BeritaKaltim.Co

Pertahankan Platinum ISDA 2018, Inbis Permata Bunda Kembangkan Konsep Berdaya Memberdaya

 

BONTANG, Beritakaltim. co — Tahun 2018 yang kedua kalinya Inkubator Bisnis (Inbis) Permata Bunda mencapai prestasi terbaiknya, pada ajang Sustainable Development Goals Award (ISDA) 2018. Inbis binaan Pupuk Kaltim tersebut, memiliki program memberdayakan Anak Berkebutuhan Khusus (ABK) agar terus mandiri, melalui penciptaan lapangan kerja yang sesuai keterampilan penyandang disabilitas.

Pada ISDA 2017, Inbis besutan Anggi V. Goenadi tersebut mampu meraih predikat Terbaik 3 kategori Perorangan dan Platinum untuk kategori Program. Sementara ISDA 2018, predikat Platinum kembali berhasil dipertahankan, ditambah peningkatan capaian predikat Terbaik 2 untuk kategori Perorangan.

Ditemui belum lama ini Anggi mengungkapkan, pihaknya tidak menyangka mampu menyabet prestasi tersebut, karena kata dia, Inbis merupakan binaan yang tergolong baru, menurutnya, prestasi yang ia raih merupakan hasil kerja dan semangat bersama pihaknya dengan Pupuk Kaltim, yang memiliki komitmen tinggi membina ABK untuk lebih berdaya.

Ia menrincikan, ada beberapa aspek penilaian ISDA yang mencakup seluruh program yang digagas, termasuk teknis dan detail program dengan tingkat capaian yang terukur, begitu pula untuk perorangan. sepak terjang local hero terhadap program juga menjadi poin penentu. Disamping progres awal hingga akhir, dengan berbagai indikator yang disiapkan. Dibuktikan secara otentik melalui bukti fisik kepada tim penilai.

Salah satu tantangan terberat penilaian ISDA 2018, yaitu meyakinkan juri tentang sepak terjang, track record, hingga perjalanan program dengan kesesuaian kategori penilaian. Termasuk meyakinkan rencana, visi misi dan tujuan program yang disinkronisasi dengan pelaksanaan di lapangan.

“Selain itu apakah program itu nyambung dengan SDGs (Sustainable Development Goals) atau tidak, jadi ada parameternya. Beruntung hampir seluruh tujuan pembangunan berkelanjutan tercakup dalam Inbis,” ujar Anggi.

Lanjut dia, begitu pula arahan pembinaan, merupakan pengembangan dari program tahun lalu yang lebih mengarah pada persoalan pendidikan, pengentasan disabilitas dan masyarakat marjinal. Sedangkan tahun ini, Inbis menitikberatkan pada pengentasan kemiskinan serta penyediaan lapangan kerja khusus disabilitas, sesuai fokus dan tujuan SDGs.

Hal itu direalisasikan melalui program Sustainable Entrepreneurship Program for Disability (SEP) yang ia gagas bersama Pupuk Kaltim. Pengembangan yang semula sekadar wadah penyedia lapangan kerja bagi ABK, menjadi konsep pembinaan secara berkelanjutan, dengan tujuan ABK dapat mandiri dan berdaya saing melalui penciptaan lapangan kerja yang juga mampu mengakomodir ABK lainnya.

“Tahun ini SEP terus kita kembangkan agar dampaknya semakin luas dan ABK yang tertampung bisa lebih banyak, sehingga tujuan berkelanjutan dari program ini bisa tercapai lebih cepat,” terangnya.

Inbis Permata Bunda sejak awal tahun, mengembangkan konsep baru dengan tagline “Berdaya Memberdaya” melalui brand program INBIS BERHAYAT (Berinovasi Sepanjang Hayat). Konsep mencakup tiga hal, yaitu faktor lingkungan, sosial dan ekonomi. Disamping juga Inbis mulai melakukan pendekatan target QHSE (Quality, Healthy, Safety, Environment) layaknya perusahaan, sebagai cerminan besar pengembangan Inbis satu tahun terakhir.

Hal itu diwujudkan melalui inovasi lingkungan dengan pengolahan limbah dan zero waste production, ditunjang kegiatan sosial ABK yang mulai menggagas komunitas ketunaan, serta program diskusi dan belajar bersama. Termasuk bidang ekonomi dengan pengembangan seluruh lini usaha. Terbukti dari awal 5 unit usaha pada 2017, menjadi 12 lini usaha pada 2018 dan 9 diantaranya telah launching dan mulai berkembang.

“Kita tidak terbayang bisa maju secepat ini dalam setahun. Itu semua jadi tujuan awal Inbis bersama Pupuk Kaltim, yakni mampu memberdayakan ABK secara berkelanjutan,” lanjutnya.

Ia mengaku, pihaknya telah menyiapkan sejumlah program agar ABK benar-benar mampu berdaya secara mandiri, konteksnya bisa berkarya atas potensi diri dan tidak bergantung pada orang lain. Artinya, para ABK mampu hidup untuk membina diri serta keterampilan usaha, hingga menghasilkan sesuatu dari potensi yang dimiliki.

