BERITAKALTIM.CO-Balikpapan tidak hanya ditemukan benda-benda peninggalan bersejarah, dari peninggalan Kolonial Belanda maupun Jepang. Juga terdapat beberapa makam keramat dan makam tertua. Dari sekian makam keramat tersebut, dua diantara berada, ditempat terpisah.
Namun kedua makam keramat itu masih dalam wilayah Gunung Komendur, Kampung Pelayaran, Kelurahan Prapatan, Kecamatan Balikpapan Kota.
Makam keramat yang terdapat di Balikpapan, salah satunya berada di kawasan puncak Gunung Komendur, berdekatan dengan Goa Jepang. Satunya berada di kaki gunung, Gunung Kemendur, di Jalan Yos Sudarso depan pelabuhan Semayang, atau Makam keramat Pulau Tokong, sedangkan makan tertua, berlokasi, di kawasan Pantai Lamaru, Kelurahan,
Balikpapan Timur, dan di Hutan Lindung Sungai Wain, Km 15 Balikpapan Utara.
Sebenarnya makam keramat ini dahulu terdapat di beberapa tempat, seperti laut, kawasan “Nebo” Pandan Arum. Karena makam ini dibiarkan begitu saja, dan tidak ada yang merawat, serta terkenan abrasi pasang surutnya air laut, lama kelaman hilang dengan sendirinya. Sedangkan yang berada di wilah Kebun Sayur, Jalan Wain hingga kini masih ada, namun hingga kini masih misteri siapa yang bermakan di situ.
Penulis yang berdomisili di Kebun Sayur, sudah lebih 60 tahun lamanya, terus mencari tahu siapa sebebarnya yang bermakam disitu. Begitu juga terus menggali keterangan dari para sesepuh warga Kebun Sayur. Pada umumnya mereka tidak ada yang mengetahui asal usulnya serta salasilah atau juriatnya. Makam yang berselimut kain kuning ini, jauh
sebelumnya sudah ada semenjak nenek dan datuk mereka tinggal di kawasan ini.
Makam keramat yang berada di wilayah Kampung Pelayaran, berada di puncak Gunung Komendur. Juga terawat dengan baik, berkubah kelambu kuning, termasuk juru pelihara (Jupel) bernama Suroto. Awalnya makam ini ditemukan warga secara tidak sengaja, Jum’at tahun 2010. Setelah santer di pemberitaan media, kemudian Dinas Pemuda Olahraga dan Budaya Kota Balikpapan, melakukan peninjauan lapangan.
Tidak lama terpasanglah Papan Cagar Budaya sesuai dengan UU No 11 tahun 2010.
Makam yang ditemukan, pada baturnya/batu nisan bertuliskan wafat tahun1933, dan bernama Pangeran Aji Kemala gelar Pangeran Aji Kerta Intan. Merupakan juriat dari Kerajaan Kutai Kartanegara Ing Martadipura, yang bermakam disini. Karena kawasan puncak Gunung Komendur hingga saat ini masih asri dan bisa melihat sudut kota Balikpapan termasuk Kilang-kilang minyak dan pemandangan laut yang cukup mempesona.
Menurut Jupel (Suroto), Pangeran Aji Kemala yang wapat (1933) merupakan anak dari Sultan Muhammad Sulaiman yang ke 20. Beliau memerintah Kerajaan Kutai Kartanegara Ing Martadipura sejak 1850-1899. Makam ini sering dijiarahi oleh warga Balikpapan juga dari luar Balikpapan, mereka ingin melihat secara langsung. Memang kawasan makan ini berada di atas bukit terjal, melintasi jalan setapak yang cukup melelahkan.
Dengan adanya makan berkelambu kuning, berkeramik serta ada gundukan bebatuan tempat duduk sebagai patilasan untuk beristirahat, menuju mulut goa. Semua benda tersebut merupakan fakta sejarah yang tidak bisa di fungkiri. Di sekitar makam juga terdapat sebuah Tower atau radar yang digunakan untuk memantau lalulintas laut oleh Syahbandar, dari dahulu sudah berada di bukit ini.
Dan makam keramat yang terdapat di lereng kaki Gunung Komendur, adalah makam seorang “Mufti” yang terkenal keturunan dari Habib, salah satu dari keturunan cucu Rasullulah bernama Syarifah Fatimah (Syarifah Banten), konon kabarnya masih bersaudara dengan pemilik makam Tanjung Priok, yaitu Mbah Priok atau Al-Iman Al Arif Billah
Syai’dinna Al ‘Habib Hasan Bin Muhammad Al Hadad Husain Asy Safi’i.
Makam ini berada disebuah rumah kecil di lereng kaki Gunung Komendur, persis di tikungan Pelabuhan Semayang Balikpapan, Jalan Yos sudarso. Dirumah kecil juga terpajang nama-nama para juru kunci keramat Pulau Tokong, masing-masing almarhum Habib Gasim, Haji Uung, Haji Abdullah. Sekarang Jupelnya dipercayakan kepada Haji Mastiah, merupakan istri dari almarhum Haji Abdullah sebagai penggatinya.
Namun untuk menggali keterangan lebih jauh, penulis bersama petugas Dinas Pendidikan dan Budaya Pemprov Kaltim. Beberapa waktu lalu, Jupel terkesan sangat berhati-hati dalam memberikan keterangan. Sehingga hasil yang didapat tidak maksimal konon ceritanya makam Mufti ini adalah asli. Dimasa Kolonial, makan tersebut di pindahkan ke Pulau Tokong, karena lokasinya akan digunakan untuk pengembangan Pelabuhan.
Namun keajaiban atau karomah makam tersebut kembali ke darat, tempat asal semula letak makam tersebut berada. Makan yang kembali ke darat itu, artinya tidak bisa dipindahkan, tiba-tiba saja makam tersebut mengeluarkan “Sinar”. Selain itu pihak pemerintah Kolonial sempat ingin menghancurkan, namun gagal “Granat” yang dilemparkan tidak meledak.
Malah Granat yang dilemparkan tidak meledak, dan sebaliknya malah prajurit Belanda itu sendiri yang mendapat petaka, “dia meninggal seketika. Sejak itulah makam tersebut di kramatkan. Selain itu Syarifah Fatimah Al Idrus, juga tidak memiliki keturunan. Makam ini sering di kunjungi warga sebagai salah satu pilihan tempat wisata religi di Balikpapan. Sedangkan yang atau Pulau Tokong, itu adalah sebuah makam kosong.#
Penulis: Muhammad Asran/ Pemerhati Sejarah Balikpapan|Editor: Hoesin KH
Comments are closed.