BeritaKaltim.Co

Tiga Akademisi Unpad-UGM-Unmul Paparkan Persoalan Pembangunan IKN

BERITAKALTIM.CO- Tiga akademisi bertemu di Gedung Prof Dr Masjaya M.Si Universitas Mulawarman, Rabu (23/6/2023). Mereka datang dalam acara Media Briefing yang digelar organisasi Sustainitiate, membahas ibu kota negara (IKN) khususnya terkait persoalan lingkungan.

Dihadapan para wartawan peserta Media Briefing, ketiga orang akademisi menyampaikan materi sesuai tema; Menjaga Ekosistem dan Tutupan Hutan Hujan Tropis serta Daerah Aliran Sungai (DAS) sebagai penyangga Ibu Kota Negara (IKN). Sesuai dengan bidang masing-masing, ketiganya mengkritisi beberapa aspek yang menjadi masukan buat pemerintah yang sedang membangun IKN.

Tiga akademisi itu adalah Prof Chay Asdak (Guru Besar Pengelolaan Daerah Aliran Sungai Universitas Padjadjaran, Bandung) dan Dr. Ir. Sukartiningsih, M.Sc (Wakil Rektor Bidang Umum Universitas Mulawarman). Satu lagi Agus Setyarso, Deputy Director, Pusat Sains Kelapa Sawit Instiper juga Dosen Fakultas Kehutanan Universitas Gadjah Mada (UGM) Yogyakarta tampil sebagai moderator. Hadir juga Haryadi Himawan, Senior Assosiate Sustainitiate.

Prof Chay Asdak memaparkan materi dengan judul; Kecukupan & Terjaganya Tutupan Hutan DAS Penyangga IKN. Setidaknya ada 6 persoalan yang disoroti guru besar dari Universitas Padjadjaran ini, khususnya terkait Lanskap dan sosial ekonomi IKN.

Enam persoalan itu adalah, mengenai pengembangan kawasan IKN yang berpotensi pada fragmentasi lanskap (ekosistim hutan hujan tropis) yang rentan secara ekologi. Kemudian masalah kedua, fragmentasi lanskap mendistrupsi struktur (jenis, jumlah, sebaran, species, keragaman hayati) dan fungsi ekosistim (habitat, estetik, hidrologi, pangan, etc).

Ketiga, alih fungsi lahan dan konflik sosial (bencana hidrometeorologi, kompetisi ekonomi, agraria dan tanah adat). Persoalan keempat menyangkut air baku, energi listrik, dan pangan dan kelima kebakaran lahan dan hutan karena tanah di Kalimantan Timur mengandung deposit batu bara. Serta keenam, mengenai penataan ruang di luar Kawasan Inti IKN (urban sprawling).

“Jadi itu belum begitu siap untuk menyiapkan untuk menyediakan fasilitas kota hutan. Kota yang smart dan kota yang berkelanjutan. Kita melihat kesenjangan di situ. Sehingga yang kita upayakan adalah bagaimana mengembalikan lokasi dan lingkungan di wilayah sekitar IKN, menjadi lebih siap,” ujar Prof Chay Asdak.

Dari pandangan itu, Chay Asdak menyarankan dilakukan restorasi yang multidimensional. Pertama adalah restorasi lingkungan, kedua restorasi sosial, ketiga restorasi ekonomi dan keempat restorasi tata kelola.

“Otorita IKN kita harapkan mendengarkan usulan-usulan kami, untuk menjamin otorita IKN segera mencapai kejayaan dan suksesnya. Ketika kesenjangan itu tidak diaddres dengan baik, tidak bakalan IKN akan sukses,” ucap Prof Chay.

Pemateri kedua dari Universitas Mulawarman, Dr. Ir. Sukartiningsih, M.Sc. Membawakan materi mengenai Restorasi Hutan Hujan Tropika Mewujudkan Visi IKN Sebagai Kota Dunia.

Menurut doktor ilmu kehutanan dari University of Tokyo, Jepang ini, menuju restorasi hutan hujan tropis merupakan sebuah perjalanan panjang.

“Tapi kita harus terus melangkah bersama bersinergi untuk mengawal terwujudnya Forest City IKN sebagai kota dunia yang berkelanjutan,” ujar akademisi kelahiran Blitar 6 Februari 1963 itu.

Dia menggambarkan pembangunan IKN di Kaltim yang berbasis lanskap hutan tropika basah. Menurutnya, konsep Forest City tidak hanya menyangkut aspek fisik tetapi juga aspek non fisik, yaitu: aspek fisik berupa infrastruktur ekologi (ecological infrastructures) dan aspek non-fisik antara lain berupa social budaya, tata nilai (values), perilaku warga kota, dan ekonomi hijau terkait dengan Forest City (Social Transformation).

Dia juga menekankan tentang basis penguatan dan pengembangan Infrastruktur ekologi untuk mewujudkan kota berdimensi hutan (Forest City), yaitu vegetasi asli hutan hujan tropis (Tropical Rain Forest City – Kota Berdimensi Hutan Hujan Tropis).

Dia mengingatkan restorasi dengan cara membudidayakan kembali pohon-pohon jenis kayu ulin yang sudah semakin langka. Juga kayu bengkirai, meranti, kapur dan keruing. #

Reporter: Hardin | Editor: Wong
[metaslider id=”83441″]

Leave A Reply

Your email address will not be published.