BONTANG, BERITAKALTIM.com- Kondisi kawasan hutan mangrove di Kota Taman saat ini rupanya tengah harap-harap cemas. Usut punya usut ternyata, masih banyak warga di Bontang yang membuat perangkap ikan menggunakan batang pohon mangrove.
Ironisnya, Kepala Badan Lingkungan Hidup (BLH) Bontang Agus Amir mengaku, 1 belat yang dipasang di laut membutuhkan 300 batang pohon mangrove jenis rhyzopora. Itu sebabnya, setiap satu belat yang dibuat akan merusak 0,03 hektar hutan mangrove.
Berdasarkan hasil identifikasi awal, saat ini diperkirakan jumlah pembelat di Bontang sudah mencapai 100 orang dan masing-masing diperkirakan memiliki 5 sampai 10 belat. Selain itu, batang pohonmangrove ternyata diperjualbelikan dengan harga Rp 9 ribu per batang.
“Diasumsikan jika 100 orang pembelat tadi membuat lima belat saja, maka dibutuhkan 150 ribu batang pohon mangrove, maka kawasan hutan mangrove yang rusak mencapai 15 hektar setiap 3 sampai 5 bulan umur belat,” papar Agus Amir.
Katanya, jika aktivitas tersebut terus berlanjut, maka bisa dipastikan berbagai upaya untuk melestarikan mangrove yang selama ini dilakukan bisa sia-sia. Pasalnya, laju pengrusakan lebih cepat dari pada upaya untuk merehabilitasi. Untuk merehabilitasi kawasan satu hektar saja membutuhkan 10 ribu bibit mangrove.
“Jika hal ini terus berlanjut, maka upaya kita yang gencar melakukan penanaman mangrove akan kalah laju dengan pengerusakan yang dilakukan para pembelat,” tegasnya. Untuk mengantisipasi hal tersebut, kata dia,
BLH membuat program belat tiruan. Yakni, membuat belat dengan bahan dasar paralon PVC. Belat tiruan ini bisa bertahan 4 sampai 5 tahun. Sementara jika menggunakan pohon bakau hanya beberapa bulan saja.
“Kami juga sudah mensosialisasikan ke masyarakat dan ditanggapi positif, mudah-mudahan dengan cara ini kerusakan hutan mangrove bisa berkurang,” pungkasnya. #fs/din
Teks foto: Sejumlah anak tampak bermain di sekitar hutan mangrove yang berada di Kelurahan Berbas Pantai, Kecamatan Bontang Selatan