
BERITAKALTIM.CO-Dengan memanfaatkan sampah sisa makanan yang ada di SIT Istiqamah YPAITB, inovasi Rumah Maggot berdiri sebagai salah satu upaya dalam pengurangan sampah dan menjaga pelestarian lingkungan.
Rumah Maggot yang berdiri sejak tahun 2022 ini, telah menghasilkan maggot 50-70 kilogram setiap bulannya, dan mengurangi sampah berkisar 80-100 kilogram setiap harinya.
Pembina Rumah Maggot SIT Istiqamah YPAITB, Nano menyampaikan bahwa inovasi maggot ini tercetus dari sampah sisa makanan catering, yang setiap harinya dihasilkan dari peserta didik maupun para pendidik SIT Istiqamah YPAITB.
“Kita cari solusi gimana caranya kita tidak hanya konsumtif tapi kita berusaha mengembalikan lagi ke alam. Akhirnya muncul ide kita berinovasi yaitu Maggot. Pemilihan maggot itu sendiri memang untuk biokonversi sisa-sisa limbah organik yang ada di SIT Istiqamah YPAITB,” kata Nano kepada media, Rabu (23/4/2025).
Dari inovasi maggot ini semuanya tidak ada yang terbuang, mulai dari panen maggot bisa langsung dibuat untuk berbagai macam produk seperti pakan ternak, minyak dan tepung maggot.
“Nah kalau sisa kotoran maggotnya itu langsung bisa teraplikasikan menjadi pupuk. Jadi semuanya tidak ada terbuang,” ujar Nano.
Lanjut Nano menerangkan jika bio konversi maggot ini sebenarnya membantu peran besar untuk mengurangi gas meta atau pemanasan global.
“Kita berharap dapat bekerja sama dengan DLH, supaya kita berusaha untuk mengedukasi. Seumpama setiap instansi atau lembaga punya inovasi ini otomatis TPS juga terbantu. Jadi sampah-sampah internal yang ada di semua instansi dan lembaga sudah bisa di konversikan secara mandiri,” jelas Nano.
Hasil dari Maggot ini, tambah Nano masih dikonsumsi untuk internal seperti digunakan sebagai pupuk tanaman dan juga pakan hewan peliharaan seperti ikan.
“Kita masih memperkuat internal. Insya Allah ada rancangan kita pengin berbisnis, karena kita punya tagline entrepreneur, entrepreneurship. Jadi kita ingin mulai tahun ini belajar untuk berbisnis,” tutur Nano.
Salah satu contoh, pihaknya berkolaborasi dengan Dinas Lingkungan Hidup apabila ada pameran lingkungan hidup dapat ikut serta, sehingga bisa mengedukasi peserta didik langsung lebih mandiri.
“Anak-anak sekarang lebih mandiri lagi. Kita berusaha mandiri kan supaya mereka langsung mengenal alam itu,” ungkap Nano.
Kepala UPTD TPS Manggar, Muhammad Haryanto mengungkapkan rasa senang, apabila ada warga, masyarakat ataupun komunitas dari ataupun institusi seperti sekolah yang mau melaksanakan pengelolaan sampah.
Mengingat permasalahan sampah organik yang berasal dari sisa makanan paling jarang dilakukan. SIT Istiqamah YPAITB mau melakukan hal seperti itu, sehingga berharap hal ini bisa ditiru, bisa di replikasi oleh sekolah lain ataupun warga masyarakat di Kelurahan ataupun RT.
“Kami sangat senang ada yang mau melakukan itu. Kalau mungkin pemulung sudah banyak, bank sampah mungkin sudah ada, rumah kompos juga sudah banyak, tapi yang mau mengolah sisa makanan ini kan masih sangat jarang di kota Balikpapan,” jelas Haryanto.
Apabila hal ini bisa dilaksanakan, diperbanyak dan direplikasi otomatis sampah yang terbuang atau terangkut ke TPS Manggar akan semakin berkurang.
“Yang paling penting juga adalah dari budidaya maggot ini potensi ekonominya sangat luar biasa, kalau kita bisa mengelola dengan baik, dengan optimal itu ada potensi ekonomi untuk dari panen maggotnya, dari pupuk maggotnya, dari minyaknya, dari tepungnya,” tambah Haryanto
Bahkan, Haryanto melihat maggot dibikin semacam pelet sehingga ini menggerakkan perekonomian yang sangat baik sekali.
“Jadi Dinas Lingkungan Hidup kota Balikpapan sangat-sangat sportif terhadap kegiatan-kegiatan seperti ini yang dilakukan oleh masyarakat, karena kalau dilakukan oleh pemerintah itu mungkin sudah tidak terlalu luar biasa, tapi kalau itu dari peran aktif masyarakat itu sangat sangat lebih bagus,” sebut Haryanto.
Diharapkan juga sekolah-sekolah calon Adiwiyata, baik sekolah nasional dan mandiri untuk mereplikasi inovasi maggot dalam menyelesaikan sampah sisa makanan dari sumbernya. Tidak hanya di lingkungan sekolah, diharapkan rumah tangga, kelompok masyarakat juga mereplikasi inovasi budidaya maggot karena memang sumber-sumber sampah organik khususnya sisa makanan lebih banyak berasal dari rumah tangga.
“Jadi selesai dari sumbernya, itu lebih baik,” ujar Haryanto.#
Reporter: Niken|Editor: Hoesin KH
Comments are closed.