BERITAKALTIM.CO – Menjelang pemilihan Gubernur Kalimantan Timur (Pilgub Kaltim) 2024, strategi kampanye semakin berkembang. Salah satu tren yang mulai terlihat adalah keterlibatan influencer atau konten kreator dalam kegiatan promosi. Pasangan bakal calon gubernur dan wakil gubernur Rudy Mas’ud–Seno Aji serta Isran Noor – Hadi Mulyadi tampak aktif menggandeng sejumlah influencer lokal sebagai bagian dari upaya mereka untuk meraih dukungan, terutama dari kalangan muda.
Rudy Mas’ud dan Seno Aji, misalnya, kerap melibatkan beberapa nama besar di media sosial seperti Hatimrahmat, Tikaolaa, dan Dianaelasari dalam kegiatan sosialisasi mereka. Sementara itu, Isran-Hadi juga telah berkolaborasi dengan influencer lokal seperti Irfan Ghafur dan Alfysaga dalam beberapa diskusi.
Kehadiran influencer ini diharapkan dapat menarik perhatian pemilih muda yang jumlahnya sangat besar dalam kontestasi Pilgub mendatang.
Namun, pengamat politik dari Universitas Mulawarman, Budiman Chosiah, menilai bahwa efektivitas penggunaan influencer dalam kampanye Pilgub Kaltim ini masih dipertanyakan. Menurutnya, meski influencer lokal memiliki pengikut yang loyal, terutama dari kalangan generasi Z dan milenial, pengaruh mereka tidak terlalu signifikan di panggung politik regional.
“Kalau saya melihat tidak terlalu berpengaruh di Kalimantan Timur, karena pilkada lingkupnya kecil. Beda kalau pilpres, itu lingkupnya besar,” ujar Budiman saat dihubungi melalui sambungan telepon, Rabu (18/9/2024).
Ia menambahkan bahwa meskipun influencer memiliki basis pengikut di kalangan muda, konteks pemilihan regional membuat strategi ini kurang optimal dibandingkan dengan pemilu berskala nasional.
Meski demikian, suara generasi Z dan milenial diprediksi akan mendominasi Pilgub Kaltim 2024. Berdasarkan hasil riset awal dari Lembaga Penelitian Masyarakat Milenium (LPMM), suara dari generasi ini diperkirakan mencapai 61 persen dari total pemilih di Kaltim.
Dalam riset yang melibatkan 1.500 responden, sebanyak 600 responden berasal dari generasi Z dan 900 dari milenial, dengan metode pengambilan data cluster sampling. Margin of error dalam penelitian ini adalah ±2,53 persen dengan tingkat kepercayaan 95 persen.
Melihat dominasi pemilih muda tersebut, Budiman mengakui bahwa pendekatan melalui media sosial, termasuk menggunakan influencer, memang perlu dilakukan.
“Wajar mereka dekati influencer karena 60 persen pemilih di Pilkada kan dari kalangan gen Z dan milenial,”tambahnya.
Namun, ia juga mengingatkan bahwa tidak semua influencer memiliki pengaruh politik yang kuat.
“Artinya pemilih muda perlu didekati, salah satu strateginya ya menggunakan influencer. Tapi dilihat konteksnya, influencer ini punya pemilih loyal tidak,” katanya.
Dengan dinamika ini, pertanyaan yang muncul adalah apakah strategi penggunaan influencer akan menjadi faktor penentu dalam Pilgub Kaltim 2024. Meski suara generasi muda sangat signifikan, efektivitas kampanye melalui influencer masih bergantung pada sejauh mana mereka mampu membangun keterhubungan emosional dengan pemilih serta memengaruhi keputusan politik mereka. Hasil akhir dari strategi ini baru akan terlihat pada saat pemungutan suara berlangsung. #
Reporter: Yani | Editor: Wong
Comments are closed.