BERITAKALTIM.CO – Samarinda, ibu kota Provinsi Kalimantan Timur, memiliki kekayaan budaya yang terpendam di salah satu desanya, Desa Budaya Pampang. Desa yang berjarak sekitar 23 kilometer dari pusat kota ini adalah pintu gerbang untuk mengenal lebih dekat kebudayaan Suku Dayak Kenyah. Terletak tak jauh dari Bandara APT Pranoto, Pampang menjadi tujuan wisata yang mudah diakses oleh wisatawan lokal maupun mancanegara.
Setiap Minggu siang, Desa Budaya Pampang menggelar pertunjukan seni berupa tarian tradisional Dayak Kenyah, sebuah daya tarik yang selama ini menjadi magnet bagi wisatawan. Namun, kondisi desa tersebut masih memprihatinkan. Infrastruktur yang minim, kurangnya fasilitas bagi wisatawan, hingga keterbatasan dukungan bagi pelaku UMKM membuat potensi desa ini terkesan terabaikan.
Victor Yuan, anggota baru DPRD Kota Samarinda yang juga berasal dari Suku Dayak, merasa memiliki tanggung jawab besar untuk membangkitkan kejayaan Desa Budaya Pampang.
“Salah satu alasan saya menjadi anggota DPRD adalah untuk membangun Desa Budaya Pampang,” jelas Victor dalam wawancara, Selasa (17/9/2024).
Victor menggambarkan visinya yang jelas untuk desa tersebut, ingin menjadikan Desa Budaya Pampang sebagai ikon budaya Kota Samarinda, seperti bagaimana Bali mampu menarik wisatawan dengan ornamen dan nuansa khas sejak tiba di bandara.
“Bayangkan, dari bandara hingga gerbang desa, aura budaya Dayak sudah terasa. Infrastruktur akan kami benahi, menambah dan memoles segala aspek sehingga menjadi daya tarik tersendiri,” tambahnya.
Meski beberapa upaya perbaikan telah dilakukan, seperti renovasi Lamin Adat dan gereja, Victor menilai hal tersebut masih jauh dari cukup.
“Budaya Pampang adalah daya tarik utama, tapi budaya itu harus didukung oleh infrastruktur. Desa ini sejak dulu sampai sekarang, ya, begini saja,” katanya dengan nada prihatin.
Lebih lanjut, Victor menekankan pentingnya kerjasama antara pemerintah kota, dinas terkait, serta pihak swasta.
“Saya yakin Wali Kota Samarinda akan mendukung ide ini. Kami ingin agar dari gapura desa semua terasa nuansa wisata budaya Pampang,” ungkapnya penuh harap.
Selain infrastruktur, aspek ekonomi masyarakat sekitar juga menjadi perhatian Victor. Saat ini, wisatawan yang datang ke Pampang hanya bisa menyaksikan pertunjukan seni tanpa adanya fasilitas kuliner yang memadai.
“UMKM di sana belum berkembang. Wisatawan lapar setelah menikmati tarian, tapi tidak ada makanan khas yang bisa dinikmati. Kami harus membangun fasilitas seperti kafe halal yang menyajikan makanan khas Dayak,” ujarnya.
Dengan langkah-langkah ini, Victor berharap Desa Budaya Pampang bisa menjadi pusat wisata budaya yang lebih maju, serta membawa dampak positif bagi ekonomi masyarakat setempat.
“Desa Pampang bisa menjadi ‘Bali’-nya Samarinda, tempat di mana budaya, ekonomi, dan pariwisata bersatu untuk menciptakan daya tarik yang luar biasa,” pungkasnya. #
Reporter: Yani | Editor: Wong
Comments are closed.