BeritaKaltim.Co

Jalan Samarinda-Bontang Banjir, Penumpang Kapal Laut ke Bima Terjebak

BERITAKALTIM.CO- Banjir disejumlah titik yang melanda kota Samarinda merupakan permasalahan klasik yang hingga saat ini belum juga dapat diselesaikan, bahkan sejumlah kalangan berpendapat, banjir tahun 2021 ini bertambah parah dengan proses yang cepat.

Kerugian baik materil maupun non materil pun tidak dapat terhindarkan, salah satu kerugian non materil yang dialami oleh warga ialah terbatasnya akses serta lumpuhnya aktivitas.

Salah satu banjir yang terparah terjadi pada Senin 18 Oktober 2021 dan pada tanggal yang sama bertepatan dengan jadwal salah satu kapal penumpang bersandar di Kota Bontang. Alhasil tidak sedikit bahkan lebih dari 30 calon penumpang kapal tersebut gagal berlayar dikarenakan terjebak macet yang diakibatkan oleh banjir.

Salah satu penumpang kapal dengan tujuan Bontang menuju Bima bernama Nur mengatakan tidak dapat berlayar karena terjebak macet panjang walaupun ia beserta rombongan telah berangkat lebih awal.

“Kami berangkat dari Samarinda itu jam 9.30 demi dapat kapal yang jadwal sandarnya ham 17.00 di pelabuhan bontang. Sampai kapal berlayar kembali pukul 21.00, kami belum sampai pelabuhan Bontang. Artinya kami telah berusaha semaksimal mungkin untuk dapat berlayar namun karena banjir parah dibeberapa titik di kota Samarinda membuat kami terlambat dan gagal berlayar,” ketus Nur, Senin (18/10/2021).

Nada yang sama juga disampaikan oleh salah satu sopir travel bernama Aang. Ia menuturkan satu tahun yang lalu kondisi banjir belum separah seperti saat ini, bahkan disimpang muara badak yang sebelumnya tidak ada genangan air, namun saat ini sudah ada setinggi mata kaki.

Selain itu ia juga sering berpapasan dengan dum truck yang menganngkut batu bara melewati jalan umum dan batu bara tersebut disinyalir didapat dari aktivitas ilegal.

“Satu tahun yang lalu, titik banjir tidak sebanyak saat ini. Saat ini kan yang parah ialah simpang Alaya, Mugirejo, depan Bandara itu ada 2 titik, itulah yang membuat macet panjang, saya pikir satu penyumbangnya yakni batu bara ilegal,” kesalnya.

Secara terpisah, Ketua Himpunan Mahasiswa Pasca Sarjana (HMP) Universitas Mulawarman (Unmul), Aditya Ferry Noor menegaskan salah satu penyumbang terbesar banjir di kota Samarinda ialah maraknya tambang ilegal disepanjang jalan poros Samarinda-Bontang.

Oleh karena itu, ia mendesak Wali Kota Samarinda, Bupati Kutai Kartanegara dan Gubernur Kalimantan Timur agar mengambil tindakan tegas dan memberikan efek kepada pelaku tambang ilegal.

Bahkan HMP menilai berkaca pada maraknya praktek tambang ilegal, secara tidak langsung pemerintah dan penegak hukum di tiga wilayah ini, tunduk pada pelaku tambang batu bara ilegal.

Selain itu, Ferry menegaskan bukan persoalan pemerintah provinsi, kabupaten dan kota tidak memiliki kewenangan untuk menindak pelaku tambang ilegal tapi mau atau tidak.

“Ini bukan persoalan tidak punya kewenangan atau tidak, tapi ini persoalan mau atau tidak pelaku tambang ilegal itu ditindak, mampu atau tidak melawan tekanan oligarki hitam tersebut,” tegasnya. Selasa (19/10/2021).

Oleh karena itu, pihaknya meminta secara tegas agar penegak hukum disemua tingkatan serta penyelanggaran pemerintah dari tingkat Gubernur hingga RT agar sadar dan terlibat aktif dalam pemberantasan praktek tambang ilegal.

“Ketua Rt kan bisa melapor, kepala Desa kan bisa melapor, dan kami tegaskan dan tekankan bahwa praktek tambang ilegal ini bukan delik aduan yang memerlukan pelapor baru bertindak tetapi ini delik umum, banyak kok jalan umum dipakai untuk mengangkut batu bara dan harusnya penegaka hukum mulai dari tingkat polsek hingga Polda bertindak. Pun Gakkum jangan tutup mata melihat kerusakan alam yang masif seperti saat ini. Harus proaktif dan agresi memberantas tindak kejahatan alam itu,” pungkasnya. #

Wartawan: Heriman

Comments are closed.