertama penemu minyak di Balikpapan.

Sumur minyak yang ditemukan di pesisir teluk Balikpapan, kemudian diberi nama “Mathilda”. Penamaan itu di sematkan dan diambil dari salah seorang nama anaknya yang bernama (Mathilda), tidak lama kemudian di sebelah Timur Mathilda, Menten juga kembali berhasil menemukan sumur minyak dan diberi nama “Sumur Nonny”, juga nama ini di ambil dari nama anaknya, sumur ini terletak di kawasan Samboja.

Dari sumur-sumur yang ditemukan tersebut berawal dari cairan hitam, yang menyembur ke permukaan bumi. Sumber daya alam mentah berupa “ Crude Oil”, pada 10 Februari 1897, silam. Setahun kemudian, pada Tanggal 15 April 1898, secara resmi pengeboran sumber-sumber minyak di mulai pada konsesi Mathilda.

Dengan kedalaman “180 meter” berhasil memompa minyak mentah ke permukaan bumi, oleh Nederlandch Indsch Indusrie en Handel Maatschappij (HIIM), selaku pemegang konsesi Mathilda.

Kedua sumur minyak itu merupakan nama dari anak-anak JH Menten, sekaligus nama perusahaan J.H Mentendan Mr Adam dari Firma Samuel & Co. Merupakan pemenang hak konsesi pengeboran yang telah mengontrak Balikpapan dari Kesultanan Kutai.

Eksplorasi minyak bumi dilakukan dengan memetakan rembesan-rembesan minyak. Ternyata ditemukan rembesan minyak di jalur Balikpapan hingga Utara Samarinda, jalur ini kemudian terkenal sebagai “Antiklinorium” Samarinda (Antiklinorium = bahasa Ilmiah)

Dalam bahasa Ilmiahnya, dari kata Antiklinorium, adalah gabungan kata, yang mengandung makna, sedangkan makna dari Antiklin sendiri adalah Antiklin besar yang di atasnya terdapat lipatan-lipatan kecil, dan “sinklonorium adalah “sinklin besar yang di atasnya terdapat lipatan-lipatan kecil.

Sehingga Antiklinorium adalah puncak lipatan besar permukaan bumi, terdiri atas beberapa puncak lipatan yang lebih kecil. Sehingga tidak mengherankan di sepanjang “Delta Mahakam” ditemukan sejumlah sumur minyak.

Sejak itulah daratan (Balikpapan) perlahan kian berkembang, mulai dibangun prasarana jalan, perumahan dan kantor untuk kebutuhan orang Belanda (Eropa). Mulai membangun area penampungan minyak mentah (tangki), pelabuhan serta sarana dan prasarana penunjang lainnya.

Kemudian membangun pabrik (drum), aspal, dan tak kalah pentingnya Rumah Sakit diberi nama Yuliana Hospital, terletak di daerah Kelandasan.

Balikpapan dan Sumur Mathilda sangat erat kaitannya, sejak satu abad lebih penemuan Sumur Mathilda, yang telah dipatenkan pada 10 Februari 1897.

Sehingga untuk menentukan hari “Jadinya Balikpapan” para tokoh masyarakat yang melibatkan eksekutif dan Legislatif, digagas oleh almarhum Sofyan Asnawi salah seorang wartawan senior, sebagai koresponden Sinar Harapan, membuat acara seminar sehari, untuk menentukan hari jadinya Balikpapan, di bulan Desember 1985 silam.

Dalam acara seminar itulah, dengan kata sepakat dan mufakat, yang dituangkan dalam legalitas atau berkekuatan hukum. Sehingga tanggal jadi hari, bulan dan tahun itulah sejak ditemukannya Sumur Mathilda, 10 Februari 1897. Sebagai acuan dan patokan ditetapkannya hari jadinya Balikpapan. Sumur Mathilda yang berada di atas bukit, Gunung 10 merupakan saksi bisu kota Balikpapan.

Sumur Mathilda, sebagai tonggak sejarah Kota Balikpapan, hingga kini masih berada di bukit Gunung 10 sebagai saksi bisu dalam sejarah. Sumur Mathilda menghasilkan “Crude Oil” minyak mentah sebanyak 40 ribu barel/tahun, yang memompa cairan hitam dan di tampung ke dalam tangki tidak jauh dari sumur Mathilda. Bukti sejarah ini, berupa menara, tangki dan pipa saluran minyak mentah masih terpelihara sebagai benda sejarah di atas bukit tersebut.

Sementara itu, dari lereng perbukitan Gunung 10, kawasan Pelabuhan Semayang Balikpapan, terdapat sebuah rumah kontrol, pompa minyak yang dialirkan dari sejumlah sumur di Samboja.

Terdapat Monumen Mathilda, diapit tangki besar T. 900 berfungsi untuk menampung sejumlah minyak mentah. Setiap beberapa jam sekali buka tutup kran, dilakukan oleh petugas melalui alat komunikasi, yang terdapat di rumah pompa tersebut. #

Penulis: Muhammad Asran/Pemerhati Sejarah|Editor: Hoesin KH

Comments are closed.