NUNUKAN, BERITAKALTIM.COM – Ketua Komisi II Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD) Kabupaten Nunukan, H Muhammad Nasir S.Pi bersama sejumlah anggota dewan lainya melaksanakan reses utamanya bertatap muka dengan warga Mamolo Kelurahan Tanjung Harapan, Selasa (23/2/2016). `
Curhat masyarakat petani rumput laut menjadi pembahasan utama saat bertemu langsung warga Mamolo. Kurangnya perhatian pemerintah terhadap usaha rumput laut yang menjadi primadona dikeluhkan warga, utamanya kwalitas rumput laut yang sangat menurun juga harga anjlok, dari harga Rp15.000 menjadi Rp7.000 per kilogram. Sementara di kota Tarakan, harga rumput laut Rp8.000 per kilogram.
Selain itu, kurangnya pinjaman modal dari pemerintah. Pihak perbankan hanya memberi modal bagi yang punya jaminan berupa sertifikat tanah sementara masyarakat petani rumput laut tidak semuanya mampu memenuhi persyaratan itu.
Ketua Koperasi Rumput Laut Mamolo, Kamaruddin mengatakan, bahwa Mamolo terkenal dengan sebutan penghasil rumput laut bahkan pemerintah Malaysia bagian Sabah mengunjungi daerah ini. “Namun dibalik itu Pemerinah Kabupaten Nunukan utamanya Dinas Perikanan dan Kelautan kurang melakukan pembinaan, dalam artian PPL sebagai pembina di lapangan jarang berada di tempat,” keluhnya.
Pada kesempatan itu, Tamrin, salah satu petani rumput laut di daerah itu mengungkapkan, bahwa selama setahun ini petani rumput laut Mamolo mengalami kerugian besar. “Lebih besar pasak dari pada tiang, pengeluaran lebih besar ketimbang pendapatan. Dana operasional tidak sedikit sementara hasil panen tidak seimbang,” ujarnya saat dialog dengan anggota dewan.
Menanggapi hal itu, Muhammad Nasir S.Pi selaku pimpinan rombongan anggota dewan menjelaskan bahwa, persoalan harga rumput laut memang mengikuti kurs US dollar, rupiah makin anjlok. Dalam kesempatan itu, Nasir meminta agar masyarakat lebih memperhatikan kwalitas sehingga harga bisa bersaing baik secara lokal maupun secara nasional.
“Kenapa Tarakan lebih tinggi karena sebelum pengiriman, lebih dahulu dilakukan pemeriksaan oleh Dinas Perdagangan sehingga harga rumput laut Tarakan bisa bersaing,” ujar legislator dapil (daerah pemilihan) Kota Nunukan ini.
Masalah pinjaman modal dari pihak perbankan itu tidak mungkin masyarakat langsung, semestinya pemerintah menjadi jaminan. Artinya, lanjut Nasir, pemerintah memfasilitasi agar pemberian modal lunak itu bisa berjalan.
“Jangan masyarakat petani rumput laut dihadapkan persoalan seperti ini. Karena tidak semua petani rumput laut memiliki sertifikat tanah sebagai jaminan,” tegas Nasir disambut tepuk tangan para petani rumput laut Mamolo yang hadir.
Tidak Kurang dari 560 kepala keluarga di Kabupaten Nunukan Selatan berprofesi sebagai petani rumput laut. “Bayangkan, di era kepemimpinan H Hafid telah membangun lahan persawahan namun kepemimpinan berganti Bupati Drs Basri, petani berubah pikiran dari petani sawah menjadi petani rumput laut. Mengapa? Karena bergerak di bidang ini lebih mudah mendapatkan hasil dari pada bidang persawahan. Buktinya, rumah di Mamolo dan Tanjung Harapan rata-rata memiliki dua sampai tiga sepeda motor hasil rumput laut,” bebernya.
Olehnya itu, menurut Nasir, bahwa pemerintah tinggal meningkatkan pemberian bantuan modal. Karena modal awal mengalami kerugian akibat gagal panen karena rumput laut terkena penyakit.
“Kami anggota dewan siap memfasilitasi memanggil dinas terkait utamanya Dinas Perikanan dan Dinas Perdagangan. Sehingga nantinya petani bisa kembali berjaya karena rumput laut ini merupakan primadona masyarakan dan kebanggaan Pemerintah Kabupaten Nunukan dikenal sebagai gudang rumput laut,” sergahnya. #yusuf palimbongan
Comments are closed.