BERITAKALTIM.CO – Sore belum sepenuhnya gelap ketika Gunung Marapi kembali menunjukkan aktivitasnya. Minggu, pukul 16.37 WIB, gunung api yang berada di perbatasan Kabupaten Agam dan Tanah Datar, Sumatera Barat, itu menyemburkan kolom abu setinggi sekitar 1.200 meter dari puncaknya. Abu berwarna kelabu tampak membumbung dengan intensitas sedang, condong ke arah utara.
Petugas Pos Gunung Api (PGA) Marapi, Teguh Firmansyah, menyebutkan erupsi tersebut terekam jelas melalui alat pemantau seismik. Getaran letusan tercatat memiliki amplitudo maksimum 9,8 milimeter dengan durasi sekitar 61 detik—angka yang menandakan aktivitas vulkanik masih aktif dan patut diwaspadai.
Hingga kini, status Gunung Marapi masih berada pada Level II atau Waspada. Meski belum dinaikkan, Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi (PVMBG) menegaskan bahwa potensi bahaya tidak bisa dianggap remeh. Masyarakat, wisatawan, dan pendaki diminta tidak melakukan aktivitas apa pun dalam radius tiga kilometer dari pusat erupsi di Kawah Verbeek.
Yang paling mengkhawatirkan bukan hanya abu yang beterbangan, tetapi material vulkanik yang telah menumpuk di tubuh gunung. Saat hujan turun, material tersebut berpotensi terbawa aliran air dan berubah menjadi banjir lahar hujan, ancaman klasik namun mematikan di kawasan Marapi.
PVMBG mengingatkan warga yang bermukim di sepanjang sungai berhulu di puncak Marapi agar meningkatkan kewaspadaan, terutama di tengah musim hujan. Ancaman lahar hujan dapat datang tiba-tiba, membawa lumpur, batu, dan material vulkanik dengan kecepatan tinggi.
Jika hujan abu terjadi, masyarakat diimbau menggunakan masker penutup hidung dan mulut untuk menghindari gangguan saluran pernapasan akut. Abu vulkanik, meski tampak halus, dapat berdampak serius jika terhirup dalam jumlah besar.
Peringatan ini bukan tanpa alasan. Ingatan publik Sumatera Barat masih segar pada banjir lahar hujan 11 Mei 2024, yang merenggut puluhan korban jiwa dan meninggalkan kerusakan parah di sejumlah wilayah. Peristiwa itu menjadi pengingat bahwa bahaya Marapi bukan hanya datang dari letusan, tetapi juga dari apa yang tertinggal setelahnya.
Kini, PGA bersama PVMBG terus memantau aktivitas gunung api tersebut. Di lereng Marapi, kewaspadaan menjadi kata kunci. Sebab, di balik semburan abu setinggi langit, tersimpan potensi bencana yang bisa turun mengikuti aliran air—diam-diam, namun mematikan.
ANTARA | WONG
Comments are closed.