Konteks akhir sasaran pembinaan program SEP, para ABK bisa menjadi pemberdaya melalui usaha masing-masing, dengan memberdayakan ABK junior di tiap lini usaha yang didirikan, sehingga minimnya lapangan pekerjaan serta penerimaan masyarakat terhadap ABK bisa berubah secara perlahan dan kekhawatiran akan kelangsungan masa depan penyandang disabilitas pun mampu dikikis.

“Angkatan awal ada 24 orang dan diharap 5 tahun lagi punya usaha masing-masing. Anggap saja 50% atau 12 diantaranya yang jadi. Tiap unit usaha butuh 5 karyawan, itu saja kita sudah akomodir 60 ABK untuk bekerja. Baru satu angkatan, belum yang berikutnya, tinggal kita kalikan,” papar Anggi optimis.

Meski begitu, tantangan untuk mencapai mimpi tersebut sangat besar, seperti dukungan lingkungan, sekolah, hingga tingkat penerimaan masyarakat. Hal itu yang terus diupayakannya bersama Pupuk Kaltim agar pola pikir dan penerimaan masyarakat terhadap keberadaan ABK pun berubah.

Salah satu program terbaru untuk upaya tersebut digagas melalui “Kampung Aren Berdaya” yang launching pada peringatan HUT Ke-73 RI lalu. Konsepnya di luar program Inbis, dengan sasaran pemberdayaan lingkungan Gang Aren RT.22 Kelurahan Api-api Bontang Utara, yang merupakan pusat kegiatan Inbis.

Menurutnya, pemberdayaan ABK tidak hanya dalam konteks memiliki usaha dan mampu mempekerjakan penyandang disabilitas lainnya, namun turut memberdayakan lingkungan sekitar. Konsep ini merupakan pengembangan dari gagasan sebelumnya dengan nama program “Gerobak Lingkar” (Gerakan Rombak Lingkungan Kampung Aren).

Hal itu didasari rasa keprihatinan akan kondisi lingkungan RT.22 yang jauh berbeda dengan kawasan sekitar. Program ini dimulai para ABK dengan mengajak masyarakat kerja bakti rutin hingga pekarangan rumah. Meski awalnya acuh, makin lama penerimaan masyarakat pun terlihat. Sebagian diantaranya mulai tergerak dengan memberi makanan dan minuman, hingga ikut turun kerja bakti bersama ABK.

“Konsep itulah yang kami kembangkan, dengan penerimaan warga sebagai indikatornya. Jadi mereka (ABK) tidak hanya menunggu punya usaha untuk memberdayakan yang lainnya, tapi juga bisa memberdayakan lingkungan sosial dan masyarakat sekitar, itu sasarannya,” tutur Anggi.

Penerimaan masyarakat sekitar terhadap ABK pun ditindaklanjuti melalui rembug warga untuk meluaskan dampak program. Sebab Anggi meyakini program ini tidak akan berjalan baik tanpa adanya dukungan masyarakat. Hasil rembug warga mengagas program pembersihan kampung, mulai pengecatan hingga persiapan menyambut HUT Ke-73 RI. Bahkan berbagai dukungan pun mengalir dari berbagai pihak atas inisiasi tersebut.

“Ada volunteer dari Dompet Duafa, HMB (Himpunan Mahasiswa Bontang), Kapasisbon (Keluarga Pelajar dan Mahasiswa Bontang), hingga Pusat Informasi dan Konseling Remaja (PIKR) Kelurahan Guntung jauh-jauh datang membantu,” ungkap dia.

Hasilnya pun tampak, warga sekitar mulai mudah digerakkan untuk kegiatan sosial bersama ABK. Penerimaan itu juga ditunjukkan warga sekitar yang ikut belajar bahasa isyarat untuk bisa berinteaksi dengan baik bersama ABK. Perluasan dampak yang tak hanya pada tataran internal, namun program inilah salah satu andalan Inbis pada ISDA 2018, mengingat indikator penilaian berkelanjutan dengan dampak yang meluas, tercapai dengan Kampung Aren Berdaya.

“Dari inisiatif yang kecil, bisa menghasilkan sesuatu yang besar. Kami tidak merasa program Inbis paling bagus atau apa, tapi karena kami ingin program ini lebih dikembangkan,” tandas Anggi.

Ke depan, Anggi bercita-cita mampu mengakomodir lebih banyak ABK untuk diberdayakan. Minimal 50% dari seluruh ABK di Kota Bontang yang tak tertampung dunia kerja, bisa terakomodir di Inbis. Tentunya melalui pengembangan lini usaha yang lebih luas dengan dukungan berbagai pihak, layaknya pemerintah dan stakeholders lainnya.

“Itu target kami berikutnya. Karena saya yakin, setiap masalah sosial yang besar tidak bisa diselesaikan dari solusi satu orang saja. Tapi harus ada kerjasama dan kolaborasi untuk menyelesaikannya. Itu yang ingin kami capai,” tutup Anggi.#ADV# Nav# HR.

Comments are closed.