BeritaKaltim.Co

Kalimantan Timur Susun IPRO : Dari Lumbung Tambang ke Pusat Investasi Hijau

BERITAKALTIM.CO – Pemerintah Provinsi Kalimantan Timur (Kaltim) tengah menyiapkan diri untuk babak baru perekonomian yang tak lagi bergantung pada batu bara. Di tengah geliat pembangunan Ibu Kota Nusantara (IKN), provinsi ini berupaya menata ulang fondasi ekonominya melalui investasi sektor perkebunan, energi hijau, dan hilirisasi industri.

Langkah terbaru datang lewat penyusunan dokumen investasi sektor perkebunan atau Investment Project Ready to Offer (IPRO) yang telah rampung pada akhir tahun ini. Dokumen tersebut berisi daftar proyek siap tawar yang meliputi komoditas kakao, karet, dan kelapa sawit, dengan fokus pada peningkatan nilai tambah dan keberlanjutan.

“Dokumen saja tidak cukup. Kita perlu strategi promosi yang kuat dan hilirisasi yang konkret agar nilai tambahnya benar-benar dirasakan masyarakat,” ujar Gubernur Kaltim, Rudy Mas’ud, di Samarinda, Minggu (16/11/2025).

Selama dua dekade terakhir, Kaltim dikenal sebagai salah satu penyumbang terbesar produksi batu bara nasional. Berdasarkan data Badan Geologi (2024), cadangan batu bara Kaltim mencapai lebih dari 13 miliar ton, atau sekitar 39 persen total cadangan nasional. Selain itu, Kaltim juga kaya akan gas alam, minyak bumi, dan hasil hutan tropis yang luas.

Namun, ketergantungan terhadap komoditas ekstraktif membuat ekonomi daerah ini rapuh terhadap fluktuasi harga global. Karena itu, pemerintah daerah mulai menempuh strategi diversifikasi ekonomi — berpindah dari tambang menuju perkebunan berkelanjutan, industri hilir, energi terbarukan, dan pariwisata alam.

“Mahakam Ulu akan menjadi contoh bagaimana sektor kakao dan pertanian dikembangkan untuk menyeimbangkan dominasi tambang,” ujar Rudy. Pemerintah juga menyiapkan indikasi geografis untuk Kakao Mahakam Ulu, agar produk lokal ini bisa bersaing di pasar nasional dan internasional.

Sementara di Kutai Barat, peluang investasi terbuka pada hilirisasi industri karet menjadi produk bernilai tinggi seperti crumb rubber, dan di Kutai Timur, pengolahan kelapa sawit menjadi bahan kimia dan pangan terus didorong melalui forum investasi daerah.

Infrastruktur dan Industri Penopang Investasi

Agar proyek-proyek IPRO berjalan, Kaltim menyiapkan tujuh kawasan industri strategis, termasuk Kawasan Industri Kariangau (Balikpapan), Maloy Batuta Trans Kalimantan (Kutai Timur), dan Kawasan Ekonomi Khusus Buluminung (Penajam Paser Utara).

Pemerintah pusat pun mempercepat pembangunan infrastruktur konektivitas. Jalur Tol Samarinda–Bontang ditargetkan rampung 2026, melengkapi Tol Balikpapan–Samarinda yang kini menjadi tulang punggung logistik menuju IKN.

Selain itu, proyek Pelabuhan Internasional Kariangau dan Bandara VVIP IKN akan memperlancar arus barang dan investor yang masuk ke wilayah ini.

Di sektor energi, Kaltim mulai membangun pembangkit listrik tenaga surya (PLTS) dan biomassa, sejalan dengan visi “Kaltim Hijau 2045”. Infrastruktur digital pun diperkuat dengan pembangunan jaringan fiber optik dan data center regional, guna menunjang investasi teknologi dan keuangan.

Magnet Baru bagi Investor Dunia

Upaya ini membuahkan hasil. Hingga kuartal III 2025, lima negara utama telah menanamkan modal asing di Kaltim dengan total nilai lebih dari 480 juta dolar AS.

  • Singapura: 163,74 juta dolar AS (475 proyek)

  • Mauritius: 126 juta dolar AS (4 proyek)

  • Tiongkok: 81,99 juta dolar AS (151 proyek)

  • Malaysia: 70,36 juta dolar AS (245 proyek)

  • Inggris: 46,43 juta dolar AS (55 proyek)

Angka ini menempatkan Kaltim sebagai salah satu provinsi dengan realisasi investasi tertinggi di luar Pulau Jawa. Keberadaan Ibu Kota Nusantara turut memperkuat daya tariknya, karena menawarkan pasar baru serta ekosistem pembangunan berkelanjutan.

Namun, Gubernur Rudy Mas’ud menegaskan bahwa investasi besar tidak boleh berhenti pada angka. “Investasi harus menciptakan lapangan kerja, meningkatkan kesejahteraan warga, dan membangun ekonomi daerah secara berkelanjutan,” ujarnya.

Meski potensinya besar, jalan menuju transformasi ekonomi hijau tidak mudah. Kaltim masih dihadapkan pada keterbatasan sumber daya manusia (SDM) industri, rendahnya literasi digital, serta tantangan tata kelola lingkungan.

Pemerintah daerah kini menggandeng Balai Latihan Kerja (BLK) dan politeknik industri untuk mempercepat peningkatan kompetensi tenaga kerja. Di sisi lain, perizinan investasi terus disederhanakan lewat sistem digital terpadu berbasis Online Single Submission (OSS).

“Investasi harus ramah lingkungan dan berpihak pada masyarakat lokal. Kita ingin Kaltim menjadi contoh keberhasilan transformasi ekonomi hijau di Indonesia,” kata Rudy menutup perbincangan.

Dengan cadangan energi besar, luas lahan produktif lebih dari 3 juta hektare, dan dukungan infrastruktur modern, Kalimantan Timur sedang menulis babak baru sejarahnya: dari lumbung tambang menjadi laboratorium ekonomi hijau Nusantara.

ANTARA | YANI | WONG | ADV DISKOMINFO KALTIM

Comments are closed.