BeritaKaltim.Co

Beri Hormat Atas Hilangnya Kapal Selam KRI Nanggala dan 53 Awak, Netizen Ucap Kalimat Ini

BERITAKALTIM.CO- Tiga istilah muncul di media sosial sebagai ungkapan turut berduka atas hilang tenggelamnya KRI Nanggala 402 bersama 53 awak TNI Angkatan Laut. Ada yang menggunakan istilah “on eternal patrol” dan ada juga yang mengucapkan “’Fair Winds and Following Seas”. Ada lagi sebuah slogan; “Jalesveva Jayâmahe”.

Istilah “on eternal patrol” memberi arti ‘dalam patrol abadi’. Maknanya kurang lebih adalah kapal selam yang hilang diidentikkan melaksanakan pekerjaan patrol abadi di dalam lautan.

Dikutip dari berbagai sumber, salah satunya laman wearethemighty.com, penyebutan ‘on eternal patrol’ atau ‘dalam patroli abadi’ sudah ada sejak sebelum Perang Dunia II. Saat itu kapal selam rudal balistik Amerika disebut sedang dalam ‘patroli pencegah’. Ketika kapal selam tenggelam, dan tidak berhasil pulang, patroli itu disebut ‘abadi’.

Sejak akhir Perang Dunia II, Amerika Serikat kehilangan empat kapal selam. Dua kapal selam serang bertenaga nuklir USS Thresher (SSN 593) dan USS Scorpion (SSN 589) hilang. Pada akhir 1940-an, dua kapal selam bertenaga diesel listrik kelas Balao, USS Cochino (SS 345) dan USS Stickleback (SS 415) juga tenggelam akibat kecelakaan.

Paling terkenal dengan istilah ‘on eternal patrol’ adalah kapal selam Krusk milik Rusia pada tahun 2000. Kapal kelas Oscar bertenaga nuklir ini mengalami ledakan dan tenggelam.

Sedangkan kutipan kalimat “Fair Winds and Following Seas” menjadi kalimat lazim digunakan kalangan pelaut. Seperti diulas pada laman detikcom, setidaknya selama satu abad terakhir, dua kutipan, ‘Fair Winds’ dan ‘Following Seas’, telah berevolusi, berdasarkan penggunaan, menjadi satu frasa yang sering digunakan sebagai ucapan di dunia pelayaran.

Dalam kamus Bahasa Inggris, ‘Fair Winds’ didefinisikan sebagai sebuah perjalanan yang aman dan penuh keberuntungan baik.

Istilah itu disebut di dalam buku ‘Moby Dick’ karya Herman Melville, yang diterbitkan pada 1851.

‘Following Seas’ sendiri didefinisikan oleh Navigator Praktis Amerika Bowditch sebagai ‘sebuah laut tempat gelombang bergerak ke arah tujuan’.

Istilah ‘Fair Winds and Following Seas’ merupakan ungkapan bagi para pelaut yang telah mengabdi dengan hormat dan penuh keberanian. Kapal diharapkan akan diikuti dengan angin yang benar sehingga tidak harus menabrak ombak. Istilah ini kerap digunakan sebagai toast atau salam populer di antara para pelaut, termasuk digunakan saat upacara awal pelayaran, pengujian kapal, masa pensiun, hingga pemakaman.

Dalam istilah bahasa Indonesia, Fair Winds and Following Seas dapat diartikan sebagai ucapan “selamat berlayar dan mengarungi Samudra”.

Masih ada lagi istilah atau slogan yang digunakan netizen, seperti slogan “Jalesveva Jayamahe”.

Ternyata slogan itu diambil dari doktrin dari Tentara Nasional Indonesia Angkatan Laut (TNI AL). Dilansir dari laman tnial.mil.id, seperti dikutip oleh kompas.com, Jalesveva Jayamahe berasal dari bahasa Sansekerta yang secara harfiah tertulis “Jalesveva Jayâmahe”.

Artinya secara keseluruhan adalah “Justru di Lautan Kita Menang” atau “Kejayaan Kita Ada di Laut”. #

Sumber : detikcom | kompas.com | le

Comments are closed.