BERITAKALTIM.CO – Plt. Kepala Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Provinsi Kalimantan Timur, Irhamsyah, mengungkapkan sejumlah faktor penyebab tingginya angka putus sekolah di beberapa wilayah di Kalimantan Timur. Menurutnya, masalah ini tidak hanya dipengaruhi oleh aspek ekonomi, tetapi juga kondisi geografis dan budaya masyarakat setempat.
“Data sementara menunjukkan, untuk angka putus sekolah tertinggi, Samarinda salah satu yang lebih tinggi. Jumlah penduduk yang besar serta angka pengangguran yang tinggi bisa menjadi faktor penyebab. Namun, di kabupaten-kabupaten tertentu, terutama wilayah perbatasan seperti Long Pahangai, tantangan geografis menjadi penyebab utama,” ujar Irhamsyah saat ditemui di Samarinda, Jumat (22/11/2024).
Ia menjelaskan, tantangan geografis yang dihadapi daerah-daerah terpencil sering kali membuat anak-anak sulit mengakses pendidikan yang memadai.
“Dulu pernah ada yang namanya sekolah filial untuk wilayah-wilayah seperti itu. Namun, masih banyak anak yang harus menempuh perjalanan jauh untuk bersekolah. Hal ini menjadi kendala, sehingga banyak yang memilih berhenti sekolah,” imbuhnya.
Selain masalah geografis, Irhamsyah juga menyoroti faktor budaya yang turut memengaruhi angka putus sekolah. Ia menyebut, di beberapa daerah, anak-anak cenderung menikah di usia dini atau lebih memilih membantu orang tua daripada melanjutkan pendidikan.
“Perubahan mindset ini yang perlu kita dorong. Banyak anak yang masih di usia sekolah sudah memutuskan untuk menikah atau bekerja membantu keluarga. Ada yang lulus SD, bahkan SMP, sudah merasa dewasa dan memilih menikah,” jelasnya.
Untuk mengatasi persoalan ini, Irhamsyah menekankan pentingnya kolaborasi antara pemerintah provinsi, kabupaten/kota, dan masyarakat. Salah satu langkah strategis yang akan dilakukan adalah memperkuat program pendidikan inklusif yang dapat menjangkau wilayah terpencil, serta meningkatkan kesadaran masyarakat tentang pentingnya pendidikan.
“Kita harus memulai dari perubahan pola pikir. Pendidikan itu penting untuk masa depan. Program-program seperti pendirian sekolah jarak jauh, pemberian beasiswa, hingga kampanye kesadaran di tingkat keluarga harus menjadi prioritas,” tambahnya.
Irhamsyah juga menyebut perlunya mendekatkan akses pendidikan ke wilayah-wilayah perbatasan.
“Kita perlu merevitalisasi konsep sekolah filial atau bentuk sekolah lain yang lebih adaptif terhadap kondisi geografis dan budaya lokal,” ujarnya.
Dengan upaya tersebut, diharapkan angka putus sekolah di Kalimantan Timur dapat ditekan, sehingga generasi muda di seluruh wilayah provinsi ini memiliki kesempatan yang sama untuk mendapatkan pendidikan yang layak.
“Kita semua punya tanggung jawab. Tidak hanya pemerintah, tetapi masyarakat juga harus bersama-sama menjaga agar anak-anak kita tetap di bangku sekolah,” pungkasnya. #
Reporter : Yani | Editor : Wong | ADV Diskominfo Kaltim
Comments are closed.