
BERITAKALTIM.CO- Menjelang Hari Raya Idulfitri 1446 Hijriah, Bank Indonesia (BI) Balikpapan bersama pemangku kepentingan terkait semakin mengintensifkan koordinasi dalam pengawasan harga dan distribusi pangan di wilayah Balikpapan.
Kepala Kantor Perwakilan (KPw) BI Balikpapan, Robi Ariadi menekankan pentingnya langkah strategis untuk memastikan stabilitas harga dan ketersediaan bahan pokok bagi masyarakat.
Salah satu upaya yang telah dilakukan adalah pengembangan Toko Penyeimbang, yang menjadi proyek percontohan Pemerintah Provinsi Kalimantan Timur (Kaltim). “Toko Penyeimbang ini menjadi instrumen penting dalam menjaga stabilitas harga. Ke depan, kita perlu memperluas cakupannya serta menambah jenis komoditas agar manfaatnya lebih luas,” ujar Robi Ariadi saat High Level Meeting Tim Pengendalian Inflasi Daerah (TPID), dalam rangka menghadapi Ramadan dan Idulfitri 1446 Hijriah, di Kantor Perwakilan Bank Indonesia pada Senin, 24 Maret 2025.
Selain itu, BI Balikpapan juga mendorong penguatan koordinasi sidak pasar guna memastikan kualitas dan harga barang tetap terkendali. “Permintaan meningkat tajam saat Lebaran, sehingga kita harus memastikan barang yang beredar sesuai standar harga eceran tertinggi (HET) dan kualitasnya tetap terjaga,” tambahnya.
BI Balikpapan menyoroti beberapa langkah utama dalam pengendalian harga seperti Pemantauan HET Beras, sebagai kebutuhan pokok utama, harga beras harus diawasi ketat agar tetap sesuai dengan kebijakan pemerintah.
“Integrasi data dengan Sistem Pemantauan Harga Pangan Strategis (PHPS) milik Bank Indonesia untuk kebijakan intervensi pasar yang lebih tepat sasaran,” katanya.
Selanjutnya, penguatan ekosistem pangan dengan melakukan kolaborasi pemerintah, pelaku usaha, dan distributor untuk menjaga keseimbangan pasokan dan permintaan. Optimalisasi Komite Analisis Dampak (KAD) dalam pemantauan dan evaluasi kebijakan pangan.
Ditambahkan Robi, Perbaikan Skema Distribusi juga dilakukan untuk meningkatkan efisiensi distribusi dengan mekanisme pembelian curah guna menekan biaya logistik. Termasuk, perbaikan sistem pengemasan dan distribusi untuk menekan fluktuasi harga.
Regulasi dan Kebijakan Perdagangan menjadi pengendali inflasi, dengan melakukan evaluasi kebijakan perdagangan agar transaksi komoditas pangan lebih tepat sasaran, tepat waktu, dan tepat jumlah. Serta, sinergi dengan pelaku usaha untuk menghindari lonjakan harga atau kelangkaan barang akibat ketidakseimbangan pasokan dan permintaan.
Menurut Robi, salah satu tantangan utama adalah stigma bahwa masyarakat Balikpapan merupakan konsumen yang tinggi, sehingga perlu penguatan kerja sama di berbagai lini. “Ekosistem pangan harus berjalan dari hulu ke hilir. Sinergi yang baik antara pemerintah, pemasok, distributor, dan pedagang sangat diperlukan,” ungkap Kepala KPw BI Balikpapan.
Ke depan, koordinasi dan sinergi antara pemerintah, distributor, serta pelaku usaha akan terus diperkuat untuk memastikan sistem pangan di Balikpapan semakin tangguh dan berdaya saing, sehingga masyarakat dapat merayakan Idulfitri dengan harga pangan yang stabil dan terjangkau. #
Reporter: Niken | Editor: Wong
Comments are closed.