BeritaKaltim.Co

Ini 3 Masalah Warga Pesisir di Tihi-Tihi Bontang

desa tihi tihi bontangBONTANG, BERITAKALTIM.com- Observasi dan analisis sosial terhadap kebutuhan warga di Tihi-Tihi dilakukan Keluarga Pelajar dan Mahasiswa Bontang, beberapa waktu lalu. Berdasarkan hasil survei via kuesioner yang dilakukan Kapasisbon, ada tiga kesimpulan diungkap dengan sampel 25 warga setempat. Pertama, soal ketersediaan air bersih, kedua pasokan listrik, dan ketiga nasib pendidikan bagi anak-anak di Tihi-Tihi setelah lulus kelas 6 sekolah dasar (SD).

Seperti diketahui, Tihi-Tihi merupakan salah satu kawasan pesisir di Kota Taman. Pemukiman yang berada di atas laut ini disebut-sebut sudah berdiri sejak 1957. Ini diawali dengan berdirinya sebuah rumah, lalu kemudian berkembang sampai saat ini. Menurut data yang dilansir ketua RT setempat, Muslimin, jumlah kepala keluarga (KK) di Tihi-Tihi ada 74 orang.

“Penduduk di sini semakin lama semakin banyak, karena adanya pendatang dan keluarga dari Mamuju dan Bugis yang ikut tinggal di sini,” ucap Muslimin, ketua RT di Tihi-Tihi.

Di samping itu, keberadaan Tihi-Tihi sebenarnya tak begitu jauh dari perkotaan. Jarak tempuhnya sekira 1 jam. Musimin menyatakan, mayoritas warga di Tihi-Tihi enggan untuk tinggal di perkotaan. Alasannya karena di sana lapangan pekerjaan dianggap kurang. Terlebih lagi untuk tempat tinggal.

“Sebagian besar warga di Tihi-Tihi tidak mempunyai keluarga di kota, makanya kami tetap bertahan untuk tinggal di sini dengan mengandalkan hasil laut yang memberikan kami rezeki dan bertahan hidup,“ ucap Jamal, salah satu warga Tihi-Tihi.

Setali tiga uang, persoalan pendidikan juga demikian. Meskipun ada sekolah lanjutan tingkat SMP dan SMA, sebagian besar anak-anak nelayan ini memang diakui tak memiliki minat menimba ilmu di kota. Alasannya, lagi-lagi karena biaya dan tidak memiliki keluarga untuk tempat tinggal selama menempuh pendidikan di kota.

“Akhirnya kami memutuskan sampai SD saja, seenggaknya bisa baca tulis dan membantu bapak mencari ikan di laut dan membudidayakan rumput laut,“ tutur Fadil (15), salah satu remaja di Tihi-Tihi.

Sementara itu, bagi Ismail Usman, Ketua Kapasisbon Bontang, bila merujuk sejak 1957 sampai saat ini, tentu perkembangan Tihi-Tihi masih lambat.
Fasilitas pendidikan di Tihi-Tihi misalnya, masih dianggap minim. Untuk gedung sekolah hanya ada untuk SD. Tidak heran, sebagian besar anak-anak di Tihi-Tihi hanya tamat sampai kelas 6 saja. “Tidak ada sekolah untuk tingkatan selanjutnya seperti SMP dan SMA,” ucap Ismail.

Demikian juga dengan pelayanan kesehatan. Ismail mengatakan, warga Tihi-Tihi mengaku sangat kesulitan untuk mendapatkannya. Seperti, ketika ada yang melahirkan. Mau tidak mau, warga harus pergi ke kota dengan melewati laut dulu untuk sampai ke rumah sakit (RS).

Itu sebabnya, Ismail berpendapat, jika hanya mengandalkan hasil laut saja, maka warga untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari saja sudah pasti tidak akan cukup. “Karena pendapatannya minim. Ini bisa dilihat dari kurangnya hasil laut yang didapatkan. Dari hasil wawancara kami dengan warga tentang bantuan pemerintah terhadap kebutuhan mereka juga sangat kurang,” urai Ismail.

Dari hasil observasi dan analisis sosial Kapasisbon, masalah utama di Tihi-Tihi adalah persediaan air bersih untuk kebutuhan sehari-hari. Sebab, rata-rata warga di sana masih sangat bergantung pada hujan. Air yang turun dari atap rumah biasanya ditampung di drum yang besar. “Mereka lebih memilih bergantung pada hujan karena kalau untuk ke kota mereka harus mengeluarkan biaya yang besar untuk BBM,” tandas Ismail.

Menurut Ismail, observasi dan analisis sosial ini diharapkan menjadi masukan bagi Pemkot Bontang. Terutama, agar memberikan jaminan bagi masyarakat di pesisir. “Apalagi dengan situasi perekonomian sekarang dengan naiknya harga BBM (bahan bakar minyak, Red.) justru akan menambah kesulitan bagi warga yang tinggal di daerah tersebut. Kami berharap Pemkot tidak hanya sibuk dengan realisasi program-program di kota, tapi juga di pesisir seperti di Tihi-Tihi ini,” tutup Ismail. #fs/din

Teks foto: IST
UNGKAP FAKTA: Salah satu anggota Kapasisbon saat melakukan tanya-jawab dengan warga Tihi-Tihi sebagai bagian dari observasi dan analisa sosial di masyarakat pesisir Kota Taman.

Leave A Reply

Your email address will not be published.