BERITAKALTIM.CO – Dalam sebuah kolaborasi yang menarik, Dinas Pariwisata Samarinda bekerja sama dengan komunitas dan sineas lokal untuk memproduksi film pendek yang bertujuan mengangkat kearifan lokal dan destinasi wisata di daerah yang Film ini berjudul “Mahakam Love Story” dan disutradarai oleh Fatqurozi, seorang sineas yang telah aktif di dunia perfilman sejak tahun 2008.
Berikut beberapa informasi tentang film ini
Fatqurozi, seorang sineas mengatakan bahwa Tanggal Produksi Film ini dibuat pada akhir tahun, yaitu di bulan November 2023.
“Film ini berdurasi 48 menit dan akan diputar dalam bentuk short movie pada hari Minggu, 31 Maret,” ujar Fatqurozi pada saat diwawancarai melalui telepon seluler Sabtu (30/3/2024)
Lebih lanjut, untuk Lokasi Karena kolaborasi dengan Dinas Pariwisata, adegan-adegan dalam film ini mengambil tempat di beberapa lokasi wisata di sekitar Samarinda,Taman Odah Bebaya, Pelabuhan, Kapal Wisata, Kampung Ketupat, Museum Samarinda, Taman Samarendah
Motivasi dan Isu yang Diangkat
Ia menjelaskan bahwa Film ini bertujuan untuk mengangkat kearifan lokal dan mempromosikan destinasi wisata di Samarinda.
“Meskipun berbentuk drama romansa, film ini sengaja dipilih agar dapat diterima oleh generasi Z,” ucapnya.
Cerita “Mahakam Love Story” mengisahkan pemeran utama yang memiliki pengalaman traumatik dalam percintaan.
Namun, ia menemukan kebahagiaan setelah menghadapi konflik dan tantangan.
Isu pelecehan seksual juga diangkat dalam film ini, yang relevan dengan situasi hubungan asmara di kalangan anak muda.
Tantangan Produksi
Selama proses produksi, sineas menghadapi tantangan cuaca yang bisa berubah tiba-tiba.
Fatqurozi menambahkan bahwa ada persoalan yang dihadapi terutama Administratif terkait pemakaian lokasi juga menjadi kendala, karena penjelasannya cukup panjang.
Harapannya agar masyarakat dan pemerintah lebih memahami proses produksi film di Samarinda dan memperluas penggunaan tempat-tempat wisata untuk produksi film.
Sinopsis “Mahakam Love Story”
Cerita mengikuti “Dara,” seorang mahasiswi semester akhir yang memiliki pengalaman traumatik.
Dara selalu mengalami kejadian traumatis ketika tangannya dipegang oleh laki-laki.
Saat bertemu dengan Wildan, keanehan terjadi: Dara tidak lagi merasakan trauma masa lalunya.
Namun, ketika orang asing muncul kembali, Dara harus menghadapi masa lalunya dan perjalanan cintanya.
Film ini diharapkan dapat memperkenalkan keindahan Samarinda dan mengajak penonton merenung tentang kebahagiaan dan tantangan dalam percintaan. #
Reporter: Sandi | Editor: Wong