BeritaKaltim.Co

Jalan ke Kuburan Bukit Biru Tenggarong Minta Diperbaiki

BERITAKALTIM.CO- Anggaran Kelurahan Bukit Biru tahun 2022 sebesar Rp750 juta. Sementara sejumlah persoalan infrastruktur menghadang, sehigga tak memungkinkan untuk membenahi seluruh persoalan dalam satu tahun anggaran.

“Pemerintahan kelurahan dan warga di sini berharap juga dari anggaran pokir anggota DPRD Kukar,” ucap Robiyandi, Kepala Seksi Pemerintahan Kelurahan Bukit Biru, Kecamatan Tenggarong, kepada Wartawan Beritakaltim yang menemui di kantornya, pekan tadi.

Anggaran pokir adalah pokok-pokok pikiran dari anggota DPRD. Disebut juga dana aspirasi, yang usulannya disampaikan warga kepada anggota DPRD saat ada reses.

Menurut Robiyandi, setidaknya ada tiga usulan pembiayaan pembangunan untuk Kelurahan Bukit Biru, Kecamatan Tenggarong, Kabupaten Kutai Kartanegara. Tiga usulan itu juga yang disampaikan melalui Musrenbang kecamatan.

Usulan pertama, terkiat dengan perbaikan jalan kampung. Yakni di RT 20, jalan yang semula sudah cor di sana kondisi rusak dan tidak nyaman dilalui.

“Yang pertama usulan perbaikan jalan rt 20 itu. Memang kondisinya rusak,” kata Robiyandi.

Masalah yang lain dan menjadi usulan kedua, mengenai jalan menuju pemakaman umum yang letaknya berada di atas bukit. Jalan menuju pemakaman yang tajam itu menyulitkan warga ketika membawa mayat dari keranda ke atas.

“Ini pernah kejadian Pak. Pembawa mayat terpeleset,” cerita Robiyandi.

Perbaikan jalan mendaki yang diperlukan itu hanya sekitar 20-30 meter. Pihak pemerintahan kelurahan juga sudah mengusulkan dan kemungkinan baru tahun depan bisa terealisir.

Sementara usulan ketiga adalah masukan dari RT 13. Yaitu terjadinya abrasi atau pengikisan tanah di badan jalan, sehingga berpotensi membuat rusak jalan cor yang ada di situ.

“Kondisi jalan cor sudah bagus. Tapi kiri kanan badan jalan itu terkikis air. Lama-lama ini menipis dan membuat jalan ambruk,” ujarnya.

Kampung Kelurahan Bukit Biru sejarahnya adalah eks transmigran. Sekarang penduduknya 4.946 jiwa atau 1.116 KK (Kepala Keluarga). Mereka tinggal di 24 RT dengan luas kawasan 3,2 Kilometer persegi.

“Dulu, kawasan ini adalah daerah transmigrasi. Seluruh warganya adalan transmigran,” cerita Robiyandi.

Karena asalnya ada transmigran sektor pertanian dan perkebunan menjadi andalan perekonomian warga. Produksi pertanian dan perkebunan seperti sayur-sayuran, dipasarkan di pasar-pasar Kota Tenggarong. #

Wartawan: charle

Comments are closed.