PARTAI Golkar Kalimantan Timur menggelar Musyawarah Daerah (Musda) ke-11 di Kota Samarinda. Walau pesta baru dimulai 19 Juli 2025, tapi hampir pasti Rudy Mas’ud akan menakhodai kembali partai pohon beringin itu.
Tidak ada kandidat pesaing Rudy. Sebagai calon tunggal ia tinggal menunggu pimpinan sidang Musda ketuk palu, maka jabatan periode kedua (2025-2030) ada digenggamannya.
Ini eranya Rudy Mas’ud. Ia menorehkan sukses story sebagai entrepreneur dan juga politisi. Diusia menjelang 44 tahun (kelahiran 7 Desember 1981) sudah menjadi gubernur. Diusia tergolong muda telah menjadi orang kaya dengan aset berdasarkan LHKPN (Laporan Harta Kekayaan Pejabat Negara) tahun 2024 di atas Rp320 miliar.
Di dunia politik, Rudy Mas’ud terbukti sukses memboyong Golkar menang kembali di Kaltim. Rekornya; Pemilu 2019 meraih 350 ribu suara, Pemilu 2024 menjadi 520 ribu suara. Terbukti juga dari perolehan kursi di DPRD Kaltim. Dari semula Golkar punya 12 kursi, kini 15 kursi.
Pertanyaan berikut adalah; apakah Rudy akan membuat sukses story sebagai Gubernur Kaltim?
Dalam sebuah pertemuan dengan wartawan, Rudy mengutarakan keinginannya. Bukan sekadar gaspol, gratispol, tapi membawa Kaltim terbang tinggi.
Ada optimistis pada raut wajah anak muda itu. Hal yang jarang ditemukan pada pemimpin Kaltim sebelumnya, yang umumnya berlatar belakang birokrat.
Saya menunggu apa kata-kata berikutnya untuk mengurai ikhtiar ‘terbang tinggi’ itu.
Sayang sampai akhir kalimat, tak ada uraiannya. Mau berbuat apa? bagaimana caranya? terkubur begitu saja.
Program gratispol, walau belakangan berubah menjadi program bantuan pelajar dan mahasiswa, tetap disukai dan dinanti para orangtua yang mengidamkan anak-anaknya sekolah sampai S3 tanpa biaya.
Tinggal memperbaiki infrastruktur gratispol. Jika konsisten dilaksanakan, seorang teman saya yang politisi meramal; aman beliau untuk naik jadi gubernur lagi periode kedua.
Tapi, rakyat Kaltim tidak cukup ‘disogok’ gratispol, karena masih banyak yang perlu dibenahi. Terutama agar pendapatan daerah naik.
Jika zaman Gubernur Kaltim Isran Noor – Hadi Mulyadi mewarisi APBD Kaltim mencapai Rp22 triliun per tahun, era Rudy-Seno harusnya mampu melampaui lagi.
Persepsi itu muncul, karena rakyat Kaltim beranggapan; urusan mencari duit. Rudy Mas’ud dan Seno Aji termasuk ‘jagonya’. Dua-duanya berlatar belakang pengusaha. Bahkan CEO (Chief Executive Officer) dari grup perusahaan.
Saya masih ingat pandangan Rhenald Kasali, Guru Besar Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia (FEB UI).
“Gubernur itu CEO,” kata Rhenald Kasali.
Walau maksudnya bukan dalam arti harfiah, tapi dalam konteks kepemimpinan daerah, gubernur memiliki peran dan tanggungjawab mirip CEO.
Itu sebab Rhenald mendorong transformasi birokrasi, yang mengadopsi prinsip-prinsip manajemen ala CEO.
Jika selama ini birokrasi cenderung kaku dan lamban, perlu mengubah menjadi organisasi yang adaptif dan inovatif, mampu merespon perubahan dengan cepat dan efektif.
Lantaran itu, saya ikut optimistis, niat Kaltim ‘terbang tinggi’ bukan mustahil diraih.
Satu gebrakan mulai ditunjukkan dengan menghidupkan aset-aset mati milik Pemprov. Seperti Hotel Atlet yang berada di Komplek GOR Kadrie Oening.
Selama belasan tahun terlantar, Rudy-Seno hanya perlu sedikit “satset” jadilah Perusda MBS (Melati Bhakti Satya) menjadi pengelolanya.
Begitulah cara berpikir seorang gubernur yang juga CEO. Rakyat menunggu “satset” lainnya. Karena Kaltim ini sangat kaya dan masih begitu banyak aset yang tak berdayaguna, #
Samarinda, 18 Juli 2025
Comments are closed.