BeritaKaltim.Co

Banyak Kenangan Menyentuh dalam Jiwa Saat DSBK

KEGIATAN seni para penyair yang ada di bumi Kalimantan dengan tajuk Dialog Serantau Borneo Kalimantan (DSBK), telah berakhir minggu lalu, namun pesona dan perasaan yang ada dalam diri peserta DSBK tak hilang begitu saja, masih tertinggal dalam jiwa yang dalam.

DSBK XVI 2025 yang dihelat di Hotel Harris Samarinda, pertengahan Juni lalu, membawa cerita tersendiri, terutama bagi peserta yang terlibat langsung dalam perhelatan seni dan budaya, utamanya sastra di wilayah Kalimantan, termasuk Sabah, Sarawak dan Brunai Darussalam.

Ratusan penyair dari berbagai wilayah di Kalimantan, bertemu, berkumpul, berdialog dan bertukar pengalaman mengisi jiwa yang terus bergejolak tak pernah diam, bagi penyair perjalanan hidup adalah sebuah kisah yang tak pernah sirna hingga menuju keabadian.

Di Ballroom Hotel Harris Samarinda, penyair, sastrawan, penggiat seni dan juga pengamat seni serta kritikus seni, saling melemparkan ide dan gagasan demi sebuah kesatuan yang bisa membawa perubahan dalam menatap hidup kehidupan yang selama ini dialami, dirasakan dan dijadikan pegangan hidup.

Karya-karya seni yang terhimpun dalam antologi puisi 3 negara Jejak Perigi Di Tanah Melayu, adalah wujud nyata perjalanan panjang seni sastra di Borneo Kalimantan, penyair atau sastrawan yang hadir melalui karyanya, bisa dikatakan mewakili zamannya, bahkan beberapa puisi religius hadir dengan berbagai makna dan membumi, hingga pencarian akan jati diri. Semuanya terasa membelah jiwa dan langsung menghunjam kalbu.

Keberadaan penyair dengan usia yang beragam dari berbagai pelosok Kalimantan, Brunai Darussalam, Sabah dan Sarawak, membawa nuansa yang tidak mudah terlupakan, kesempatan berkumpul dan bertemu menjadi sebuah retorika bagi penyair atau sastrawan yang ada, saling belajar dalam hidup kehidupan.

Kepekaan akan rasa dalam meniti kehidupan yang dituangkan dalam kata, bak membentuk sebuah oase di padang gurun nan tandus, menyejukkan dan membuat hilang dahaga, semuanya itu bisa ditemui dalam antologi puisi 3 negara, Jejak Perigi di Tanah Melayu.
Kemampuan seorang Amin Wangsitalaja yang juga Ketua Komite Sastra Dewan Kesenian Daerah (DKD) Kaltim, dalam meneliti karya-karya peserta yang akhirnya menjadi sebuah kumpulan antologi, patutlah diacungi jempol.

“Inilah kesempatan yang baik bagi kami penyair-penyair muda dalam belajar, karena bersua dan berdiskusi dengan penyair-penyair yang punyai nama, serta bercengkerama dalam suasana yang sangat indah dan sulit untuk diungkapkan,” kata salah satu penyair dari Kalimantan Tengah, Nur Inayah Syar, usai membacakan puisi karyanya sendiri berjudul Jarak Menuju Rumah Tua di Ujung Jalan.

Tidak hanya Nur Inayah saja melainkan beberapa peserta juga mengungkapkan hal yang sama, bahkan penyair dan pengamat seni dari Sabah menyatakan kegembiraan dan kebanggaannya atas keberlangsungan dialog seni budaya yang ada di belahan Borneo.

“Sangat inspiratif kegiatan yang dilaksanakan panitia DSBK, mengajak kami menuju Museum Mulawarman Tenggarong mempelajari jejak sejarah Kalimantan. Sangat bermanfaat bagi kami,” kata salah satu peserta dari Sabah di atas Kapal Pesot Bentong.#

Reporter|Editor: Hoesin KH

Comments are closed.