BERITAKALTIM.CO – Pemilihan Wali Kota (Pilwali) Samarinda tahun ini menjadi sorotan publik, terutama karena Andi Harun, petahana yang berpasangan dengan Saifudin Zuhri, akan melawan kotak kosong atau kolom kosong. Situasi ini terbilang unik dalam kontestasi politik, di mana warga Samarinda dihadapkan pada pilihan antara mendukung calon tunggal atau memilih kotak kosong.
Melihat pentingnya pemahaman masyarakat terhadap proses ini, Komisi Pemilihan Umum (KPU) Samarinda aktif melakukan sosialisasi, terutama terkait mekanisme debat yang akan diadakan menjelang hari pemilihan.
Debat ini menjadi salah satu upaya untuk memberikan informasi kepada pemilih mengenai visi dan misi calon tunggal, serta alasan mengapa kotak kosong tetap menjadi pilihan sah dalam pemilu.
Komisioner KPU Samarinda, Yusniati, yang membawahi Divisi Sosialisasi, Pendidikan Pemilih, Partisipasi Masyarakat, dan SDM, menjelaskan bahwa pihaknya telah merencanakan tiga sesi debat, satu di tingkat lokal dan dua lainnya akan disiarkan di televisi nasional.
“Kami masih dalam tahap pencocokan jadwal karena debat yang akan ditayangkan di televisi melibatkan bukan hanya Samarinda, tetapi juga kabupaten dan kota lain di seluruh Indonesia,” jelas Yusniati saat di temui di KPU Samarinda, Senin (7/10/2024).
Menurutnya, kesulitan dalam penentuan jadwal debat ini disebabkan oleh tingginya permintaan dari berbagai daerah yang juga akan melaksanakan pemilihan.
“Misalnya saja, tanggal 21 Oktober yang awalnya kita rencanakan untuk debat, ternyata sudah dipakai oleh Mahakam Ulu dan Kutai Barat, bahkan Provinsi Kaltim juga akan menggunakan tanggal itu untuk debat di TVRI,” lanjut Yusniati.
Namun, KPU Samarinda tetap berupaya agar debat dapat dilaksanakan dengan baik, meskipun harus bersaing jadwal dengan daerah lain.
“Kita memang harus berebutan jadwal, tapi kami optimis semua akan berjalan sesuai rencana,” katanya.
Debat pada Pilwali Samarinda kali ini tentu berbeda dengan debat pada pemilihan sebelumnya yang menghadirkan lebih dari satu pasangan calon (paslon). Yusniati menjelaskan bahwa perbedaan paling mendasar adalah tidak adanya interaksi langsung antara calon dengan lawan politik.
“Jika ada dua paslon, debat terjadi di antara mereka, namun dalam kasus calon tunggal, debat lebih mengarah pada pengujian visi dan misi calon oleh panelis,” ungkapnya.
Panelis yang dihadirkan pun dirancang khusus untuk memperdalam tema debat, dan bukan untuk saling adu argumen antar calon.
“Panelis akan mempertajam visi dan misi calon, serta memberikan penilaian berdasarkan tema yang ditentukan. Rencananya, akan ada lima panelis untuk setiap sesi debat, dan panelis ini akan berganti sesuai tema yang diangkat,” lanjut Yusniati.
Tema debat yang akan disajikan pun tengah dalam proses perumusan oleh tim yang dibentuk KPU.
“Kami baru saja membentuk tim perumus yang bertugas menentukan tema debat. Tim perumus ini bekerja sama dengan panelis untuk memastikan bahwa tema yang diangkat relevan dan mampu menggali lebih dalam visi dan misi calon,” tambahnya.
Selain mempersiapkan debat, KPU Samarinda juga aktif melakukan sosialisasi ke masyarakat untuk memastikan pemahaman mengenai tata cara pemilihan dengan calon tunggal. Menurut Yusniati, sosialisasi ini sangat penting karena banyak masyarakat yang belum terbiasa dengan konsep kotak kosong.
“Kami melakukan sosialisasi secara masif, baik melalui media sosial, radio, dan televisi, serta kegiatan langsung di lapangan. Tujuannya adalah agar masyarakat tidak bingung dan dapat menggunakan hak pilih mereka dengan bijak,” ujarnya.
Lebih lanjut, ia menjelaskan bahwa pilihan untuk tidak memilih calon tunggal bukanlah bentuk golput, melainkan bentuk partisipasi politik yang diakomodir dalam peraturan pemilihan.
“Pemilih bisa memilih kotak kosong jika merasa calon tunggal tidak mewakili harapan mereka. Namun, jika kotak kosong yang menang, maka pemilihan ulang harus dilakukan,” jelas Yusniati.
Debat dan sosialisasi yang dilakukan KPU diharapkan dapat memberikan gambaran jelas kepada masyarakat tentang bagaimana mekanisme pemilihan dengan calon tunggal ini berjalan. Dengan demikian, diharapkan tingkat partisipasi masyarakat dalam Pilwali Samarinda tetap tinggi, meskipun hanya ada satu calon yang maju.
Pilwali Samarinda kali ini bukan hanya tentang persaingan politik, tetapi juga menjadi momen penting bagi masyarakat untuk benar-benar menilai apakah kepemimpinan petahana Andi Harun masih relevan dengan harapan mereka atau apakah kotak kosong menjadi simbol keinginan akan perubahan.
Menjelang pemilihan, KPU Samarinda terus memastikan bahwa seluruh persiapan berjalan sesuai jadwal, meskipun ada beberapa tantangan dalam penentuan jadwal debat.
“Kami optimis semua akan berjalan lancar, dan kami terus bekerja keras untuk memastikan tidak ada kendala berarti yang bisa menghambat proses pemilihan,” pungkasnya.
Dalam situasi ini, peran masyarakat sangat penting. Sosialisasi yang dilakukan KPU diharapkan bisa membantu masyarakat memahami bahwa memilih calon tunggal atau kotak kosong sama-sama memiliki implikasi besar terhadap masa depan Samarinda. #
Reporter: Yani | Editor: Wong
Comments are closed.