BeritaKaltim.Co

Pesut Mahakam, Ikon Sungai yang Kian Terdesak

BERITAKALTIM.CO – Suara napas pesut yang menyembur di permukaan Sungai Mahakam dulu jadi pemandangan akrab bagi warga bantaran sungai. Namun kini, mamalia air tawar endemik Kalimantan Timur itu kian jarang terlihat. Populasinya terus menyusut, membuat pesut Mahakam (Orcaella brevirostris) masuk daftar satwa yang terancam punah secara kritis.

Menurut data Yayasan Konservasi Rare Aquatic Species of Indonesia (RASI), jumlah pesut Mahakam diperkirakan tersisa sekitar 80 ekor saja. Angka ini jauh menurun dibandingkan beberapa dekade lalu, ketika masyarakat masih kerap menyaksikan kelompok pesut muncul beriringan di tepian sungai.

Ancaman utama bagi kelestarian pesut bukanlah predator alami, melainkan aktivitas manusia. Data RASI menunjukkan 67 persen kematian pesut disebabkan jeratan jaring insang nelayan. Selain itu, pesut juga rentan tertabrak tongkang batu bara dan kapal besar yang setiap hari melintas di Mahakam.

Pencemaran limbah industri, aktivitas tambang di daerah aliran sungai, serta alih fungsi lahan pesisir menjadi faktor lain yang mempersempit ruang hidup satwa ini.

“Minimnya populasi pesut dan tingginya angka kematian akibat aktivitas manusia, kami segera berkoordinasi untuk memastikan semua pihak menerapkan instrumen hukum demi mencegah kepunahan ikon biodiversitas Kalimantan ini,” ujar Inge Retnowati, Direktur Konservasi Keanekaragaman Hayati Kementerian Lingkungan Hidup, di Samarinda, Jumat (3/10/2025).

Upaya Penyelamatan

Pemerintah melalui Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK) menekankan tiga solusi utama berbasis regulasi:

  1. Menegakkan asas keanekaragaman hayati, untuk menjaga keberadaan dan keberlanjutan pesut dalam ekosistem Mahakam.

  2. Mengintegrasikan prinsip pembangunan berkelanjutan dalam RTRW dan RPJP daerah agar kebijakan tidak merugikan habitat pesut.

  3. Mengimplementasikan program konservasi nyata, termasuk pencadangan sumber daya alam di luar kawasan hutan.

Selain pemerintah, banyak pihak ikut ambil bagian. RASI sejak awal 2000-an aktif melakukan edukasi ke masyarakat nelayan agar mengganti jaring insang dengan alat tangkap ramah pesut. WWF-Indonesia, akademisi Universitas Mulawarman, hingga komunitas lokal juga berperan dalam riset, advokasi, dan kampanye penyelamatan satwa.

Meski statusnya Critically Endangered menurut IUCN dan masuk Apendiks I CITES, berbagai pihak masih optimis pesut bisa bertahan. Dukungan regulasi, pengawasan ketat, serta keterlibatan masyarakat menjadi kunci.

“Langkah terpadu ini diharapkan dapat menekan laju kematian dan membuka harapan bagi keberlangsungan hidup pesut Mahakam untuk generasi mendatang,” tutup Inge.

Pesut Mahakam bukan sekadar satwa. Ia adalah identitas, penanda keseimbangan ekosistem, dan warisan yang layak dijaga oleh seluruh anak bangsa. #

ANTARA | Wong

Comments are closed.