
BERITAKALTIM.CO- Persoalan kebutuhan pangan menjadi perbincangan menarik banyak kalangan di Kalimantan Timur, setelah ditetapkannya IKN (Ibu Kota Nusantara) di Kecamatan Sepaku, Kabupaten Penajam Paser Utara (PPU).
Masalahnya, kebutuhan pangan untuk warga Kaltim selama ini saja masih didrop dari luar daerah, sementara dengan masuknya IKN jumlah penduduknya diprediksi bakal melonjak tajam dan membutuhkan sumber pangan juga.
Anggota DPRD Provinsi Kaltim Veridiana Huraq Wang mengatakan, provinsi ini harus mempertahankan bahkan menguatkan kerjasama dengan daerah lain yang menjadi penghasil pangan agar ketahanan pangan di Kaltim tetap terjaga.
“Untuk beras misalnya, Kalimantan Timur (Kaltim) masih mendatangkan beras dari luar daerah baik Jawa dan lainnya. Jumlahnya sekitar 30 persen kebutuhan per tahun, karena belum mampu swasembada beras, belum termasuk kebutuhan pangan lainnya,” ujar Veridiana di Samarinda.
Sembari pihak terkait bersama petani berupaya meningkatkan produksi dan produktivitas pertanian, maka Pemprov Kaltim harus terus melakukan koordinasi dengan daerah penghasil, jika perlu mengembangkan kerja sama dengan daerah lain yang produksi pangannya melimpah.
Pemprov Kaltim selama ini telah memfasilitasi pedagang untuk kelancaran mendatangkan berbagai komoditas dari daerah lain seperti Kalimantan Selatan, Sulawesi Selatan, dan sejumlah provinsi di Pulau Jawa, sehingga Kaltim tidak mengalami gejolak pangan.
Ia mengatakan, tingkat kesuburan tanah di Kaltim dengan di Jawa jauh berbeda. Di Jawa jauh lebih subur, sementara tanah di Kaltim kesuburannya lebih rendah karena banyak mengandung unsur asam.
“Lihat saja di Kaltim ini, hampir semua lokasi terdapat kandungan batu bara, tinggal kalorinya saja yang berbeda sehingga tanah Kaltim asam yang membutuhkan penanganan ekstra untuk menghasilkan produksi yang baik,” kata dia.
Ia menceritakan, pernah mendampingi untuk penanaman jagung. Saat itu petani sudah mendapat ilmu dari Jawa tentang pola budi daya jagung, mulai penanaman, pemeliharaan hingga proses panen.
“Pola penanganan jagung yang ditanam oleh petani di sini sama saja dengan di Jawa karena ilmu dan obat-obatan yang digunakan sama, namun produksinya jauh lebih rendah, karena tingkat kesuburan lahan di Jawa dengan di Kaltim memang beda,” katanya.
Ia juga mengatakan bahwa kesuburan lahan Kaltim cenderung berjangka pendek, yakni hanya beberapa kali penanaman, maka kesuburannya terus menurun alias tidak konsisten, sehingga perlu perlakuan khusus.
“Untuk membuat lahan di Kaltim memiliki kesuburan konsisten, diperlukan perlakukan khusus atau semacam rekayasa teknologi melalui inovasi dinas terkait, yakni harus melakukan ekstensifikasi lahan,” kata Veri. #ADV
Comments are closed.