Ekspedisi Kapsul Waktu 2085 sudah selesai melintas di Kalimantan Timur. Menembus jalan sepanjang 927 Kilometer mulai dari Gunung Halat, Muara Komam, Kabupaten Paser hingga perbatasan Kaltim-Kaltara di Kabupaten Berau.
Tapi, sebagian besar masyarakat masih bertanya-tanya; apa misi dari kegiatan tersebut?
Selama berada di Kalimantan Timur 26-29 Oktober 2015, ragam budaya di masing-masing kabupaten dan kota yang dilintasi tersajikan. Ada delapan kabupaten kota yang dilintasi. Itu berarti hanya ada 2 kabupaten dan kota yang tak terwakili, yakni Kabupaten Kutai Barat dan Kabupaten Mahakam Ulu.
Antusias anak-anak sekolah juga begitu terasa. Sepanjang jalan Trans Kalimantan, anak-anak sekolah itu menunggu di depan sekolahnya. mengibarkan bendera Merah Putih yang dibuat dari kertas dan bambu kecil.
Anak-anak sekolah itu bergembira ketika melihat rombongan membawa Kapsul Waktu tiba melintas di depan sekolah mereka. Mereka berteriak-teriak penuh harapan; “Pak Jokowi, Pak Jokowi,” begitu salah satu teriakan yang terdengar.
Sebagian anak-anak sekolah itu mengira ada Presiden Joko Widodo di dalam rombongan pembawa Kapsul Waktu 2085. Sebagian lagi mengira ada pejabat tinggi seperti Menteri Kabinet Kerja.
Inilah tim Eksepedisi Kapsul Waktu 2085 itu. Ada tiga mobil yang membawa misi Panitia Nasional, yakni mobil pembawa Kapsul Waktu dan dua unit mobil lagi pembawa personel Panitia Nasional dan perlengkapannya. Kemudian ditambah oleh Panitia Daerah.
Untuk Kalimantan Timur, ada 7 mobil yang melekat di dalam rombongan EKW2085. Namun konvoi menjadi panjang karena ditambah unit lain dari kabupaten / kota serta mobil Patwal Polisi dan Dishub serta dari Tim Kesehatan.
Mewakili Panitia Nasional dari Kalsel Affan Ajizori dan kemudian bergabung di Samarinda Viddi Supit dan Rahmat Hidayat Pulungan. Sementara Panitia Daerah dikoordinatori oleh Fajri Alfarobi bersama Sumadi, Herman Hasan dan Charles Siahaan. Kemudian setelah rombongan di Samarinda bergabung dalam rombongan Fitri Ekadinanti yang juga Sekretaris Tim Panitia Daerah Kaltim.
Rahmat Hidayat Pulungan dalam orasi disetiap kesempatan mengatakan, Ekspedisi Kapsul Waktu 2085 itu adalah cara Presiden Joko Widodo untuk menjaring aspirasi masyarakat Indonesia. Semua harapan rakyat disetiap kabupaten dan kota serta provinsi dikemas menjadi 7 mimpi.
Pada tanggal 21 Desember 2015, seluruh mimpi itu yang telah dimasukkan dalam kapsul ditanamkan dalam sebuah monumen di Merueke, Papua. Nanti, pada tahun 2085 baru dibuka kembali oleh generasi saat itu.
Di sisi lain, pemerintah di bawah Presiden Joko Widodo juga ingin memastikan semangat Ayo Kerja bergulir hingga ke pelosok daerah. Dan, terbukti, anak-anak sekolah juga bersemangat meriakkan “Ayo Kerja” ketika rombongan EKW 2085 melintas di depan sekolah mereka.
Tim EKW 2085 menjemput datang untuk menjemput warga Kaltim. Untuk provinsi ini, ada 7 mimpi yang berhasil dirumuskan dengan melibatkan para cendikiawan kampus dan juga birokrat dan panitia daerah.
Ada yang menarik dari proses perumusan 7 mimpi masyarakat Kaltim itu. Sebab, untuk mendapatkannya melibatkan 12 anggota tim perumus yang 3 diantaranya Profesor. Ketiga Profesor itu adalah Prof. DR. H. Dwi Nugroho Hidayanto, M.Pd, Prof. DR. Hj. Enny Rochaida, M.Si dan Prof. DR. Adri Paton, M.Si.
Anggota lainnya ada Niel Makinuddin dan Ketua Dewan Pendidikan Kaltim Bohari Yusuf serta Staf Balitbangda, Bappeda Kaltim dan Panitia Daerah EKW 2085 Kaltim.
Semula, Panitia Daerah menjaring sekitar 250 harapan warga. Yang ditulis sendiri oleh masyarakat Kaltim khususnya di Samarinda. Kemudian menyusul Bappeda Kaltim menjalankan penjaringan mimpi di lingkungan SKPD. Di kabupaten dan kota juga masing-masing melakukan penjaringan harapan dan mimpi warganya dengan cara masing-masing.
Dari ratusan mimpi itu kemudian tim perumus melakukan klasifikasi. Membuat 7 kelompok isu, sampai akhirnya menghasilkan 20 hasil ekstrak seluruh harapan dan mimpi tersebut.
“Setelah melewati tahapan-tahapan, ditambah masukan dari berbagai pihak, akhirnya kita mendapatkan 7 mimpi masyarakat Kalimantan Timur,” ujar Prof. DR. H. Dwi Nugroho Hidayanto, M.Pd.
Ketujuh mimpi itu telah dimasukkan dalam kapsul yang disediakan. Kemudian ditempatkan dalam kontiner untuk dibawa bersama-sama dengan mimpi seluruh rakyat Indonesia ke Merauke, Papua. Menurut rencana, semua mimpi itu dimonumenkan di Merauke. Kemudian pada tahun 2085 baru diperkenankan dibuka.
Pada waktu itu generasi baru bangsa Indonesia melihat apakah mimpi-mimpi para pendahulunya terlaksana. #les
Comments are closed.