PERTEMUAN dengan dunia seni membawa angin segar bagi semua manusia, karena dalam hidup kehidupan tidak bisa lepas dari yang namanya seni, entah itu musik, sastra, tari, teater dan lain sebagainya. Dan pertemuan seni dilingkungan sastra saat Dialog Serantau Borneo Kalimantan (DSBK) XVI yang diselenggarakan Dewan Kesenian Daerah (DKD) Kalimantan Timur di Hotel Harris Samarinda, pekan lalu, tentunya membuat gairah yang menyelimuti jiwa para sastrawan, penyair, pekerja teater, penikmat seni, pengamat seni serta akademis bergejolak.
Sastrawan yang hadir dalam DSBK saat membawakan bentangan kertas kerja yang beragam, menambah perbendaharaan peserta, mencerahkan dalam menilai, menikmati dan merasakan akan arti sebuah kata yang kemudian membawa pikiran berkelana dan mencerdaskan jiwa.
Bentangan pemikiran yang diberikan nara sumber dalam DSBK itu yang dibawakan tokoh-tokoh sastra yang berasal dari Sabah, Sarawak, Brunei Darussalam, Kalimantan Tengah, Kalimantan Barat, Kalimantan Selatan, Kalimantan Utara serta tak ketinggalan Kalimantan Timur sebagai tuan rumah DSBK.
Bentangan kertas kerja yang dibawakan oleh tokoh-tokoh seni dalam DSBK, jelas sangat berguna dan bermanfaat, di samping menambah pengalaman juga menjadi pencerahan bagi semuanya, apa yang ditulis bukanlah sembarangan, melainkan sudah menjadi pemikiran dan pendalaman akan sebuah kata yang mempunyai banyak interpretasi.
Penulis dari Sarawak Abang Median Abang Said, mengatakan bahwa unsur-unsur seperti kekecewaan, penderitaan, kesedihan turut merangsang keindahan dalam aspek estetika yang berkaitan dengan Islam, merujuk pada kesadaran dan keinsafan. Abang Median Abang Said dengan sadar bahwa puisi-puisi religius sangat menawan dan penuh dengan pesona yang langsung menghunjam jiwa. Bagi Abang Media, puisi-puisi religius adalah sesuatu yang penuh makna dan mampu menghancurkan jiwa pembacanya hingga menjadi manusia yang baru yang sadar akan nilai-nilai kehidupan.
Tidak hanya Abang Median dari Sarawak yang tertarik dengan puisi-puisi religius, sastrawan dari Sabah Awang Abdul Muizz Awang Marusin, juga menyoroti puisi-puisi religius yang ada. Tema kerinduan akan Tuhan tergambar jelas dalam puisi-puisi yang ada saat ini, ungkapan rindu akan kembali kepada-Nya, banyak ditemui dalam karya penyair-penyair yang ada saat ini. Sehingga memperkaya Khasanah sastra dan elemen penyatu dan penguat semangat akan nilai-nilai ketuhanan. Elemen ketuhanan terbukti berfungsi sebagai sumber ilham, asas moral, sehingga karya yang dihasilkan bukan saja menjadi terapi emosi, melainkan menjadi pengajaran dan nilai-nilai murni yang keluar dari lubuk hati paling dalam.
Religius tidak hanya milik Sabah dan Sarawak, melainkan juga muncul dari sastrawan Kalimantan Barat, Chairil Effendy, bahkan dengan gamblang Chairil menyatakan saat ini kita memerlukan sastra religius. Bagi Chairil Effendy, sastra religius mengingatkan bahwa kebahagiaan sejati bisa datang dari rasa syukur, pelayanan kepada sesama atau pencarian kebenaran spiritual.
“Sastra religius atau spiritual bukan sekedar bacaan orang beragama, melainkan sumber kebijaksanaan yang membantu manusia modern tetap terhubung dengan jati diri, nilai-nilai luhur dan kedamaian batin. Ia seperti oase di tengah gurun kesibukan, memberi ketenangan, makna dan prespektif yang lebih luas tentang hidup,” kata Chairil Effendy yang merupakan salah satu tokoh Majelis Adat Budaya Melayu (MABM) Kalimantan Barat.
Menurut Chairil Effendy, sastra religius saat ini sangat diperlukan, karena saat ini masyarakat hidup di tengah kompleksitas peradaban paskamodern yang ditandai oleh kemajuan teknologi informasi, krisis ekologis, polarisasi sosial dan dominasi sains sekuler sehingga hidup terasa sesak yang akhirnya menciptakan tragedi kemanusiaan yang sangat mengerikan.
Selama ini manusia terlihat asyik dengan dirinya sendiri, hanyut dalam kebendaan, yang akhirnya menghancurkan, karena lupa akan rasa peka terhadap nilai-nilai kemanusiaan, nilai-nilai moralitas, nilai-nilai budaya dan nilai-nilai spiritual. Kita menjadi sombong, lupa diri dan kehilangan kontrol.#
Reporter|Editor: Hoesin KH
Comments are closed.