SEBELUM membahas lebih jauh tentang kotak pos yang dalam bahasa Belanda disebut “Brieven Bus” di Balikpapan. Penulis berusaha menelusuri sejak kapan kotak pos itu berada di Indonesia dan siapa orang yang pertama kali mempopulerkannya?
Dari penelusuran itu diketahui, Kantorpos pertama didirikan di Batavia (sekarang Jakarta) oleh Gubernur Jenderal G.W Baron van Imhoff pada tanggal 26 Agustus 1746.
Lebih jauh lagi, jika kita menyebut kotak pos, berarti kita secara otomatis mengingatkan kembali nama Anthony Trollope. Salah seorang warga negara berkebangsaan Inggris, juga salah seorang penulis fiksi paling andal, “novelis”, dan sebagai editor di suatu majalah.
Pada saat itu dia baru berusia 19 tahun, dan pernah bekerja sebagai juru tulis di Kantor pos Inggris. Suatu hari, dia mendapat tugas ke daerah yang bernama Channel Islands untuk memeriksa Kantor Pos di sana.
Tugasnya untuk memeriksa Kantor Pos, setelah melihat penduduk di sana, jika mengirim surat mereka harus berjalan cukup jauh untuk menuju kantor pos. Penduduk bermaksud untuk mengirim surat, di sinilah ide tersebut muncul.
Kemudian Anthony Trollope, mengusulkan untuk membuat kotak pos dan diletakkan di tempat yang strategis, agar mudah dilihat dan dijangkau dan tidak harus datang ke kantor pos, hal itu terjadi pada tahun 1840.
Setelah dua belas tahun kemudian, hasil temuan Anthony Trollope, berupa kotak pos yang identik dengan warna cerah dengan cepat tersebar ke pelosok negeri Inggris. Sehingga kotak pos pilar pertama di Inggris, didirikan di Bocthergate, Caelisle pada tahun 1853.
Sejak itulah terus menjamur ke pelosok negeri hingga diadopsi Kolonial Belanda di Batavia, dan penggunaannya untuk umum pertama kali terdapat di Semarang pada tahun 1860.
Setelah di Semarang barulah menyusul dan terdapat di Surabaya pada tahun 1864, kemudian menjamur ke seluruh cabang kantor pos di Hindia Belanda termasuk Balikpapan.
Sedangkan kantor pos di Balikpapan yang terletak di Klandasan dibangun oleh “Fred Muller”, orang tua dari Yudith vanden Nieuwenhof Owens. Sekarang Yudith sudah menetap di negeri kincir angin Belanda bersama keluarganya. Tentu saja sudah berusia lanjut.
Kantor Pos Balikpapan yang dibangun oleh ayah Yudith, dari pengamatan penulis, pada sudut di kiri-kanan teras utama gedung kantor pos tersebut, terdapat dua buah lubang kecil yang difungsikan untuk menampung semua surat-surat yang dimasukkan di celah lubang tersebut yang tersedia.
Lubang tersebut berfungsi sebagai kotak penampung surat-surat, yang dikirim oleh warga penduduk sesuai dengan tempat tujuannya masing-masing.
Sedangkan satu-satunya Brieven Bus atau kotak pos pada saat itu berada di tempat persimpangan pusat kota, sekaligus sentral perekonomian Balikpapan. Kala itu Brieven bus berada tidak jauh dari kampung Pecinan Kebun Sayur. Letaknya di simpang kanan atau persisnya depan tambal ban, Fing Shau saudara kandung dari Afeng, warga keturunan Tionghoa. Sekarang bangunan tersebut menjadi komplek pertokoan dan sejajar dengan Bank BRI Cabang Kebun Sayur.
Kotak Pos saat itu berdiri kokoh, setinggi 150 cm x 80 cm terbuat dari pelat baja dan tahan api, sangat memudahkan setiap orang yang melakukan pengiriman surat-menyurat.
Dahulu surat merupakan sarana manusia untuk saling berkabar, kemudian semua surat-surat yang masuk ke dalam kotak, diambil oleh petugas pos untuk dibawa ke Kantor pusat selanjutnya dilakukan penyortiran sesuai dengan daerah tujuannya masing-masing.
Berpindahnya Brieven Bus tersebut, berawal dari musibah besar di pusat kota dan sekaligus sentral perekonomian Balikpapan. Terjadi kebakaran besar meluluh lantakan semua bangunan dan pertokoan kawasan itu.
Persisnya sehari setelah perayaan Cap Go Meh, pada hari Kamis, 22 Ferbruari 1979, api menyala, sekitar pukul 15.45, sehingga Kebun Sayur, sebagai kota tua rata dengan tanah, dan hanya menyisakan sebuah Brieven Bus yang tahan api.
Setelah satu bulan kemudian barang peninggalan tersebut diangkut untuk diamankan dan ditaruh di belakang kantor Pos Besar Balikpapan. Benda peninggalan teronggok sebagai barang bekas.
Namun setelah diberlakukannya UU Nomor 11 tahun 2010, tentang barang peninggalan sejarah, Brieven Bus termasuk yang dijadikan sebagai benda cagar budaya yang wajib dipelihara, sehingga sekitar 7 tahun kemudian memajangnya di halaman kantor oleh pihak pengelola Kantor Pos Balikpapan, seperti terlihat sekarang. #
Penulis: Muhammad Asran/Pemerhati Sejarah|Editor: Hoesin KH
Comments are closed.