BERITAKALTIM.CO-MUNGKIN tidak semua orang mengetahui, pada masa PD II, Balikpapan belum berada dalam Provinsi Kalimantan Timur (Kaltim). Setelah berakhir PD II, yang ditandai dengan bertekuk lututnya Jepang pada Tanggal 14 Agustus 1945. Jepang menyerah tanpa syarat dan tiga hari kemudian Kemerdekaan Indonesia di Proklamirkan, tepat Jum’at 17 Agustus 1945, oleh Soekarno-Hatta, di Jalan Pegangsaan Timur, 56 Jakarta.
Kemudian keesokan harinya (18-8-1945), Presiden Soekarno mengangkat Pangeran Ir. Muhammad Noor, selaku Gubernur Kalimantan, pada saat itu berkedudukan di Jogjakarta.
Pengangkatan Pangeran Ir Muhammad Noor, atas saran dari Muhammad Hatta. Karena antara Soekarno dan Muhammad Noor, teman sama-sama Alumni ITB. Namun keduanya berbeda jurusan, Soekarno dari Teknik Bangunan dan Muhammad Noor, Teknik Irigasi dan pengairan.
Sejak diberlakukannya Undang-Undang Nomor :27 Tahun 1959, tentang pembentukan daerah-daerah tingkat II di Kalimantan Timur, Balikpapan berdiri sendiri menjadi Kota Praja Balikpapan. Terpisah dari Daerah Istimewa Kutai (DIK), di mana pada saat itu diangkat sebagai Walikota pertama Aji Raden Syayid (ARS) Muhammad (1960-1963). Pemimpin yang memimpin Kota Balikpapan.
Berkaitan dengan keberadaan Tugu Perdamaian, merupakan sebuah perjalanan dan peristiwa bersejarah masa kelam di Balikpapan. Lokasi Tugu Perdamaian Australia-Jepang dan Indonesia sendiri berada, di kawasan Km 13 dengan kawasan infrastruktur Proyek Jalan Tol, Jalan poros Soekarno Hatta, Balikpapan-Samarinda, berdekatan dengan pintu Tol Km 13, Kelurahan Karang Joang, Kecamatan Balikpapan Utara.
Tugu peringatan ini terletak di kawasan Km 13, merupakan sebuah saksi bisu antara bangsa Jepang, Australia dan Indonesia, yang telah gugur pada PD II. Di mana dahulunya kawasan ini, sebagai tempat pertahanan terakhir tentara Jepang sebelum melarikan diri ke pedalaman “Hulu Mahakam”. Dahulu terdapat beberapa makam, peralatan kendaraan,
lubang-lubang bekas bom/rudal pesawat tempur, sehingga menguatkan bukti sejarah.
Apa bila pengunjung ingin melihat tugu ini, butuh perjuangan dan kehati-hatian, saat menuju lokasi tugu tersebut, karena jarak tugu dengan jalan Poros Km 13 cukup lumayan jauh berjarak kurang lebih 200 meter.
Selain jauh jalannya juga menurun, berlumut sehingga licin, terkena rembesan air, apa lagi sehabis diterpa hujan, juga tidak terdapat adanya pagar pengaman untuk berpegangan.
Jika kita berada di lokasi Tugu Perdamaian, maka kita akan menemukan 2 buah “ Gazebo yang di dalamnya terdapat prasasti bertuliskan huruf “Kanji”. Masing-masing pada prasasti pertama berwarna Biru setinggi 150 senti meter dengan lebar 50 senti meter, di gazebo pertama. Pada Gazebo dua dengan ukuran yang sama, prasasti kedua ini berbatu alam warna abu-abu agak kecoklatan, terkena tanah juga terdapat huruf Kanji.
Menurut sumber informasi yang layak dipercaya, pada prasasti pertama (depan) merupakan makam dari kumpulan “Habu/abu” (sisa pembakaran) jasad tentara Jepang yang jasadnya sudah tidak dikenali lagi.
Artinya, ciri khusus berupa “Gelang” atau kode yang melekat di tubuh mereka terlepas atau hilang. Sulit untuk di identifikasi, kemudian dikumpulkan dan di bakar bersamaan dengan jasad temuam di wilayah Lamaru, kemudian abunya dikumpulkan dan di kubur di sini.
Untuk semua jasad tentara Jepang yang berhasil di identifikasi di satukan setelah melalui prosesi pembakaran, kemudian sisanya atau abu (habunya) di masukan ke dalam sebuah “Guci”, dan di boyong ke negeri asalnya, yaitu Negeri Matahari Jepang.
Inilah akhir dari sejarah perjalanan Jepang pada perang Asia Timur Raya, atau terkenal dengan Perang Asia Pasifik, merupakan sejarah perang terdasyad di dunia, PD II, yang melibatkan banyak negara, baik di Asia, Eropa dan Timur Tengah.
Untuk itulah, para generasi muda saat ini perlu mencintai sejarah terutama sejarah daerah. Di mana tempat tinggal saat ini, sebagai penambah wawasan dan ilmu pengetahuan tentang daerahnya terutama Balikpapan. Sehingga dengan mengetahui tentang asal-usul Balikpapan kita turut menjaga, dalam melestarikan peninggalan cagar budaya, sebagai
peninggalan sejarah.
Penulis: Muhammad Asran/Pemerhati Sejarah/Editor: Hoesin KH
Comments are closed.