BeritaKaltim.Co

Ridho Muhammad Islamy Nayan: Anak Bontang yang Menemukan Kembali Mimpi di Balik Program Gratispol Rudy Mas’ud – Seno Aji

BERITAKALTIM.CO — Di sudut kampus Sekolah Tinggi Teknologi (STITEK) Bontang, seorang pemuda 20 tahun duduk dengan raut yang sulit disembunyikan antara syukur, lega, dan semangat yang belum padam. Ia adalah Ridho Muhammad Islamy Nayan, salah satu anak muda Bontang yang menjadi penerima manfaat Gratis Pendidikan atau yang akrab disebut Gratispol, program unggulan Pemerintah Provinsi Kaltim di bawah kepemimpinan Gubernur Rudy Mas’ud dan Wakil Gubernur Seno Aji.

Ridho bercerita dengan lugas, polos, tetapi tulus. Kisahnya sederhana namun kuat mimpinya pernah tertunda, sempat patah, lalu dibangunkan kembali oleh kesempatan yang datang dari arah yang tak terduga.

“Saya sebenarnya sudah pernah kuliah di Jawa, tapi gagal karena waktu itu belum ada ijazah. Tahun 2024 alhamdulillah ijazah keluar, akhirnya saya cari kampus dekat-dekat saja. Ketemulah STITEK. Ternyata STITEK juga menyediakan gratispol. Alhamdulillah banget. Saya coba daftar, dan akhirnya diterima,” ujarnya kepada Beritakaltim.co, Rabu (19/11/2025).

Gratispol merupakan salah satu program prioritas Pemprov Kaltim era Rudy Mas’ud – Seno Aji dalam pilar pembangunan sumber daya manusia (SDM). Program ini membiayai Uang Kuliah Tunggal (UKT) mahasiswa Kaltim di berbagai perguruan tinggi, baik negeri maupun swasta, dengan syarat dan seleksi tertentu.

Tujuan utamanya jelas membuka pintu seluas-luasnya agar anak-anak Kaltim, tanpa melihat latar belakang ekonomi, tetap bisa menempuh pendidikan tinggi.

Selain menutup biaya UKT, banyak kampus bekerja sama dengan Pemprov Kaltim untuk memberi dukungan tambahan seperti potongan biaya administrasi, layanan kemahasiswaan, hingga bimbingan khusus bagi penerima program.

Program ini adalah bentuk komitmen Pemprov Kaltim untuk “menjemput generasi emas,” agar tidak ada lagi mimpi yang tersandera oleh biaya.

Menjadi penerima gratispol bukan sekadar mendaftar dan menunggu. Ada proses verifikasi yang ketat untuk memastikan penerima tepat sasaran.

Ridho mengaku tidak ada kendala berarti selain menyiapkan berbagai berkas persyaratan.

“Nggak ada kendala sih, cuma repot di surat-suratnya saja. Ada surat tes narkoba, surat kesehatan, surat dari kepolisian, KTP, dan lainnya. Tapi selebihnya alhamdulillah lancar,” jelasnya.

Kuota penerima di STITEK juga terbatas. Itu membuat banyak mahasiswa sedikit cemas termasuk Ridho. Sempat terpikir olehnya untuk menyerah saja.

“Pas tahu kuotanya terbatas, saya agak pesimis. Takut nggak keterima. Tapi setelah ngecek hasilnya dan ternyata saya lulus seleksi, rasanya senang banget dari banyak yang daftar, saya bisa keterima. Nggak nyangka,” katanya.

Ridho berasal dari keluarga yang cukup berada. Ayahnya bekerja di sebuah biro haji dan umrah di Bontang, sementara ibunya adalah ibu rumah tangga. Pendapatan keluarga harus dibagi untuk banyak kebutuhan lain, termasuk transportasi.

“Dengan gratispol ini otomatis membantu mengurangi beban orang tua buat bayar UKT. Jadi dana itu bisa dipakai buat hal lain. Di rumah motor cuma satu, jadi harus gantian. Orang tua lagi nabung buat beli motor satu lagi. Saya juga nabung, walaupun nanti paling dibantu orang tua juga,” tuturnya.

Baginya, gratispol bukan sekadar pembebasan biaya kuliah, tapi ruang bernapas bagi keluarganya, bahkan bagi rencana-rencana kecil yang sebelumnya tertunda.

Meski kini berkuliah di bidang teknologi, Ridho punya mimpi yang menggambarkan kemandirian dan ambisinya.

“Cita-cita saya pengen jadi entrepreneur, punya usaha sendiri, atau jadi influencer. Intinya pengen kerja jadi bos, bisa mimpin orang, bisa buka usaha yang bikin orang lain punya pekerjaan,” katanya mantap.

Bagi Ridho, kuliah bukan hanya proses belajar, tapi pondasi untuk masa depan. Ia ingin suatu hari nanti bisa berdiri di atas usaha sendiri, dan mungkin menjadi pemimpin yang bisa membuka pintu bagi orang lain sebagaimana pintu pernah dibukakan untuknya melalui gratispol.

Di akhir percakapan, Ridho menyampaikan harapan dan rasa terima kasihnya.

“Terima kasih banyak kepada Bapak Gubernur dan Bapak Wakil Gubernur yang telah memberikan program gratispol. Ini memudahkan kami untuk masuk kuliah dan meringankan beban orang tua kami. Terima kasih, Pak,” ucapnya dengan nada penuh penghargaan.

Kisah Ridho menjadi satu dari ribuan cerita anak-anak Kaltim yang terbantu melalui program gratispol. Dari Berau hingga Balikpapan, dari Mahakam Ulu hingga Bontang, program ini membuka pintu bagi mereka yang sebelumnya mungkin hanya bisa memandang bangku kuliah dari jauh.

Bagi Ridho Muhammad Islamy Nayan, kesempatan kecil yang datang dari sebuah kebijakan pemerintah daerah berubah menjadi titik balik hidup. Di sebuah kampus teknologi di Bontang, ia memulai lagi apa yang dulu sempat terhenti.

Dan di balik tekadnya, ada tanda bahwa sebuah program yang dirancang dengan tulus memang bisa mengubah arah hidup seseorang.

YANI | WONG | ADV Diskominfo Kaltim

Comments are closed.