TANJUNG SELOR, BERITAKALTIM.COM – Petani di Kabupaten Bulungan, Kalimantan Utara (Kaltara) mengaku kapok menanam kedelai seperti yang dianjurkan pemerintah kabupaten setempat. Bahkan, bicara mengenai tanaman kedelai, mereka pun sepertinya trauma.
Alasan para petani ini sudah tidak berminat menanam kedelai sebagaimana diungkapkan kepada beritakaltara.com adalah persoalan harga. Menurut mereka, harga kedelai di Bulungan tidak seimbang dengan biaya operasional yang harus dikeluarkan saat memasuki musim tanam.
Anggota DPRD Provinsi Kaltara, Andi Zakariah, tidak heran jika banyak petani kedelai di Bulungan, mulai beralih ke komoditi lain. Sebab harga kedelai memang sejauh ini masih menjadi persoalan klasik dihadapi petani.
Anjloknya harga kedelai di Bulungan, sebenarnya bukan persoalan kualitas barang. Sebaliknya, titik masalahnya berada di terkait. Bicara tentang pertanian di Bulungan ada Dinas Pertanian dan ketika petani panen disana ada Dinas Perindustrian, Perdagangan dan Koperasi, untuk memasatkan hasil-hasil pertanian.
“Yang kami lihat, kenapa kedelai ini selalu anjlok harganya karena tidak punya pasar. Yang membutuhkan kedelai sebenarnya banyak. Tapi petani tidak punya akses kesana. Inilah penyebab harga turun karena pembeli tidak ada,” kata Andi Zakariah kepada media ini di Tanjung Selor, Selasa (16/2/2015).
Persoalan klasik sebenarnya tidak perlu mendarah daging di tengah petani kedelai jika saja Pemkab setempat melalui Dinas Perdagangannya, mampu berinovasi dalam mencari peluang pasar. Sehingga ketika memaskui musim panen, maka petani sudah siap pembelinya dan tentu saja harus dengan harga yang sesuai.
Oleh karena itu, jika petani kedelai di Bulungan berteriak hanya persoalan harga. Andi meyakini, persoalan ini bisa ditemukan jalan keluarnya sepanjang Dinas Perdagangan bersinergi dengan petani untuk mencari pangsa pasar di luar daerah.
“Kalau pembelinya ada pasti harganya stabil. Kenapa kedelai ini tidak stabil harganya, karena pembelinya tidak. Pun ada yang membeli hanya keperluan dalam rumah tangga saja, jumlah pun sedikit,” tambahnya.
Politisi Partai Bulan Bintang (PBB) ini, mengambil contoh dengan petani rumput laut. Sejauh petani rumput laut eksis karena pembelinya jelas. Padahal antara kedelai dengan rumput adalah sama-sama komoditi yang dikonsumsi banyak orang. Tetapi bedanya, jika rumput laut pasarnya jelas, tidak bagi kedelai karena sejauh ini belum ada pedagang luar daerah yang masuk Bulungan untuk membeli kedelai lokal ini.
“Pemkab Bulungan perlu mengadopsi manajemen rumput laut, kalau kedelai ini mau memiliki pembeli tersendiri. Sehingga petani tidak berteriak lagi,” kuncinya. #Nay/Ism
Comments are closed.