BONTANG, BERITAKALTIM.com – Pelbagai rencana pembangunan oleh Pemkot Bontang hanya sekadar isapan jempol belaka. Sekira 5 tahun terakhir, tak ada satu pun investor yang benar-benar menanamkan modalnya di Kota Taman.
Kelurahan Bontang Lestari di Kecamatan Bontang Selatan yang disebut-sebut bakal menjadi kawasan industri, faktanya hingga kini masih menjadi hutan belantara. Ketiadaan infrastruktur yang memadai di sana dianggap menjadi salah satu penyebab mengapa banyak investor kabur dari Bontang.
“Bagaimana mau jadi kawasan industri, kalau infrastrukturnya tidak ada di sana. Misalnya listrik, air, jalan,” kata Basri Rase, anggota Komisi III DPRD Bontang, beberapa waktu lalu.
Menurut Basri, kondisi itu dipastikan tak akan bisa menarik investor manapun. Biaya untuk membangun jaringan listrik, instalasi air, hingga akses jalan, akan menjadi beban tersendiri bagi investor. Sementara, rata-rata mereka sudah punya perhitungan anggaran yang akan dikeluarkan untuk membiayai pembangunan kantor dan operasional usaha, bukan infrastruktur pra-usaha.
“Kalau begini saya yakin tidak ada investor yang berminat. Masa ketika ada investor yang datang untuk melihat lokasi, kondisinya masih hutan belantara dan tidak ada apa-apa. Tidak ada listrik, air, dan jalan,” ulas Basri.
Makanya, Basri mengimbau, pemkot seharusnya membangun terlebih dulu infrastruktur di Kelurahan Bontang Lestari. Pun dengan segala hal yang bisa menunjang dan menarik minat investor.
“Kalau tiga infrastruktur itu saja sudah dibangun, pasti investor akan mau menanamkan modalnya untuk mengembangkan usaha di Bontang,” ujar Basri.
Untuk diketahui, dalam rencana pemkot 5 tahun terakhir, Kelurahan Bontang Lestari diplot untuk menjadi kawasan industri dan pembangunan fasilitas publik. Dalam sejumlah kesempatan, Walikota Bontang Adi Darma bahkan berulang kali mengungkapkan sudah ada investor yang melirik salah satu kelurahan di Kecamatan Bontang Selatan itu untuk dijadikan pusat industri.
Misalnya, pembangunan bandar udara (bandara) perintis, industri bahan bakar gas (BBG) oleh PT Alesco, pembangunan power plant kapasitas 2 X 100 MW oleh Graha Power, pembangunan kilang pengolahan minyak/refinery, kapasitas 300 barel per hari, pembangunan pabrik rumput laut, dan lain-lain. Tapi, semua rencana pembangunan di daerah yang akrab dikenal dengan nama Sekambing itu hingga kini belum terwujud. #fs