BeritaKaltim.Co

Pencarian Remaja Hilang di Sungai Karang Mumus: Dua Hari Penuh Harapan dan Kecemasan

BERITAKALTIM.CO — Arus Sungai Karang Mumus sore itu tampak tenang dari kejauhan. Namun di balik permukaannya yang keruh, tersimpan duka dan kecemasan mendalam bagi keluarga Muhammad Fajar (18), seorang remaja yang dilaporkan hilang terseret arus sungai dua hari lalu.

Hingga Jumat (24/10), Tim SAR Gabungan masih terus melakukan pencarian di kawasan Kecamatan Sungai Pinang, Kota Samarinda, tempat peristiwa itu terjadi. Meski cuaca tak bersahabat dan arus sungai masih deras, harapan untuk menemukan Fajar belum padam.

Peristiwa itu bermula pada Kamis, 23 Oktober 2025, sekitar pukul 16.00 WITA. Fajar, warga Jalan Kesehatan Dalam RT 31, bersama seorang rekannya memutuskan untuk berenang di sekitar aliran Sungai Karang Mumus.

Awalnya, keduanya hanya bermain air di tepian sungai. Namun, arus deras tiba-tiba menyeret Fajar ke tengah aliran. Rekannya yang panik berusaha menolong, tapi tak kuasa melawan derasnya arus.

“Dia sempat berteriak minta tolong, tapi arusnya kuat sekali. Kami langsung lapor warga sekitar,” ujar seorang saksi mata yang ikut menyaksikan kejadian tersebut.

Laporan segera diteruskan ke Pos SAR Samarinda, yang langsung mengerahkan satu tim beserta alat utama SAR (alut) menuju lokasi kejadian pada pukul 17.50 WITA. Operasi pencarian dilakukan hingga malam, namun pukul 19.15 WITA operasi dihentikan sementara karena kondisi gelap dan arus yang makin kuat.

Hari Kedua: Pencarian Diperluas Hingga Dua Kilometer

Keesokan paginya, Jumat (24/10), operasi SAR dilanjutkan. Pukul 07.00 WITA, seluruh unsur penyelamat berkumpul di Posko SAR Samarinda untuk melakukan briefing dan menentukan strategi pencarian hari kedua (H.2).

Koordinator Pos SAR Samarinda, Mardi Sianturi, memimpin pengarahan dengan menekankan pentingnya keselamatan personel dan pembagian sektor pencarian. Tim kemudian bergerak menuju Lokasi Kejadian Perkara (LKP) pada pukul 07.15 WITA, melakukan penyisiran sejauh dua kilometer ke arah hilir.

Adapun titik koordinat pencarian mencakup empat sektor utama — mulai dari 0°28’3.79″S – 117°10’4.30″E hingga 0°28’29.64″S – 117°9’7.06″E — dengan dua metode utama: penyisiran permukaan menggunakan perahu karet, dan penyelaman terbatas di titik yang berpotensi menjadi lokasi korban tersangkut di dasar sungai.

“Arus di Sungai Karang Mumus cukup deras, dan dasar sungai berlumpur dengan vegetasi air yang rapat. Tapi kami tetap optimis,” kata Mardi Sianturi di sela-sela operasi.

Dalam operasi kali ini, Basarnas mengerahkan peralatan lengkap — mulai dari rescue car, dua unit rubber boat, peralatan selam, komunikasi, hingga peralatan medis lapangan.

Berbagai unsur turut terlibat, di antaranya:

  • Pos SAR Samarinda (Basarnas)

  • Satpolairud Polresta Samarinda

  • Koramil dan Polsek KP3 Pelabuhan Samarinda

  • BPBD Kota Samarinda

  • Disdamkar Samarinda

  • Relawan dan keluarga korban

Namun, cuaca menjadi tantangan utama. Hujan deras sejak pagi membuat visibilitas terbatas dan memperlambat laju pencarian. Meskipun demikian, tim tetap bekerja secara bergantian dengan pengawasan langsung dari Komando Pos SAR di lapangan.

“Pencarian sempat tertunda karena hujan deras, tapi seluruh unsur tetap siaga. Kami berharap korban segera ditemukan agar keluarga mendapat kepastian,” tambah Mardi.

Di tepi sungai, keluarga dan warga terus memantau jalannya pencarian. Sesekali mereka menatap aliran air dengan pandangan kosong, berharap keajaiban datang. Ibu korban tampak duduk terdiam di bawah payung, ditemani kerabat dan petugas dari BPBD yang berusaha menenangkan.

“Kami cuma ingin dia segera ditemukan, dalam kondisi apa pun,” ujar salah satu keluarga dengan suara bergetar.

Tragedi ini kembali menjadi pengingat tentang bahaya berenang di sungai tanpa pengawasan, terutama di musim hujan ketika debit air meningkat dan arus menjadi tak terduga.

Hingga malam hari, operasi pencarian hari kedua masih terus berlanjut. Tim SAR berjanji akan melanjutkan pencarian hingga korban ditemukan, sementara Samarinda menunggu dengan doa dan harapan.

WONG

Comments are closed.