
TANJUNG SELOR, BERITAKALTIM.com– Dalam rangka menyongsong masa depan Provinsi Kalimantan Utara (Kaltara) menuju yang lebih baik lagi kedepannya, Pemprov Kaltara mengupayakan untuk melakukan berbagai macam usaha, diantaranya mendidik anak dengan tujuan agar mereka dapat menjadi mandiri.
Hal tersebut dikatakan Bunda PAUD Se-Kaltara, DR Rita Ratina Irianto Lambrie pada saat menyampaikan sambutannya pada acara Seminar Parenting di Ruang Serbaguna Kantor Gubernur Kaltara, Selasa (31/3/2015).
Menurut Rita, dengan cerita, sejatinya akan membantu anak terdidik secara mandiri. Apalagi si anak di didik sejak usia dini. Sebab, tempat utama anak untuk mendapatkan pengetahuan itu ialah di rumah. Namun demikian, yang menjadi permasalahannya saat ini ialah orang tua belum tentu mampu mendidik anaknya.
“Dengan bercerita, secara otomatis akan menimbulkan rasa ingin membaca oleh anak-anak, dan dengan membaca pula mereka dapat menambah wawasan mereka sejak dini,” kata Rita.
Demikian juga saat menyampaikan materi terkait kegiatan tersebut, Rita juga mengimbau kepada orang tua agar jangan ketinggalan teknologi. Karena teknologi dapat membantu perkembangan anak.
“Khususnya teknologi internet, akan tetapi dalam hal itu harus diawasi juga penggunaannya. Karena selain memberikan dampak positif. Internet juga bisa memberikan dampak buruk, jika pengawasannya kurang,” ujar Rita.
Biasanya, lanjut Rita, dengan rasa sayang kebanyakan orang tua memproteksi anaknya secara berlebihan. Padahal secara tidak langsung hal tersebut dapat memicu lambannya kemajuan terhadap anak.
“Saya mengharapkan kepada para orang tua agar mendidik anaknya secara mandiri. Misalnya, mengomel tentu akan berdampak psikologis terhadap anak,” imbau Rita.
Padahal, kata dia, saat masih usia dini seharusnya si anak di didik secara mandiri. Bercermin dari negara maju, Rita mengatakan baik suami maupun istri, itu bersamaan memikul tanggung jawab dalam mengasuh anaknya. “Dari kecil seorang anak sudah harus tidur sendiri di kamar,” ucapnya.
Bukan hanya mandiri, kata Rita lagi, mendidik anak haruslah juga dengan keteladanan. Dan budaya mengiming-imingi merupakan contoh yang tak patut di tiru. “Ini adalah contoh sederhana, dan sering bertentangan dengan apa yang kita larang kepada anak kita,” jelasnya.
Selain itu, lanjutnya, dengan cara membandingkan seorang anak dengan anak orang lain itu bukanlah suatu hal yang tidak baik. Sebab, hal itu akan berdampak pada anak yang dapat menimbulkan sifat pembenci terhadap orang lain.
“Apalagi saat dibandingkan, kondisi anak dalam posisi lemah. Ini jelas akan berdampak buruk,” sebutnya. Rita juga menjelaskan, berdasarkan survei Federasi Kesehatan Mental Indonesia pada tahun 2003, Rita juga memaparkan, 93 persen anak mengalami tindak kekerasan baik dirumah maupun di sekolah. Dan hal ini dilakukan di 10 propinsi di Indonesia.
“Dan bukan hanya itu, sekitar 82 persen remaja beranggapan bahwa orang tua itu otoriter. Bahkan sekitar 50 persen anak mengaku pernah mendapatkan hukuman fisik. Serta 39 persen juga mengatakan orang tua pemarah,” bebernya. #hmsprov
Comments are closed.