BeritaKaltim.Co

Dulu Kebanggaan, Jembatan Layang Air Hitam Samarinda Retak dan Terlupakan

BERITAKALTIM.CO — Pernah menjadi lambang modernitas dan kebanggaan warga Samarinda, Jembatan Layang Air Hitam kini menghadirkan kegelisahan baru. Bangunan yang diresmikan pada 22 Juli 2016 itu dulu dielu-elukan sebagai proyek prestisius pertama di Kota Tepian, simbol dari kota yang mulai berlari menuju kemajuan.

Namun, hampir satu dekade berselang, wajah megahnya memudar digantikan oleh retakan panjang yang menganga di bawah jembatan.

Pantauan di lapangan memperlihatkan kondisi yang mencemaskan. Di bagian bawah jembatan, retakan selebar beberapa sentimeter terlihat jelas membelah dinding beton. Beberapa di antaranya cukup dalam hingga bisa dimasuki tangan orang dewasa.

Potret itu kontras dengan masa lalu jembatan yang dulu diselimuti semangat kebanggaan kini berdiri dengan luka yang nyaris tak terawat.

“Dalam sekali retaknya. Bisa dimasuki tangan orang dewasa, Kalau begini terus dan tidak diperbaiki, saya takut jembatan ini bisa roboh” ujar Siko, seorang pengendara motor yang tiap hari melintas di bawah jembatan itu, Jumat (10/10/2025).

Siko bercerita, setiap malam sekitar pukul 21.00 Wita, truk-truk besar kerap melintas di jalur tersebut. Ia menduga beban berlebih dari kendaraan-kendaraan berat itu turut mempercepat kerusakan struktur flyover.

“Beban dari truk besar itu mungkin yang membuat jembatan makin lemah. Tapi yang lebih saya khawatirkan, tidak ada tanda-tanda perawatan. Sejak diresmikan, saya belum pernah lihat ada petugas yang memeriksa,” katanya.

Jembatan Layang Air Hitam dibangun dengan tujuan mulia mengurai kemacetan di kawasan padat lalu lintas Samarinda. Dengan panjang sekitar 570 meter, flyover itu kala itu menjadi simbol transisi kota menuju tata transportasi modern. Pemerintah daerah bahkan menyebutnya sebagai “jawaban atas keluhan warga” mengenai kemacetan yang menahun.

Namun kini, sisa-sisa kejayaan itu seperti memudar bersama cat dinding yang kusam dan retakan yang kian melebar. Dari bawah jembatan, warna abu-abu kusam berpadu dengan guratan hitam lembab. Di beberapa titik, lumut menempel di sela-sela beton, menandakan lamanya tanpa perawatan berarti.

“Kalau sampai ambruk, bukan cuma bahaya bagi orang, tapi juga memalukan, Ini dulu jadi kebanggaan kita, sekarang malah dibiarkan seperti ini.”ujarnya.

Kondisi jembatan yang memprihatinkan itu mulai ramai diperbincangkan di media sosial.

Hingga berita ini diterbitkan, belum ada tanggapan resmi dari Pemerintah Kota Samarinda maupun instansi teknis terkait. Dinas Pekerjaan Umum dan Penataan Ruang (PUPR) setempat juga belum memberikan penjelasan soal rencana pemeriksaan atau perbaikan struktur flyover tersebut.

Kini, di tengah hiruk-pikuk kendaraan yang melintas setiap hari, Jembatan Layang Air Hitam berdiri seperti saksi bisu atas rapuhnya perhatian terhadap infrastruktur publik.

Ia tidak roboh, namun juga tidak lagi kokoh terjebak di antara masa lalu yang gemilang dan masa depan yang belum tentu peduli.

Reporter : Yani | Editor : Wong

Comments are closed.